Fiona menggerutu kesal karena membujuk sahabatnya untuk tidak ikut dengannya itu susah sekali.
Jika ia memberitahu kalau akan menemui trio itu pasti tidak akan diijinkan, seratus persen. Jadi alasan yang masuk akal bahwa dirinya dipanggil untuk rapat oleh ketua ekstrakulikuler nya.
Dengan begitu mereka akan mengijinkan nya. Fyi, Fiona mengikuti dua ekstrakulikuler yaitu menyanyi dan menari.
°^°
Dengan langkah gontai Fiona berjalan menuju taman belakang sekolah. Walaupun ada keraguan di dalam hatinya tapi jika ia tidak mengikuti perkataan orang tersebut maka sahabatnya lah yang menjadi sasarannya.
Fiona meratapi langit yang mulai menampakkan warna keabuan itu. Fiona merutuki dirinya yang tidak mengijinkan dua sahabatnya itu ikut.
Selama perjalanan entah mengapa dirinya sangat cemas, padahal hal seperti ini sudah sangat sering terjadi dan dirinya biasa-biasa aja tuh. Mau dibawa ke tempat serem Fiona enggak akan cemas seperti ini.
Tidak ingin terlalu lama berkelahi dengan pikirannya ia segera melangkahkan menuju tempat yang dituju.
°^°
Sesampainya disana yang Fiona liat hanyalah hamparan bunga dan beberapa tempat duduk yang sudah mulai basah karena rintik hujan.
Sial, ia tertipu. Disana tidak ada orang sama sekali, ia sudah berkeliling mencari trio itu seperti orang gila. Tapi hasilnya nihil, tidak ada.
Fiona mendumel mengapa dirinya mau saja diajak oleh orang yang tidak dikenal. Yaa, awalnya Fiona takut karena jika ia tidak datang bisa-bisa besok harinya sudah gelap gulita tidak bisa melihat cerahnya dunia.
Dirasa hujannya mulai lebat ia segera berlindung di teras tempat penyimpanan peralatan untuk bersih-bersih taman. Niatnya mau nerjang hujannya aja tapi takut basah kuyup yang ujung-ujungnya sakit.
Kan ribet.
Fiona merogoh kantong di rok nya. Sialan, hp nya ketinggalan di kelas. Dengan helaan nafas pasrah ia menyenderkan tubuhnya di dinding gudang penyimpanan itu. Sampai ada seseorang muncul dari samping dan membekap hidungnya dengan sapu tangan.
Aroma yang sangat menyengat menusuk hidungnya hingga membuat Fiona yang sedang memberontak itu melemas.
Tubuhnya tidak bisa digerakkan dan penglihatannya mulai menggelap. Sebelum dirinya pingsan ia melihat tiga orang sedang menyeringai lebar menatap padanya yang sudah terkulai lemas.
"Brengsek lo"
Kata terakhir dari Fiona sebelum dirinya pingsan dan hilang dari sekolah.
°^°
"Oh, sudah bangun."
Pusing.
Itu yang Fiona pertama rasakan.
"Hai, jelek."
"Hmmphhmph"
"Ngomong apa sih enggak jelas? Oh iya kan mulutnya di plester."
"Hmmphp"
"Apa?"
"Coba lepas."
"BRENGSEK."
"santaii, kayak kita mau nerkam orang aja. Emang sih."
"LEPASIN NGAK. KURANG KERJAAN BANGET NGIKET ORANG KAYAK GINI."
"Kurang kerjaan? Lo kali yang kurang kerjaan, ganggu cowok orang mulu."
Fiona muak dengan kata 'cowok orang' jadi dengan sisa tenaganya ia menendang perut flerin yang dihadiahi cekikan oleh Amelia di lehernya.