Di pagi yang cerah nan indah ini, asek. Mereka berdua lagi mandangin susunan kado-kado yang terpampang jelas di hadapan mereka.
"Yah, kan kata Fiona, Fiona aja yang beli."
"Kelamaan kamu kalo beli." Ucap ayahnya singkat.
"Semuanya?"
"Iya, ayah sama mama ikut ngasih kado."
Fiona mempout kan bibirnya lucu membuat sang ayah terkekeh gemas atas tingkah laku anaknya itu.
"Kenapa hm?"
"Kalo mereka enggak suka gimana?"
"Kayak enggak tau mereka aja." Celetuk Kenza yang sedari tadi hanya diam, sekarang dirinya sedang melihat-lihat apa saja yang dibeli oleh ayah Fiona. Dan semua barang yang di beli ayah Fiona bagus-bagus jadi ia tidak akan khawatir jika temannya itu akan tidak suka.
Selera ayah Fiona harus diacungi jempol sih.
"Udah-udah mending mandi dulu sana, terus sarapan baru angkatin barang-barangnya. Oh ya, papah sama mama habis sarapan nanti keluar paling pulang malam."
"Oke-oke."
"Jaga rumah ya."
"Siap!" Ucapnya sambil membikin postur ala saat hormat pada upacara bendera.
.
.
.
"Kenzaa, yang bener dong naroh nya, kalo rusak gimana. Mau gantiin Lo? Enggak kan? makanya hati-hati." Omel Fiona. Pasalnya beberapa barang ada yang jatuh karena tempatnya tidak cukup, Fiona menaroh barangnya di kursi penumpang.
Mengapa tidak di bagasi? Takut kalau barangnya kenapa-kenapa enggak ada yang ngawasin jadi lebih enak di kursi penumpang.
"Iya-iya, maaf."
"Eh, barangnya di taruh di bagasi aja kali ya kalo di kursi penumpang sempit banget."
"Jalan juga otak Lo."
"Maksud?"
"Bantuin mindahin ke bagasi."
"Otak gue?"
"Barangnya Fiona Lyodra Rebecca."
"Ohh kirain."
"Ihh kiriin." Ejek Kenza kepada Fiona. Yang diejek cuma melemparkan tatapan julid nya aja. Lagi males debat dia tuh.
.
.
.
"Enggak ada yang ketinggalan kan?" Tanyanya kepada Fiona.
"Enggak ada."
Bruum
Seketika mobil yang mereka tumpangi melaju dengan kecepatan sedang, menyusuri jalanan raya yang dipenuhi oleh para pengendara motor dan mobil.
Cuaca hari bisa dibilang cukup bagus untuk bepergian keluar rumah di saat siang-siang panas begini. Ah, bisa dibilang sebagain mendung dan sebagian nya lagi masih cerah benderang. Tapi syukurlah sepertinya sebentar lagi akan hujan dan dirinya tidak akan mengeluh kepanasan kepada pemuda yang selalu menggangu nya itu.
Sambil menyenderkan kepalanya ke kaca jendela ia tutup matanya sejenak, berusaha mengistirahatkan tubuh nya itu. Sebelum benar-benar pergi ke alam mimpinya ia sempatkan melirik ke arah jalanan yang bisa dibilang cukup macet saat ini. Waktu perjalanan ke kebun binatang menempuh sekitar dua sampai tiga jam, ditambah macet begini bisa-bisa empat jam mereka menempuh perjalanan.
Tidak mau terlarut dalam pikirannya ia segera menutup matanya dan pergi ke alam mimpi yang sudah menantinya.
Melihat ke arah Fiona yang sedang terlelap tertidur itu Kenza terkekeh gemas sambil memindahkan posisi tidur Fiona agar lebih nyaman.
"Posisi tidur nya aja begini gimana enggak sakit nanti kalo bangun."
Kenza merebahkan tubuh Fiona ke dalam pangkuannya dan memberikannya selimut yang selalu dibawa oleh keluarga Fiona agar ia tidak kedinginan nanti.
Sambil menatap wajah damainya Fiona senyuman kecil terukir di bibirnya.
"Nah gini kan enak enggak sakit leher, Sleep well, chatterbox."
Paling bener enggak usah bikin konflik besar :<
Konflik kecil aja masih bingung alurnya gimana, huhuu
Enjoyy