48

2.7K 242 7
                                    

***
Wandi berusaha mengumpulkan semua fokusnya pada jalanan yang ada di hadapannya, Riati duduk disamping kemudi sambil sesekali menengok ke bangku belakang. Rony dan Salma duduk disana.

"Mas..ini Aliyyah gak akan kenapa-kenapa kan ?" Salma terus saja mengulang pertanyaan yang sama sejak mereka meninggalkan rumah.

"Kamu yang tenang yaah..Liyyah gak kenapa-kenapa kok. Kamu gak boleh panik, kalau kamu panik kita juga ikutan panik sayang"

"Gimana aku bisa tenang sih Mas..liat Aliyyah dia dari tadi gumoh gak berhenti. Tuh..Mas hiks hiks"

Keempat orang dewasa itu dibuat panik dengan keadaan Aliyyah. Pasalnya, sejak sore Aliyyah menunjukkan gelagat yang tidak biasanya. Gadis kecil tersebut terus-terusan mengeluarkan susu yang diminumnya. Tadinya Riati menganggapnya wajar, anak kecil memang kerap kali gumoh. Namun, ternyata gumoh tersebut terjadi terus menerus. Ditambah pada bagian leher, lipatan ketiak, tengkuk belakang, dan kening Aliyyah muncul ruam, bentol-bentol merah dan kuning nanah.

Aliyyah juga menunjukkan ketidaknyamanan. Ia menangis.

'Oeek...oeeek'

"Mah..Pah..hiks..hiks"

"Pah..cepet. Cucu kita udah capek banget nangis dari tadi. Aliyyah udah gak nyaman banget itu Pah" Ucap Riati yang juga tak kalah panik.

Sebenarnya ini bukan hal asing bagi Riati. Anak gumoh dan muncul ruam biasanya pengaruh susu atau sabun yang dipakai. Salma kecil pun juga pernah mengalaminya. Namun, dasarnya Riati juga gampang panik dan takut menduga-duga. Membawa Aliyyah langsung ke rumah sakit adalah pilihan yang tepat.

'Oeeek..Oeeek..Oeeek'

Aliyyah terus saja menangis, wajahnya sudah memerah karena tangis yang tak kunjung berhenti.

"Mas..hiks..sayang Bunda..udah yah, Bunda disini sayang. Bunda disini hiks..hiks" Salma mencoba untuk menenangkan Aliyyah yang berada digendongannya.

"Anak Ayah..anak pintar. Ayah disini sayang.. sebentar lagi kita sampai di rumah sakit" Rony mengelus pipi Aliyyah. Rony sangat prihatin dengan keadaan Aliyyah yang sudah tampak melemah karena lelah dengan tangisnya.

"Paaah...cepet hiks hiks.."

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit akhirnya mobil yang ditumpangi oleh keluarga Salma tiba juga di Rumah Sakit.

Rony buru-buru keluar dari mobil, masuk ke dalam gedung rumah sakit dan menuju meja resepsionis. Rumah sakit yang mereka datangi adalah rumah sakit yang sama, tempat Salma melahirkan sebulan yang lalu.

***
Salma memandangi wajah teduh putrinya yang nampak lelap dalam tidurnya. Hatinya tercabik membayangkan betapa kacaunya perasaannya beberapa jam yang lalu. Ia tahu, Putrinya pasti sangat tersiksa menahan ketidaknyamanannya.

"Hei..udah. Kamu juga istirahat. Udah larut ini. Nanti biar aku aja yang jagain Liyyah" Rony menyentuh lengan Salma. Perempuan itu duduk disamping brankar kecil khusus bayi, tempat Aliyyah berada.

"Mas..aku takuut hiks hiks"

Rony meraih kepala Salma hingga kepalanya bersembunyi di pinggang Rony. Posisi Rony berdiri disamping Salma yang tengah duduk.

"Dia gak kenapa-kenapa. Aku, kamu, Mama, dan Papa belajar dari semua ini. Wajar sayang, ini adalah pengalaman pertama buat kita. Namanya sesuatu yang baru itu pasti butuh belajar dulu. Kita baru pertama kali menjadi orang tua, Mama dan Papa juga baru pertama kali menjadi kakek dan nenek. Ini semua baru buat kita, kita semua belajar dari sini"

"Hiks.. andai aku gak stress pasca melahirkan kemarin pasti Aliyyah gak akan merasakan sakit kayak hari ini. Coba aku gak stress pasti ASIku lancar, kita gak perlu ngasi dia susu formula yang bikin dia gumoh dan alergi kayak gini. Aku payah banget jadi Ibu Mas..hiks..hiks"

Mengetuk HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang