34

3.6K 264 16
                                    

***
Dua hari lagi masa KKN akan benar-benar berakhir. Salma dan kawan-kawan akan segera kembali ke Jakarta dalam waktu dua hari kedepan.

Sejak kemarin mereka sudah disibukkan dengan persiapan untuk malam ramah tamah.

Semenjak keluar dari Puskesmas beberapa hari yang lalu, gerak gerik Salma semakin diperhatikan oleh Bapak dan Ibu Desa. Rony meminta tolong langsung kepada mereka untuk memantau Salma.

Sampai hari ini Rony belum juga membuka obrolan dengan Salma. Nampaknya laki-laki itu benar-benar marah dan kecewa kepada Salma.
Hal tersebut membuat Salma kepikiran dan sedih dirundung rasa penyesalan dan perasaan bersalah.

Rony juga tidak pernah menghubungi Salma. Chat dan telpon dari Salma tidak dihiraukan oleh pria tersebut.

Saat pulang ke Jakarta pun, Rony tidak berpamitan dengannya.

***
"Nov hiks hiks.. kesalahan gue sebesar itu yah ? Mas Rony sampai sekarang gak ada ngehubungin aku sama sekali. Chat dan telponku gak pernah dijawab hiks hiks.." Salma menangis tersedu di dekapan Novia. Perempuan itu menumpahkan segala kegundahannya pada sahabatnya itu.

"Sal..gue rasa Pak Rony emang sekecewa itu sih dan kayaknya ini tuh akumulasi dari kekecewaannya selama ini. Maksudku, apa yang Lo lakuin kemarin itu kayaknya udah gak bisa ditolerir lagi dibanding kesalahan-kesalahan Lo yang lainnya, dimana dikesalahan sebelumnya dia juga udah sempat dan kecewa sama Lo. Lo kan keras kepala..Lo sih susah banget dibilangin" Begitulah nasehat dari sahabat. Mereka cenderung mengejek atau meledek namun, apa yang mereka bicarakan itu adalah suatu kebenaran yang berlogika. Tandanya mereka sesayang itu. Sahabat gak mesti dibelain atau didukung terus. Kalau salah yah katakan salah. Tentu saja diiringi dengan roastingan. Khas.

"Iya, Lo bener Nov. Terus sekarang gue harus gimana ?"

Novia menarik nafasnya dalam. Menatap sahabatnya itu lamat-lamat.

"Minta maaf sama Pak Rony. Minta maaf yang benar-benar minta maaf, jangan diulangi. Kurangin atau bahkan hilangin keras kepalanya. Nurut sama suami. Ngerti kan ?"

"Yah, gimana caranya minta maaf..telpon dan chatku aja gak dibalas Nov" ucap Salma lesu.

Novia tampak diam dan berpikir sejenak, mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke dagu.

"Eh, Pak Rony kan jadi juri buat lomba masak yah ? Nah, beliau pasti kesini kan. Lo cari waktu buat ngomong dan minta maaf"

Salma menghapus air matanya.

"Makasih yah Nov..gue gatau lagi harus ngadu kesiapa lagi kalau bukan sama Lo. Mama dan Papa aja kayak masih malas ngomong sama gue"

"Wajar sih..siapa juga yang gak kesel punya anak yang batu kek Lo ini"

"Heeem...iyasih"

"Udah..gak usah terlalu dipikirin. Fokus sama kesehatan Lo juga. Kandungan Lo udah aman kan ?" Novia mengalihkan pandangannya ke perut Salma yang sudah membuncit itu. Perempuan itu tersenyum.

"Kenapa senyum-senyum sih Nov ?"

Novia mengulurkan tangannya dan mengelus perut Salma.

"Gue gak nyangka sebentar lagi sahabat gue ini bakalan jadi Ibu. Rasanya kek baru aja kemaren Lo minta ditemenin ke toilet buat pipis deh, kemana-mana jual nama gue buat izin sama bokap-nyokap Lo. Sekarang Lo udah mau punya anak aja"

"Heheh.. makasih yah Nov, maaf banget kalau gue sering ngerepotin Lo"

"Apaansih Lo..ngomong sama tembok. Males banget"

"Gue serius Nov.."

"Iya, iya. Gue percaya. Yaudah, ayook kita istrahat. Gue udah ngantuk. Besok kita sekalian packing. Gue temenin Lo minum susu dulu"

Mengetuk HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang