49

3.3K 236 5
                                    

***
Nabila kembali ke dalam kamar dan menangis di tepi ranjang.

"Sayang..kenapa ?" Tanya Paul yang entah kapan sudah bangun, duduk dibelakang perempuan tersebut menyentuh bahu Nabila.

"Hiks..hiks.."

"Kenapa Nab ?"
Nabila tidak memberikan jawaban apapun malah semakin terisak.

Menyadari bahwa istrinya sedang tidak ingin berbicara akhirnya Paul memilih untuk membawa tubuh perempuan tersebut kedalam dekapannya.

"Yang tenang..coba tarik nafasnya dulu. Aku takut kamu susah nafas sayang"

Nabila mulai mendengarkan titah Paul, melakukan apa yang dititah oleh suaminya itu.

Nabila sudah agak tenang.

"Jadi ada apa ?"

Nabila menatap sendu kearah Paul dan menggeleng.

Paul menarik nafasnya pelan.

"Yaudah, kalau belum mau cerita. Sekarang tidur yah"

Nabila menganggukkan kepalanya.

Keduanya bersiap untuk tidur kembali.

***
Dilain tempat, di kamar utama pemilik rumah berlantai dua itu seorang pria yang tak lain adalah kepala rumah tangga alias Rony sedang fokus memandang kearah Istrinya yang nampak sangat telaten dan hati-hati menidurkan putrinya.

"Udah tidur ?" Tanya Rony.

"Sssst.." Salma menoleh pada Rony dan memberikan isyarat pada Rony dengan meletakkan jari telunjuknya pada bibir. Dilarang bersuara. Tidak boleh ribut.

Rony mwngangguk paham.

Selang beberapa menit kemudian Salma kembali memastikan bantal dan guling yang mengelilingi tubuh putrinya dan memberikan kecupan sayang di kening Aliyyah.

"Ca..ayok kita bicara sebentar!"

"Iya, sebentar dulu. Aku mau ke kamar mandi dulu"

"Iya.."

Rony menunggu Salma selesai dengan urusan kamar mandi sambil memandangi wajah teduh nan damai milik putrinya. Rony tersenyum lembut. Anaknya cantik sekali. Persis Salma, menurutnya.

"Ada apa ?"

"Sini.."

Rony menarik salah satu tangan Salma dan membawanya duduk pada sofa merah di pojok ruangan, agak berjarak dengan ranjang tidur.

Rony dan Salma duduk berhadapan sedikit menyerong.

"Mau peluk ?" Rony menawarkan. Tentu saja akan dituruti oleh Salma tanpa pikir panjang.

"Maaf..aku kelepasan"
Lirih Salma hampir tak terdengar.

Rony tersenyum dalam peluknya, Salmanya ternyata paham maksudnya. Apa yang dilakukannya pada Nabila tadi itu tidak benar, keliru.

Rony mengurai peluknya setelah memberikan usapan dan kecupan pada pelipis Salma.

"Mau cerita ?"

Salma mengangguk dan menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya.

"Aku panik.." lirih Salma.

Rony mengangguk antusias, menantikan Salma melanjutkan ucapannya.

"Gak tau kenapa semenjak kejadian Aliyyah alergi itu aku jadi parno. Merasa was-was kalau Aliyyah disentuh atau digendong orang lain selain kita. Bukan aku gak percaya hanya saja aku takut putri kita kenapa-kenapa. Apalagi kata dokter kulit bayi itu masih sangat sensitif. Aku takuuut" ungkap Salma. Rony tentu paham ketakutan istrinya.

Mengetuk HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang