37

2.8K 301 10
                                    

***
Salma mengikuti langkah kaki Rony, berjalan menunduk menuju parkiran fakultas. Keduanya diam tanpa kata.

"Mas.." lirih Salma. Ia sudah duduk disamping Rony yang tengah sibuk dengan seatbeltnya.

"Mas.." sekali lagi Salma memanggil nama Rony.

"Mas Rony dengar aku gak sih" kesal Salma.
Rony sama sekali tidak menunjukkan reaksi atau tanggapan apapun.

"Pasang seatbeltnya Salma" titah Rony dingin.

Salma tidak mengindahkan perintah Rony tersebut.

"Pasang seatbeltnya sekarang" sekali lagi Rony mengulang perintahnya.

Masih belum ada pergerakan dari Salma.

"Salma Marisca Aliyyah.."

Suara Rony terdengar lebih dingin dan tajam.

Dengan malas, Salma menarik seatbelt tersebut dan memasang dibadannya.

Rony mulai melajukan mobilnya, bergerak meninggalkan parkiran fakultas.

Sepanjang perjalanan sama sekali tidak ada suara. Keduanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

***
"Besok gak usah ke kampus" ujar Rony. Pria itu keluar dari kamar mandi dengan pakaian rapinya.

"Tapi, aku harus ngurus berkas buat sidang Mas"

"Nurut apa kataku" ucap Rony final.

Salma duduk dipinggir ranjang sambil memperhatikan pergerakan Rony yang keluar dari kamar mereka.

Tak lama suara deru mobil milik Rony terdengar meninggalkan garasi rumah mereka.

Salma berdiri memperhatikan mobil tersebut keluar dari pekarangan rumah. Tidak terasa air matanya jatuh menetes membasahi pipinya.

'Kenapa menangis Salma..ini semua kan karena sikapmu. Karena kebodohanmu' batin Salma berusaha menyadarkan dirinya.

***
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam, entah sudah berapa kali Salma membolak-balikkan badannya mencari posisi nyamannya namun, tak jua membuatnya tertidur.

Salma bangkit dari posisi tidurnya, duduk bersandar di kepala ranjang sambil mengelus perut buncitnya.

Salma mengedarkan pandangannya diatas nakas mencari sesuatu.

Perempuan tersebut menghembuskan nafasnya keras ketika mendapati botol air minum warna birunya sudah kosong. Ah, Ia malas sekali rasanya harus turun kebawah mengambil air minum. Kalau saja ada Rony pasti pria itu yang akan mengambilkan air untuknya, pikir Salma.

Rumah dua lantai dengan ukuran 18X24 meter tersebut nampak menyeramkan menurut Salma. Lampu-lampu yang temaram dan hanya ada dirinya sendiri di rumah itu membuat Salma ketakutan.

Buru-buru Ia melangkahkan kaki menuruni tangga dan berjalan menuju dapur. Mengisi botol yang dibawanya dengan air minum.

'Duarrrr..'
Bunyi petir yang sepertinya mengenai ranting pohon di samping rumah membuat Salma terkejut bukan main.

Selang beberapa detik kemudian suara gemuruh petir dan kilat yang bersahut-sahutan mulai menunjukkan eksistensinya masing-masing.

Rupanya malam itu sangat gelap, diluar mendung sekali. Sedikit lagi pasti hujan akan turun dengan derasnya.

Salma mulai gemetaran. Ia takut suara-suara alam tersebut. Sejujurnya Ia suka hujan tapi, tidak dengan petir dan kilatnya. Ia takut.

Biasanya jika keadaan seperti ini Ia akan berlari menuju kamar orang tuanya. Tidur bersama Wandi dan Riati hingga pagi menjelang.

Mengetuk HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang