39

3.2K 253 7
                                    

***
Riati menyusul Salma sambil membawa dua buah buku album berwarna oranye dengan motif bunga matahari dan warna biru dengan gambar hamparan laut biru yang sudah nampak usang dan lecek.

"Kok aku baru liat ini Mah" Salma heran pasalnya sebelumnya Ia tidak pernah melihat album tersebut.

"Iya, ini albumnya baru Mama buka lagi. Selama ini album yang sering kamu liat pasti cuma foto-foto kamu pas kecil kan ? Nah, kalau yang ini isinya foto-foto dari Mama hamil, lahiran, kamu Aqiqah, sampai kamu masuk sekolah. Ada semua disini".

Mata Salma berbinar, tidak sabar ingin melihat foto-foto di album tesebut.

Keduanya mulai membuka satu-persatu isi album tersebut. Di beberapa foto terdapat keterangan tentang kapan dan ada apa pada hari foto itu diambil, Wandi yang menuliskannya.

Mereka berhenti pada salah satu foto yang memperlihatkan Riati muda dengan perut besarnya, dalam foto tersebut dituliskan bahwa usia kandungan Riati menginjak 6 bulan.

"6 bulan berarti seusia kandungan aku sekarang yah Mah ?"

"Yah, kurang lebih begitu Ca."

"Apa perasaan Mama dan Papa pada saat tau kalau Mama lagi hamil aku ?"

Riati tersenyum hangat pada putrinya. Sepertinya topik ini akan menjadi pembahasan yang serius dan mengharukan.

"Sebelum hamil kamu, Mama pernah beberapa kali hamil Ca tapi, selalu saja janin-janin itu tidak bertahan lama dirahim Mama. Mama bahkan pernah nyaris gila dan stress karena kenyataan itu. Hampir tiga bulan Mama ngurung diri di kamar. Mama stres karena harus menjalani banyak perawatan, minum banyak obat, melakukan banyak terapi untuk kesehatan jiwa Mama. Papamu hampir tiap hari menangisi kondisi Mama yang seperti tidak punya semangat hidup setelah beberapa kali kehilangan janin Mama"

Salma menyimak apa yang diceritakan Riati. Ia juga tak henti mengelus perut besarnya.

"Selang beberapa bulan kemudian Mama kembali hamil lagi. Hamil kamu. Mama seperti hidup kembali, semua keluarga merayakan kehamilan Mama dengan penuh suka cita. Papamu sangat antusias dengan kehamilan Mama. Mama sempat kesal karena Papa sangat protektif kepada Mama. Banyak melarang ini dan itu tapi, pada akhirnya Mama paham kalau apa yang dilakukan Papa itu adalah semata-mata untuk melindungi dan menjaga Mama juga kamu yang ada dalam kandungan Mama" Riati menjeda kalimatnya sejenak, air mata menggantung di pelupuk matanya.

"Eyang dan nenekmu bahagia bukan main Ca..selama hamil trimester pertama sampai trimester kedua mereka tinggal bersama Mama dan Papa, benar-benar menjaga Mama seperti orang lumpuh saja hahaha. Waktu usia kehamilan Mama menginjak 4 bulan dan 7 bulan digelarlah pengajian dan syukuran atas kehamilan Mama. Opa dan kakekmu sangat bahagia, Mama lupa entah berapa banyak panti asuhan yang mereka undang di acara tersebut"
Riati menjeda kalimatnya, mengusap air mata yang membasahi pipinya.

"Saat usia kandungan Mama menginjak trimester ketiga, hampir seluruh kebutuhan bayi dan persalinan dibelikan oleh keluarga besar. Mama bahkan sampai pusing karena tidak kebagian membelikan kamu keperluan apapun. Semuanya benar-benar dilengkapi oleh keluarga hahaha. Terus saat Mama akhirnya mulai merasakan kontraksi kelahiranmu, selama dua hari Papamu tidak tidur di rumah sakit, sibuk menjaga dan menjaminkan kenyamanan Mama. Hingga masa kelahiranmu tiba dan ternyata kondisi Mama tidak memungkinkan untuk bisa melahirkan normal jadi, kalau kamu tanya gimana rasanya ngelahirin, sakit atau gak ? Mama gak tau sayang. Kata orang melahirkan normal itu sakit dan Mama gak ngerasain itu. Tapi, melahirkan caesar juga sakit terlebih pasca operasi, masa pemulihan bekas jahitan itu. Mama rasanya seperti orang lumpuh yang tidak bisa bergerak karena luka jahitan itu. Sampai suatu saat kabar buruk kembali harus diterima. Rahim Mama bermasalah, mungkin karena Mama sudah beberapa kali keguguran dan hamil kamu pun sudah cukup beresiko, sampai akhirnya dokter menyarankan supaya rahim Mama diangkat. Yah, akhirnya rahim Mama diangkat. Awalnya Mama sedih banget karena itu artinya Mama udah gak bisa hamil lagi. Syukurnya Papa dan seluruh keluarga besar tidak ada yang menghakimi Mama, semuanya sangat mendukung dan mengutamakan kenyamanan Mama. Hingga akhirnya Mama bisa ngelewatin masa itu. Mama mulai sibuk mengurus kamu. Lagi-lagi Mama bersyukur karena Papamu tidak pernah membiarkan Mama merasa sendirian, dia selalu terlibat dalam setiap pergerakan dan tumbuh kembang kamu. Itulah kenapa dulu itu Mama sering sekali cemburu sama Papamu, karena kamu dekat sekali dengan Papamu. Kamu itu putri kecilnya Papamu Ca bahkan sampai saat ini Papamu masih mengganggap kamu begitu. Waktu lahir dan dikabarkan kalau bayi kami adalah perempuan waaah Papamu senangnya bukan main. Katanya dia sudah tidak sabar untuk menjadi pelindungmu. Saat pertama kali kamu sakit, Papamu tidak bisa tidur berhari-hari. Ia tidak pernah beranjak dari ranjang tidurmu. Papamu sesayang itu sama kamu Nak, begitupun juga Mama. Mungkin karena itu juga kamu jadi rada bandel dan manja kayak sekara"

Mengetuk HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang