Keras Kepala

2.3K 104 8
                                    

Pagi pun datang, Arthur masih berada di kamar Javi dan posisi yang masih sama dengan Javi yang berada di pangkuannya.

Menatap wajah damai dalam tidur milik adiknya, wajah serta bibir yang sedikit pucat. Suhu tubuh yang masih panas.

Tiba tiba pintu kamar terbuka, Daddy-nya dan adik-adik nya datang mengecek kondisi si bungsu.

"Bagaimana?" Tanya sang kepala keluarga saat sudah memasuki ruangan dan melihat ke arah Arthur dan Javi berada.

"Panas" balas Arthur singkat.

Arthur bangkit dari posisinya dengan hati hati agar sang adik tak terbangun. Saat di letakkan di atas kasur, Javi terusik, matanya mulai terbuka, merasa tak nyaman di seluruh tubuhnya, apalagi area tangan nya yang terpasang infus.

"Hiks....huhuu" Javi mulai rewel.

Raka yang berada tak jauh dari Javi. Membawa Javi dalam gendongannya, menimang nimang Javi seperti bayi. Tapi bukannya tenang Javi malah menangis bertambah keras.

"HUWAAAA...HUHUU....HIKS..HIKS" Javi bertambah rewel dalam gendongan Raka.

Arthur dengan sigap mengambil alih tubuh Javi, membawanya kedalam gendongan Arthur. Menimang nimang nya seperti bayi.

"Hussttt...husst .." Arthur mencoba menenangkan Javi.

Javi mulai berhenti menangis. Raka yang melihat itu melongo seketika dan dengan cepat kembali mengubah ekspresi nya menjadi datar. Apa apaan itu, cih, batin Raka tak terima.

Yudha yang melihat Javi yang sudah bangun meskipun rewel menyuruh Saka mengambil sarapan untuk Javi dan Arthur. Sedangkan Vano dan Zergan di suruh berangkat sekolah.

Javi melihat ke arah tangan nya yang terpasang infus. Ternyata infus nya masih ada. Dan Arthur berbohong padanya.

"Hiks...ini hiks kok mas hiks masih ada" Javi melihat ke arah tangan nya dan menangis.

"ab hiks Abang boong hiks katanya mau di lepas Hiks Huwaaa" sambung Javi dan di akhir mulai menangis dengan keras.

"Panggil dokter" Perintah nya pada Gavi.

Gavi yang mendapatkan perintah dari abangnya, langsung keluar kamar dan menelpon sang dokter.

"Udah yaa, ini Abang panggil dokter" Arthur menenangkan Javi.

Javi yang mendengar itu berhenti menangis dan meninggal sesenggukan.

Beberapa detik setelahnya, Javi merasa nyeri bagian perut nya dan terasa sangat sakit.

"Bang Arthur, perut adek hiks sakiiiit hiks sakit banget hiks..." Javi mengadu pada Arthur bahwa perut nya sakit.

Mata Javi mulai berkaca kaca siap menumpahkan air matanya. Perutnya semakin terasa sakit dan itu sangat tidak nyaman.

Arthur menenangkan Javi sampai dokter datang. Tak lama dokter datang bersama Gavi yang menyeretnya dengan cepat. Seorang dokter yang sama dengan yang memeriksa Javi tadi malam.

"Cepat kau periksa baby ku" Yudha geram pada dokter tersebut yang sangat lama datang. Padahal dokter tersebut sudah datang secepat yang ia bisa.

Javi masih menangis menahan rasa sakit yang menyerang perut nya. Arthur meletakkan Javi diatas kasur. Membiarkan dokter itu memeriksa adiknya.

Yudha, Arthur, Gavi, Raka dan Saka yang tadi sudah datang membawa makanan untuk Arthur dan Javi dengan maid tadinya.

Mereka semua menatap dengan fokus ke arah dokter yang memeriksa Javi yang masih rewel. Semua gerak gerik dokter tersebut tak luput dari pandangan mereka.

Javier Baskara ArsenioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang