BAB 2

148 6 0
                                    

Tepat pukul 23.57, kereta tiba di Stasiun Hornsby. Nora segera turun dari kereta dan bergegas menuju pintu keluar stasiun. Bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit di daerah Neringah, mengharuskannya pulang larut malam ini.

Seharusnya Nora bisa pulang sore, tetapi hari ini ada dua perawat yang mendadak tidak bisa masuk. Dokter pun memintanya secara langsung untuk membantu menangani seorang pasien lansia yang entah mengapa kondisinya semakin menurun ketika menjelang sore hari. Beruntung kondisi pasien tersebut mulai membaik tiga jam kemudian setelah anak kesayangan si pasien datang.

Akhirnya, ia pun diperbolehkan untuk pulang. Dan saat ini, Nora sudah tidak sabar ingin berbaring di tempat tidur. Tubuhnya lelah, begitu pula dengan kakinya. Namun, ia tetap senang menjalani rutinitasnya setiap hari.

Nora memang sudah tidak muda lagi, usianya pun sudah menginjak kepala lima. Namun, tenaga dan semangat dalam dirinya bak gadis berusia dua puluhan. Ia mencintai pekerjaannya, sangat, tetapi ia lebih mencintai anak perempuan semata wayangnya.

Nora hanya hidup berdua dengan anak perempuannya, Molly, yang saat ini berusia 26 tahun. Molly bekerja sebagai seorang pramusaji di salah satu kafe kopi terkenal di Sydney. Jarak antara tempat kerja Molly dengan unit tempat tinggal mereka memang cukup jauh. Namun setidaknya, gaji yang diperoleh Molly cukup besar jika dibandingkan dengan tempat lain.

Mereka berdua harus bekerja keras demi membayar sisa cicilan bulanan tempat tinggal mereka. Nora juga menyisihkan penghasilan bulanannya demi membiayai rencana pendidikan Molly dua tahun ke depan. Anaknya itu ingin menjadi seorang sarjana. Meskipun usianya sudah hampir menyentuh kepala tiga, tetapi tidak pernah ada kata terlambat bagi Molly. Itulah mengapa Nora terus bekerja keras demi mencukupi kebutuhan hidup mereka dan masa depan anaknya.

Di bawah langit malam, Nora berjalan kaki dari stasiun menuju kediamannya yang berjarak empat blok jauhnya. Hanya memakan waktu 15 menit jika ia berjalan santai. Namun, malam ini Nora sedikit mempercepat langkahnya karena keadaan sekeliling sudah sunyi dan senyap.

Udara terasa cukup dingin malam ini. Nora merapatkan jaket yang ia kenakan sembari memasukkan tangan ke saku demi menjaga kehangatan tubuhnya. Sebuah mobil tiba-tiba muncul dari belakang, melaju di jalanan yang sepi dengan suara derum yang membuat Nora sedikit tersentak kaget.

Nora terus melangkah melewati dua blok perumahan sembari sesekali melirik ke sisi kanannya, berharap menemukan seseorang atau sekumpulan orang di sana. Namun, malam ini benar-benar sepi. Mungkin karena memasuki musim dingin dan suhu udara di luar semakin rendah, jadinya orang-orang pun lebih memilih untuk berdiam di dalam rumah dan menarik selimut hingga menutupi hidung.

Nora terus berjalan di trotoar di bawah barisan pohon rindang. Bunyi pesan masuk di ponselnya, mengejutkan Nora hingga napasnya tercekat. Ia pun bergegas mengeluarkan ponsel dari tas kecil.

'Mama sudah di mana sekarang?
Kafe sudah mau tutup.
Aku sedang merapikan meja.
15 menit lagi aku pulang.
Kevin akan menemaniku.
Kabari aku, Ma.'

Senyum mengembang di wajah Nora saat membaca pesan itu. Nora sangat akrab dengan Molly. Mereka berdua layaknya sahabat karib.

Hari ini Molly mendapatkan shift terakhir yang membuatnya harus pulang tengah malam. Beruntung Molly bekerja bersama Kevin, tetangga yang tinggal di salah satu unit di gedung apartemen mereka. Kevin jugalah yang menawarkan pekerjaan tersebut pada Molly. Setidaknya, Nora merasa lebih tenang karena ada Kevin yang menjaga Molly jika anaknya itu harus pulang larut malam seperti ini.

'Mama sudah di perjalanan pulang.

Sebentar lagi sampai.Kabari Mama kalau sudah mau jalan pulang, ya.'

Can I Trust You? (21+) - The "C" Series No. 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang