Langit malam yang cerah dengan taburan bintang dan sinar rembulan yang terang, mengiringi langkah Molly saat berjalan di trotoar menuju rumah Cliff. Daerah perumahan elite ini tidak sesepi pemukiman tempat tinggalnya. Sesekali pandangan Molly tertuju pada beberapa mobil yang lalu lalang di jalanan. Halaman parkir tiap-tiap rumah pun mulai terisi oleh kendaraan yang tampaknya baru tiba sehabis pulang kerja. Keberadaan para pejalan kaki yang berjalan di kanan dan kiri trotoar serta barisan beberapa mobil yang terparkir di pinggir jalan, membuat suasana malam ini cukup ramai.
Molly merapatkan sweater hitam kesayangannya, dan mencengkeram erat tali tas setiap kali ada orang yang berpapasan dengannya. Rasa takut akan kejadian yang menimpa mama, meningkatkan kewaspadaan dalam diri Molly. Ia pun mempercepat langkahnya saat melihat rumah Cliff di ujung mata. Molly memang baru satu kali ke daerah ini, tapi ia sudah menghafal letak tempat tinggal Cliff dengan mudah seakan ia sudah sering berkunjung.
Setelah mengetahui bahwa Cliff tidak muncul di kafe hari ini, entah mengapa Molly jadi merasa bersalah. Molly terus berpikir bahwa ketidakhadiran Cliff di kafe adalah kesalahannya. Ia berusaha mengingat apa saja yang sudah ia ucapkan waktu itu yang kemungkinan besar mampu membuat Cliff tersinggung.
Apakah dia kesal karena aku menawar jasanya? Apakah Cliff marah karena aku meragukan kepiawaiannya dalam menangani kasus? Atau ... apakah dia tersinggung dengan luapan kekecewaanku?
Pertanyaan-pertanyaan itu seakan menghantui, membuatnya semakin merasa bersalah. Itulah mengapa ia berniat menemui Cliff dan mengutarakan permintaan maaf secara langsung. Setidaknya jika pria itu mau memaafkan, maka ia akan lebih mudah meminta Cliff agar mau menerima kasus pembunuhan mama.
Molly berusaha mengesampingkan sifat dingin dan tegas Cliff. Bukan karena ia berniat terbiasa menghadapi sifat seperti itu, hanya saja Molly mencoba untuk bersikap dewasa. Ia berusaha menganggap bahwa sifat dingin dan tegas itu adalah sikap profesional yang Cliff pasang setiap kali berhadapan dengan klien. Ya, lebih baik Molly menganggapnya seperti itu. Setidaknya dengan begitu rasa takutnya terhadap Cliff sedikit berkurang.
Setelah berjalan beberapa puluh meter, akhirnya ia pun tiba di seberang rumah Cliff. Molly menoleh ke kanan dan kiri sebelum memutuskan untuk menyeberang. Rumah besar tanpa pagar itu tampak sepi saat ini, yang malah menambah kesan mencekam yang membuat siapa pun akan berpikir sepuluh kali untuk mendekat.
Sama seperti pertama kali ia berkunjung ke rumah itu, rumah Cliff terasa seperti tidak memiliki jiwa. Berbeda dengan rumah-rumah di sekitarnya yang tampak hangat dan memiliki jiwa masing-masing. Selama perjalanan menuju rumah Cliff, Molly memperhatikan beberapa rumah di sepanjang trotoar. Terdapat mobil-mobil yang masuk ke lahan parkir tiap rumah. Sambutan hangat anak dan istri saat suami tiba di rumah, menunjukkan bahwa kediaman itu memiliki jiwa dan kehangatan.
Rumah Cliff, meskipun terlihat besar dan luas, namun Molly bisa merasakan betapa kosong dan dinginnya suasana rumah itu. Bahkan saat ini, ketika Molly tiba di depan pintu rumah Cliff, tak ada kebisingan yang berarti yang mampu menunjukkan bahwa rumah itu memiliki penghuni. Rumah ini sama seperti pemiliknya. Dingin, mencekam, dan tampak tak memiliki jiwa.
Molly tidak tahu apakah Cliff ada di rumah, karena garasi mobil tertutup rapat. Namun lampu rumah yang menyala menandakan bahwa ada orang di dalam sana. Molly menarik napas panjang sebelum menekan tombol bel rumah yang tertempel di dinding dekat pintu. Ia menunggu dan menunggu hingga akhirnya terdengar seseorang memutar kunci pintu sebelum membukanya.
"S-selamat malam," sapa Molly berusaha ramah disertai senyum kecil nan kaku. Benar saja, Molly kembali dipertemukan dengan wanita tua yang mulai menatapnya dengan raut wajah datar.
"Malam. Ada keperluan apa?" tanya wanita itu datar seraya meneliti Molly dengan saksama.
"Emm ... saya mau ketemu sama Cliff. Apa dia ada di rumah?" jawab Molly jujur sembari tetap berusaha tersenyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Trust You? (21+) - The "C" Series No. 4
RomanceWARNING 21++ !! (Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa, kekerasan, dan kata-kata yang tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Harap kebijakannya dalam membaca. Sadar diri, sadar umur.) ***** Berdarah dingin. Kejam. Menyukai darah. Pecinta...