Molly akhirnya tiba di rumah Cliff yang berada di daerah Hillcrest Avenue, Epping. Matanya memperhatikan pintu yang terbuat dari kayu berwarna cokelat tua dengan kaca tebal dan buram di bagian tengah. Wanita yang baru saja menemuinya, sama sekali tidak mempersilakannya masuk dan meminta Molly menunggu di luar sementara wanita itu memanggil Cliff.
Debaran jantung Molly terasa begitu kuat hingga berdentum di gendang telinganya. Molly mencoba menenangkan diri sembari mengatur kalimat dalam pikirannya. Kali ini, ia sudah tidak bisa mundur lagi atau bahkan menyesali keputusannya. Lagi pula, kakinya sudah tak sanggup melangkah ke mana-mana. Rasa lelah bercampur gugup yang menyelimuti sepanjang perjalanan, membuat fisik dan psikis Molly benar-benar terkuras.
Ia tidak tahu apakah Cliff akan menyambut kedatangannya dengan tangan terbuka, atau malah mengusirnya, tetapi setidaknya Molly sudah bertekad untuk mengutarakan permasalahannya pada pria itu. Cliff mau terima atau tidak, Molly tak peduli. Setidaknya ia bisa mengatakan pada Kevin kalau dirinya benar-benar sudah menemui Cliff.
Rasa bosan menghampirinya karena menunggu cukup lama di depan pintu. Ia pun memutuskan untuk mengeluarkan ponsel dari tas, lalu membuka sosial medianya. Perhatiannya mulai terpusat pada beberapa foto-foto yang menarik, dan tak terasa waktu berlalu begitu saja.
"What are you doing here?"
Suara tegas, dalam, dan serak yang sangat Molly kenal membuatnya terkejut bukan main hingga ponsel terjatuh dari genggaman. Dengan gerakan cepat, Molly menunduk, lalu memungut ponsel, kemudian memasukkannya kembali ke tas.
"M-maaf," ucap Molly gugup. Hanya kata itu yang terbersit di kepalanya. Kata-kata yang sebelumnya sudah ia susun dengan sempurna, sirna begitu saja karena kaget.
Cliff, yang muncul tiba-tiba, terlihat segar seperti baru selesai mandi. Molly memperhatikan raut wajah Cliff yang terlihat lebih jelas saat terkena sinar matahari. Kantung mata yang tampak jelas menandakan bahwa pria itu kurang tidur. Siku-siku rahang yang tegas menunjukkan betapa maskulinnya wajah Cliff.
Pria itu mengenakan celana jogger hitam. Salah satu tangan dimasukkan ke dalam saku, sementara tangan yang lain menahan pintu, seakan melarang siapa pun untuk masuk ke rumah itu. Kaos hitam lengan panjang yang Cliff kenakan, membuat tubuh itu tampak lebih tinggi dari yang Molly ingat sebelumnya.
Rambut yang disisir ke belakang dan alis tebal yang membingkai mata tajam Cliff, membuat pria itu tampak bak kepala gangster yang menyeramkan seperti di TV. Namun setidaknya, Cliff memiliki bibir seksi dan menggoda. Bibir indah yang Molly yakini mampu menghanyutkan wanita dalam sekali kecupan.
Dengan susah payah Molly mengalihkan perhatiannya dari bibir itu, dan kembali memusatkan pikiran pada tujuan awal kedatangannya ke rumah Cliff. Namun, sebelum Molly mengucapkan sepatah kata pun, pria itu malah menggeram kesal.
"Kalau tidak ada urusan penting, silakan pergi!" tegas Cliff yang terlihat gerah dengan kedatangannya. Melihat bahwa Cliff berniat menutup pintu di hadapannya, Molly langsung menahannya sekuat tenaga. Ia tidak tahu dari mana keberaniannya itu datang, tapi ia harus mencegah Cliff agar tidak mengusirnya.
"What?" tanya Cliff tegas seraya mengerut kesal. Tatapan tajam disertai ucapan tegas membuat Molly tersentak kaget hingga mundur satu langkah.
"B-begini ... s-saya butuh bantuan," ucap Molly gugup.
Ia menatap mata Cliff sejenak. Molly kira mata pria itu berwarna hijau gelap namun saat terkena cahaya matahari ia bisa menangkap warna abu-abu lebih mendominasi mata indah itu. Mata yang mampu memerangkap jiwanya dalam sekejap, hingga ia kembali melupakan sejenak tujuan utamanya ke sini.
"Saya rasa saya sudah memberi tip lebih kemarin. Kurang?" tanya Cliff sinis, mengeluarkan Molly dari daya khayalnya yang tinggi.
"B-bukan itu ... s-saya mau menyewa ... maksud saya ... s-saya butuh pengacara," jelas Molly masih berusaha keras mengatur ucapannya agar terdengar layaknya manusia normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Trust You? (21+) - The "C" Series No. 4
RomanceWARNING 21++ !! (Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa, kekerasan, dan kata-kata yang tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Harap kebijakannya dalam membaca. Sadar diri, sadar umur.) ***** Berdarah dingin. Kejam. Menyukai darah. Pecinta...