BAB 19

150 5 0
                                    

Tatapan liar penuh gairah mengunci setiap pergerakan Molly yang terpampang jelas di barisan layar. Henry duduk dengan tenang sembari mempertajam pendengarannya, menyimak percakapan antara Molly dan Cliff semenjak kedua orang tersebut tiba di apartemen yang sudah berantakan akibat perbuatannya. Senyum tipis tersungging di wajah Henry mengingat bagaimana puasnya ia melakukan semua kekacauan itu.

Ia pun sempat bersenang-senang sejenak dengan pakaian dalam Molly. Ia menghirup aroma Molly yang terasa begitu menggairahkan. Bahkan, Henry membayangkan bagaimana ia memuaskan nafsunya, sementara Molly tak berdaya di bawah kuasanya. Sebelum memutuskan pergi dari apartemen itu, Henry membawa dua pasang pakaian dalam Molly sebagai hadiah atas kenakalannya.

Setibanya Henry di apartemen sewaan, ia memuaskan nafsunya sebanyak tiga kali. Tidak! Henry tidak menyewa wanita penghibur. Ia hanya menciumi pakaian dalam Molly sembari menonton ulang video ketika wanita itu sedang mandi, sementara tangannya bermain liar memuaskan kejantanannya sendiri. Oh ... bahkan tak ada seorang pun yang tahu kalau saat ini Henry sedang meremas gemas bra Molly dan menciumnya sesekali saat menatap wanita itu bergerak di layar.

Henry merasakan kepuasan tersendiri yang membuatnya makin bangga pada dirinya sendiri. Ia pun merasa bahwa peluangnya untuk memiliki tubuh indah itu makin besar. Dan, Henry sudah tak sabar ingin merasakan secara langsung betapa indah dan nikmatnya tubuh Molly.

Selama Molly dan Cliff pergi sejenak dari apartemen, Henry mendengarkan percakapan ketiga polisi yang menyelidiki tempat itu. Mereka mengatakan bahwa pembobolan terhadap apartemen Molly adalah kejadian yang tidak penting dan membuang-buang waktu. Bahkan, salah satu dari mereka mengatakan bahwa Molly sudah gila karena rela menghancurkan apartemen demi menyuruh mereka bekerja selarut ini.

Henry tidak tahu apa sebenarnya yang membuat para polisi itu sangat membenci Molly. Namun, ia tak mau repot-repot mencari alasannya karena yang ia pikirkan hanyalah Molly. Dan saat ini, perasaannya benar-benar bahagia karena tak lama lagi Molly akan menjadi miliknya sebelum ia mencabut nyawa wanita itu.

"Kamu yakin tidak ingin tinggal di tempatku?" tanya Cliff saat Molly sibuk memasukkan pakaian ke koper.

"Tidak. Aku butuh ketenangan saat ini, dan hotel adalah pilihan yang tepat," jawab Molly lemah, dan seketika itu pula Henry beranjak dari kursinya.

Tanpa perlu berlama-lama mempertimbangkan keputusannya, Henry langsung mematikan semua monitor. Dengan cepat, ia memasukkan bra Molly ke tas, lalu beranjak keluar dari apartemen. Henry memilih turun melalui tangga keamanan agar tak ada yang mengetahui pergerakannya. Dan setibanya di halaman parkir, ia pun bergegas masuk ke mobil.

Henry menunggu selama beberapa saat sambil terus menatap ke arah pintu masuk gedung. Hanya berselang beberapa menit, matanya menangkap kemunculan Molly dan Cliff yang berjalan keluar dari gedung apartemen. Tampak jelas bagaimana lelah dan sedihnya Molly malam ini, yang malah membuat Henry tersenyum puas dan gembira. Jika kejadian hari ini saja bisa membuat Molly selelah itu, ia bisa membayangkan betapa cantiknya wanita itu saat terkapar lemah setelah memuaskan nafsunya.

Henry menunggu dengan debaran jantung yang sangat cepat. Matanya memperhatikan Cliff yang sedang berbicara dengan Molly sebelum memutuskan untuk meninggalkan area parkir. Ia menghitung hingga detik kesepuluh sebelum menyalakan mesin. Dengan tenang, Henry berkendara membuntuti mobil Cliff dari belakang sambil terus menjaga jarak.

Beberapa menit kemudian, Henry menyadari bahwa mobil tersebut mengarah ke daerah Epping, tempatnya dulu membuang tas dan ponsel Nora. Akhirnya, mobil Cliff berbelok masuk ke sebuah hotel. Henry berhenti sejenak di pinggir jalan, menghitung sampai sepuluh sebelum mengendarai mobilnya masuk ke area parkir hotel.

Can I Trust You? (21+) - The "C" Series No. 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang