BAB 1

339 10 0
                                    

Malam itu langit sangat cerah dengan taburan bintang menghiasi angkasa. Cliff baru saja tenggelam dalam mimpi indah ketika suara letupan keras mengisi telinganya. Cliff mengerutkan kening, mengira bahwa letupan tersebut berasal dari luar rumah. Ia pun berusaha mengabaikan suara itu, dan mencoba kembali masuk ke alam mimpi. Namun, letupan demi letupan terdengar semakin keras dan dekat hingga menggema di telinganya.

Terpaksa, Cliff membuka matanya yang mengantuk, lalu menunggu sesaat sebelum akhirnya dentuman pintu kamar yang tiba-tiba terbuka lebar membuat dirinya kembali terjaga. Mama masuk ke kamar dengan tergesa-gesa, lalu menutup pintu dan menguncinya. Gaun tidur putih yang mama kenakan saat mengantar Cliff naik ke tempat tidur sebelumnya, masih terlihat sama indahnya seperti yang ia ingat. Namun, raut ketakutan yang menghiasi wajah mama kali ini membuat Cliff mengerut heran.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun demi menghapus raut bingung di wajah Cliff, mama malah bersimpuh di samping tempat tidur, lalu menggenggam tangan Cliff erat-erat. Suara letupan itu kembali terdengar, dan raut ketakutan mama terlihat makin jelas. Takut terhadap apa? Cliff pun tidak tahu.

"Ma," panggil Cliff pelan, masih dalam keadaan berbaring. Namun, mama langsung menempelkan jari telunjuk ke bibirnya, menyuruh Cliff untuk diam. Melihat ketakutan yang terpancar jelas di wajah mama, Cliff pun mulai gelisah dan takut. Tangan mama yang selalu memberikan kehangatan setiap kali memeluknya, kali ini terasa dingin menyentuh tangannya. Air mata pun mulai berderai membasahi wajah mama saat mata indah itu menatap dirinya dengan raut bersalah.

"Mama kenapa?" tanya Cliff sambil berbisik, berniat menghapus kesedihan di wajah mama.

"K-kamu harus sembunyi, Sayang," pinta mama dengan suara kecil, "ayo, kamu harus cepat-cepat sembunyi!"

Masih dalam keadaan setengah mengantuk, Cliff mendengar samar-samar suara letupan pistol serta teriakan orang di luar sana. Mama langsung menutup telinga Cliff sambil terus memintanya beranjak dari tempat tidur. Akhirnya, Cliff bangun dari posisinya dan turun dari tempat tidur.

Dengan gerakan tergesa-gesa bercampur panik, mama membuka pintu lemari, lalu menyuruhnya duduk di dalam sana. Tidak lupa mama mengambil selimut dan memberikannya pada Cliff, kemudian memeluknya selama beberapa detik. Pelukan yang terasa begitu erat dan hangat itu membuat rasa takut Cliff perlahan-lahan mulai mereda.

"Mama mencintaimu, Cliff," bisik mama lembut di telinganya, "jadilah anak yang tangguh, pemberani, kuat, dan hebat. Kamu adalah ksatria Mama. Be brave, Cliff. Be brave."

Mama mulai melepaskan pelukannya, lalu mencium kening Cliff lekat-lekat. Mama menatapnya dalam-dalam selama beberapa saat. Namun, ketukan keras di pintu membuat mama menoleh cepat.

"Jangan keluar dan jangan bersuara sedikit pun!" pesan mama tegas, "tunggu sampai polisi datang menjemputmu. OK."

Cliff mengangguk patuh meskipun bingung. Ia terus menatap mama hingga akhirnya pintu lemari tertutup tepat di hadapannya. Penasaran, Cliff pun mencoba mengintip dari celah lemari, memperhatikan apa yang mama lakukan di kamarnya.

Dengan gerakan panik, mama mulai membuka jendela. Sedetik kemudian, mama sibuk mencari sesuatu di laci mainan Cliff, lalu membuangnya keluar. Setelah itu, mama bergegas sembunyi di bawah tempat tidur, sementara ketukan di pintu semakin intens dan keras. Seakan menyadari kalau dirinya sedang mengintip dari celah lemari, mama menoleh ke arahnya dan mengucapkan 'I love you' dengan gerakan mulut yang sangat jelas.

Tak lama kemudian, sebuah tendangan keras dan kuat membuat pintu kamar terbuka lebar. Suara berdebum yang sangat kuat, membuat Cliff terperanjat dan segera menutup telinga, sementara pandangannya terus tertuju pada mama. Cliff ketakutan. Jantungnya pun berdebar sangat cepat.

Can I Trust You? (21+) - The "C" Series No. 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang