Molly terus memperhatikan Cliff yang sedang menikmati makanan dengan sikap tenang, bahkan tidak menoleh ke kanan maupun ke kiri. Pria itu tampak seperti berada di dunianya sendiri dan tak ada seorang pun yang dapat mengusik ketenangan yang melingkupinya. Molly kembali melakukan tugasnya sebagai pramusaji, meskipun Kevin terlihat geram dan bingung saat mengetahui dirinya lebih memilih melewatkan kesempatan besar untuk meminta bantuan pada Cliff begitu saja.
"Now what?" tanya Kevin yang langsung menghampiri saat Molly memberikan kertas pesanan pada barista.
"Apa lagi, Kev? Kamu tidak lihat bagaimana dia?" tanya Molly seraya memasang raut ketakutan.
"Kenapa?" tanya Kevin cepat, seperti menantang.
"Dia seperti vampir!" ujar Molly tanpa menyaring kata-katanya terlebih dahulu.
"Vampir? Are you crazy?" ulang Kevin histeris, mempertanyakan penilaiannya. Molly bisa melihat bagaimana sulitnya Kevin menekan volume suara agar tidak terdengar oleh orang lain setelah mendengar jawabannya.
"Lihat, Kev!" ujar Molly sambil memusatkan perhatian pada Cliff, "dia duduk sendirian, tidak bicara dengan siapa pun, bahkan terlihat tidak memedulikan sekitarnya. Dia seperti berada di dunia lain. Wajahnya juga sedikit pucat, dan entah mengapa aku merasakan aura menyeramkan saat berada di dekatnya. Dia benar-benar seperti vampir, Kev!"
Molly segera beranjak dari meja bar hanya untuk menyajikan kopi di meja pelanggan yang berada tak jauh dari meja Cliff. Molly melirik sekilas ke arah Cliff. Bahkan, saat makan pun pria itu tak mengeluarkan suara atau keributan yang berarti. Begitu pula saat meletakkan cangkir di atas piring tatakan, terkesan begitu halus hingga tidak menimbulkan dentingan sedikit pun. Pandangan Cliff hanya tertuju pada makanan dan kopi. That's it!
"Tidak! Pokoknya aku tidak mau minta bantuan padanya. Aku takut," tolak Molly saat melihat tatapan Kevin yang memaksanya untuk kembali ke meja Cliff dan berbicara dengan pria itu.
"Demi Mama, Molly. Kamu tidak akan bisa menemukan siapa pembunuh Mamamu kalau tidak ada bantuan dari orang berkuasa. Dia adalah pengacara terkenal, kurasa dia pasti bisa mengusahakan agar penyidik mau melanjutkan penyelidikan," jelas Kevin, berusaha meyakinkan Molly.
"Aku takut, Kev," ulang Molly untuk yang ke sekian kali, berharap Kevin tahu seberapa besar rasa takutnya saat ini. Tentu saja Kevin tahu, bahkan siapa pun yang menatap wajahnya sekarang pasti tahu kalau dirinya sedang ketakutan terhadap sesuatu yang tidak nyata.
"Demi mamamu, Ly," ulang Kevin seakan kata-kata itu adalah mantra yang bisa membuatnya kuat.
"Tidak! Aku tidak berani," tolak Molly dengan sedikit rasa menyesal sebelum melangkah ke balik pintu khusus karyawan dan memilih untuk mengambil jam istirahatnya.
*****
Molly keluar dari kafe pukul 20.15. Kevin masih terlihat kesal saat ia tetap memutuskan untuk menjauhi pria bernama Cliff dan memilih melayani pelanggan lain. Meskipun begitu, Molly diam-diam memperhatikan Cliff. Ia tidak menyangka kalau Cliff benar-benar meninggalkan kafe tepat pukul 18.30.
Saat melangkah menuju pintu kafe, Cliff tidak menoleh ataupun melirik ke arahnya padahal pria itu melangkah tepat di hadapan Molly. Sudah tak terhitung berapa kali Kevin menggerutu pada Molly semenjak Cliff keluar dari kafe. Dan ia pun yakin, esok hari Kevin akan memaksanya kembali untuk berbicara dengan Cliff.
Setelah jam kerjanya usai, Molly bergegas mengeluarkan tas serta sweater rajut dari loker, lalu menempelkan jari di mesin absen. Ia berniat mampir ke kantor polisi dan mencoba peruntungannya sekali lagi.
"Aku pulang dulu, Kev," pamit Molly tenang seperti biasa. Namun, Kevin menatapnya seraya memasang raut mengerut kesal diiringi gelengan kepala heran.
"Kamu langsung pulang, 'kan?" tanya Kevin curiga, seakan bisa membaca isi kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Trust You? (21+) - The "C" Series No. 4
RomanceWARNING 21++ !! (Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa, kekerasan, dan kata-kata yang tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Harap kebijakannya dalam membaca. Sadar diri, sadar umur.) ***** Berdarah dingin. Kejam. Menyukai darah. Pecinta...