BAB 15

67 3 0
                                    

'Thank God it's Friday' adalah slogan yang tepat untuk menggambarkan perasaan para pengunjung kafe sore ini. Wajah-wajah ceria, tawa lepas, dan helaan napas lega mengisi atmosfer tempat Molly bekerja. Namun, keramaian dan keceriaan para pengunjung tak mampu mengalihkan pikiran Molly dari Cliff.

Sudah lima hari berturut-turut Cliff tidak datang ke kafe. Sesekali, rasa penasarannya yang begitu besar memaksa Molly untuk menghubungi Cliff dan menanyakan keberadaan pria itu. Tapi setiap kali melihat nama Cliff di layar ponsel, rasa takut dan keraguan pun kembali melandanya.

Molly menyadari bahwa dirinya tidak berhak menanyakan di mana pria itu berada dan apa yang dilakukannya beberapa hari ini. Mereka tidak menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih, bahkan Molly baru mengenal Cliff beberapa hari belakangan ini. Itu pun karena ia berniat meminta Cliff untuk menjadi pengacaranya, bukan demi tujuan lain yang bersifat pribadi, apalagi yang berhubungan dengan asmara.

Ia berusaha keras menepis perasaan aneh yang bersarang di dadanya setiap kali memikirkan Cliff. Molly pun tidak bisa memungkiri bahwa bayang-bayang pria itu terus menghantui pikiran dan perasaannya. Bahkan, Cliff selalu muncul dalam mimpinya.

Masalahnya, kemunculan Cliff dalam mimpi-mimpinya beberapa hari ini sangat berbeda dengan mimpi buruk yang pertama kali ia alami saat berniat menemui pria itu. Cliff yang muncul dalam mimpinya akhir-akhir ini terlihat begitu menggoda. Bahkan mimpinya begitu intim dan liar, sehingga setiap kali terbangun Molly merasakan sekujur tubuhnya diselimuti oleh gelombang gairah yang begitu besar. Gairah yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Setiap hari, saat jam di dinding menunjukkan pukul 17.00, Molly selalu menatap ke arah pintu kafe. Molly berharap Cliff muncul dengan wajah dingin dan tatapan tajam yang sangat ia kenal. Namun setiap kali menyadari bahwa pria itu tidak akan muncul, kekecewaan pun kembali menyelimuti Molly.

Ini salah, Molly tahu itu. Tapi ia tidak bisa menyingkirkan Cliff dari pikirannya begitu saja. Molly bahkan tidak tahu apakah ia bisa menatap Cliff seperti sebelumnya setelah semua mimpi liar yang menghampirinya setiap malam. Molly hanya berharap ia bisa menjaga mata dan jantungnya agar bisa bereaksi normal saat berhadapan dengan pria itu.

Saat ini waktu menunjukkan pukul 17.30, dan untuk yang ke sekian kalinya, mata Molly tertuju ke arah pintu kafe. Hingga saat ini, hanya beberapa orang asing yang membuka pintu dengan tujuan menghabiskan waktu di kafe. Molly pun menghela napas pasrah, lalu berbalik menuju meja bar. Ia mengambil pesanan salah satu pelanggan dan berniat mengambil jam istirahat setelah menyajikan hidangan tersebut di meja pelanggan.

Setelah menyajikan dua cangkir kopi di meja pelanggan, Molly pun berbalik menuju meja bar. Baru saja ia meletakkan nampan di meja bar, tepukan pelan di pundaknya membuat Molly menoleh cepat. Kevin, yang berdiri di belakangnya, mengangguk kecil serta mengarahkan pandangan ke arah pintu.

Molly mengerut bingung, lalu mengikuti arah pandang Kevin. Seketika itu pula Molly merasakan tubuhnya menegang kaku, napasnya tercekat, dan jantungnya seperti berhenti berdebar selama beberapa detik saat melihat seseorang yang sudah ia nanti-nantikan. Cliff.

Pria itu berjalan dengan tatapan lurus tajam tertuju ke arahnya, seakan Cliff tahu di mana ia berada. Molly hanya bisa terdiam di depan meja bar sembari mencengkeram pinggirannya sebagai tumpuan. Ia tidak tahu apa yang membuat wajah Cliff tampak begitu tegang, namun tatapan itu tampak seperti ingin melahapnya hidup-hidup.

Dengan langkah tegap dan tepat, Cliff pun akhirnya berhenti tepat di hadapan Molly. Aroma parfum maskulin Cliff menyeruak mengisi indra penciumannya, mengalahkan aroma kopi yang begitu kental mengisi kafe. Mata Molly langsung tertuju ke bibir Cliff, entah mengapa. Sialnya, kilasan mimpi-mimpi terliarnya kembali mengisi kepala Molly dalam sekejap. Bahkan, ia bisa dengan jelas membayangkan kembali bagaimana bibir itu mencumbunya di dalam mimpi.

Can I Trust You? (21+) - The "C" Series No. 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang