Pria itu berdiri mengamati Molly dari kejauhan. Namun karena matahari masih bersinar terang, ia pun memutuskan untuk bersembunyi di balik mobil dan bersikap layaknya si pemilik kendaraan. Ia berusaha berbaur di suasana Sabtu yang cukup ramai, sementara matanya terus mengunci pergerakan Molly. Sesekali ia mengambil foto wanita itu secara diam-diam menggunakan kamera ponsel demi mengabadikan hasil pengintaiannya.
Ia sudah mengikuti Molly semenjak wanita itu keluar dari gedung apartemen tadi pagi. Ia tidak tahu apa yang Molly lakukan di salah satu rumah besar yang berada di daerah Epping. Hampir 2 jam lamanya ia menunggu dan mengamati Molly dari seberang rumah, hingga akhirnya wanita itu keluar dengan raut sedih.
Ia benar-benar tidak tahu apa yang membuat Molly tertunduk dan menangis. Ia bahkan tidak peduli. Tak ada seekor singa pun memedulikan apa yang mangsanya rasakan. Seperti itulah dirinya, mati rasa.
Hingga saat ini, ia tidak mengerti mengapa harus mengintai Molly selama lebih dari seminggu padahal wanita itu tetap akan mati di tangannya. Ia tahu, orang yang membayarnya pasti memiliki alasan tersendiri. Tapi itu bukan urusannya. Ia hanya melakukan sesuai perintah dan bayaran.
Setelah mengintai Molly yang memutuskan untuk berbelok masuk ke gedung apartemen, ia pun menunggu selama satu jam di sana. Hari ini, Molly tidak bekerja. Itulah yang ia dapatkan dari salah seorang informannya yang ia bayar untuk melakukan tugas ringan tersebut. Merasa bahwa wanita itu tampaknya tidak akan melakukan sesuatu kegiatan yang berarti, ia pun memutuskan untuk pulang dan kembali esok hari. Ini adalah tugas yang mudah dengan bayaran yang besar. Dan, ia menyukainya.
*****
Molly tiba di rumah sekitar pukul 14.00. Kaki dan tubuhnya terasa lelah, namun tak sebanding dengan rasa kecewa yang menyelimutinya saat ini. Harapannya untuk menemukan siapa pembunuh mama, pupus sudah. Sampai kapan pun, ia tidak akan mampu membayar Cliff.
Selama di kereta, Molly mencoba menenangkan perasaan dan pikirannya. Setelah menenangkan diri, ia pun mengulang kembali pembicaraannya dengan Cliff. Mungkin Cliff benar, menemukan penjahat adalah tugas polisi. Tapi setidaknya, jika ia memiliki pengacara andal, maka Brad dan timnya akan kembali melanjutkan penelitian.
Molly mengakui bahwa ucapannya sebelum keluar dari rumah Cliff adalah luapan amarah akan ketidakmampuannya untuk membayar pria itu. Oleh karena itu, Molly berusaha memutar otak bagaimana caranya agar bisa memiliki uang banyak dalam waktu singkat. Namun, sampai ia tiba di depan pintu masuk gedung apartemen, Molly belum juga menemukan satu pun cara.
Setibanya di apartemen, Molly melepaskan sweater, lalu meletakkannya di sofa panjang bersamaan dengan tas. Ia duduk di sofa sembari menghela napas lelah. Matanya menatap layar TV yang tidak dinyalakan, sementara pikiran Molly melayang ke sejumlah uang yang harus ia miliki. 10.000 Dollar. Dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? batin Molly sedih.
Ia melamun sejenak, dan nama Kevin kembali terbersit. Selama di kereta, Molly berusaha menahan keinginannya untuk menghubungi pria itu. Namun lagi dan lagi, nama Kevin kembali muncul dalam kepalanya.
Molly menoleh dan menatap tasnya sesaat, sebelum memutuskan untuk mengeluarkan ponsel. Ia berniat menghubungi Kevin dan meminta agar pria itu membantu mencari jalan keluar. Namun setelah menemukan nama Kevin di daftar panggilan, Molly menghentikan jarinya dan berpikir untuk yang ke sekian kali.
Molly menggeleng lemah, lalu meletakkan ponsel di meja sofa. Molly mengurungkan niatnya. Ia sudah terlalu sering menyusahkan Kevin. Mengutarakan masalah uang ini pada Kevin bisa berdampak buruk terhadap hubungan asmara pria itu. Dan, ia tidak mau Kevin kembali bersedih hanya karena keegoisannya.
Molly mengembuskan napas berat dan panjang. Ia kecewa pada dirinya sendiri. Kecewa karena tidak berhasil menemukan dan menghukum pembunuh mama. Embusan napas berat kembali melesat dari bibirnya saat ia bersandar di sandaran sofa, lalu memejamkan mata sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Trust You? (21+) - The "C" Series No. 4
RomanceWARNING 21++ !! (Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa, kekerasan, dan kata-kata yang tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Harap kebijakannya dalam membaca. Sadar diri, sadar umur.) ***** Berdarah dingin. Kejam. Menyukai darah. Pecinta...