BAB 6

84 4 0
                                    

"You did it again!"

Kalimat itu meluncur cepat dari bibir Kevin saat Molly membuka pintu. Terdengar jelas betapa kesalnya pria itu pada Molly saat ini. Kevin berdiri sembari melipat kedua tangan di depan dada. Rautnya menegang geram penuh amarah saat melihat mata Molly yang sembab.

Molly menyadari sebengkak apa matanya saat ini karena semalam ia menangis sejadi-jadinya setelah sampai di apartemen. Ia bahkan tidak berusaha menutupinya dari Kevin. Namun, Molly sama sekali tidak mengharapkan omelan Kevin pagi ini, yang bisa membuat dirinya kembali menangis.

"A-ada apa, Kev?" tanya Molly berusaha bersabar dengan luapan amarah Kevin.

"Brad meneleponku semalam," ungkap Kevin lantang yang membuat Molly tertunduk malu.

"A-aku hanya—"

"Kamu tidak perlu menjelaskan padaku! Dia sudah menceritakan semuanya," potong Kevin cepat. Molly mengangkat wajahnya, terluka dengan reaksi Kevin yang tampak enggan mendengar penjelasan darinya. Molly berharap Kevin mau memberikan waktu sedikit saja agar ia bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, raut kesal Kevin seakan menegaskan bahwa dirinya sudah melakukan sebuah kesalahan yang teramat besar, dan sikap itu membuat Molly semakin sedih.

"Apa maksudmu dengan bersedia tidur dengan Brad? Apa sebegitu putus asanya kamu sampai berpikir untuk melakukan hal kotor seperti itu? Kenapa kamu bersikeras menolak saranku, Ly? Sebegitu besarnyakah rasa takutmu untuk berbicara dengan Cliff sampai membuatmu menjadi sebodoh ini?" cecar Kevin tegas yang membuat Molly terbelalak kaget.

Hingga saat ini, Molly memang belum menceritakan pada Kevin kalau Brad memintanya untuk tidur dengan pria tua itu demi melanjutkan penyelidikan. Ia tidak ingin Kevin marah dan menghampiri Brad, atau lebih parahnya lagi, menghajar Brad hingga babak belur. Molly tahu seberapa besar kekuatan Kevin ketika sedang diselimuti amarah karena hal itu pernah terjadi tepat di depan matanya beberapa tahun yang lalu saat Kevin berusaha melindungi mama dari orang yang berniat jahat. Molly tidak ingin Kevin berurusan dengan polisi hanya untuk membela dirinya. Namun saat ini, Brad malah memutarbalikkan fakta dan membuat Molly terlihat buruk di mata Kevin.

"Astaga! Dia berbohong!" tolak Molly cepat.

"Bohong?" ulang Kevin seraya mengerut kesal. Tampak jelas bahwa Kevin tak akan percaya begitu saja dengan penolakan Molly.

"D-dia bohong, Kev! S-sebenarnya dia ... Brad yang memintaku untuk tidur dengannya sejak dua bulan yang lalu. D-dia bahkan menawarkan dirinya dengan sukarela untuk mencari pembunuh Mama tanpa bayaran asalkan aku mau menjadi simpanannya. Dia bohong, Kev!" jelas Molly dengan suara bergetar, berusaha menahan tangis.

Ia belum pernah merasa seperti ini. Terhina, direndahkan, dan terpojokkan terhadap sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sama sekali. Kevin menatapnya dengan sorot mata curiga, tampak belum bisa menerima penjelasan Molly. Akhirnya, air mata Molly pun menetes. Ia benar-benar putus asa. Rasa sakit di dadanya terasa begitu menyiksa, karena Kevin—satu-satunya orang terdekat yang ia miliki—tak percaya padanya.

"Dia bohong, Kev," isak Molly kecewa, menunjukkan betapa terluka perasaannya saat ini dengan tuduhan yang Kevin lontarkan padanya.

"Kamu yakin?" tanya Kevin sinis, masih belum bisa memercayainya. Molly tersentak kaget mendengar keraguan itu.

"Really? Kamu benar-benar menanyakan apa aku berbohong atau tidak?" tanya Molly balik, "ini aku yang sedang berbicara denganmu, Kev. Aku! Dan, kamu tidak percaya padaku?"

Tangis Molly pun meledak sejadi-jadinya. Untuk yang kedua kalinya dalam rentang waktu kurang dari 24 jam, Molly menangisi apa yang seharusnya tidak ia lakukan. Menangisi kebodohannya karena melanggar nasihat Kevin semalam.

Can I Trust You? (21+) - The "C" Series No. 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang