"Hutangmu.. cukup banyak.."
Jennie menundukkan kepalanya, saat mendengar ucapan Kang Seulgi, sang CFO di perusahaan ini.
"Enam bulan yang lalu, kau telah meminjam sebesar 30 juta won, dan cicilan itu terus berjalan sampai tiga tahun ke depan. Lalu, sekarang kau ingin meminjam lagi, Jennie? Aku tidak bisa menyetujuinya.. itu terlalu beresiko, kami tidak tahu, apa yang akan terjadi padamu kedepannya.."
Menghela napas, Seulgi meletakkan dokumen permohonan Jennie, mengembalikannya dengan rasa bersalah. "Bukannya berdoa yang buruk, hanya saja, hutangmu sangat banyak.. itu bahkan melebihi rata-rata sepuluh orang di sini.."
Jennie mengangguk, memberikan senyuman tipis. "Aku mengerti, Miss Kang.. maafkan aku karena lancang."
"Tidak perlu meminta maaf.." Seulgi tersenyum, "setiap orang punya masalah. Aku tidak mengerti masalahmu, tapi, aku akan mendoakan semoga semua masalahmu terselesaikan.. maaf karena aku tidak bisa membantumu dengan materi."
Jennie sekali lagi mengangguk. "Kalau begitu, aku permisi.."
Gadis itu akhirnya pergi meninggalkan ruangan CFO, dan kembali menuju meja kerjanya. Wajahnya terus tertekan, hingga dirinya tidak bisa lagi fokus bekerja.
Kim Jennie, adalah seorang gadis berusia 25. Dia adalah gadis cantik yang sederhana, memiliki posisi yang cukup bagus di usianya. Namun, di balik kemandiriannya, ia sebenarnya menanggung sebuah tanggung jawab, ibunya.
Ibunya menderita kanker paru-paru, yang mengharuskannya terus menetap di rumah sakit untuk menjalani berbagai pengobatan rumit. Sementara itu, Jennie harus terus banting tulang untuk mencari uang, untuk membayar biaya rumah sakit yang mencekik.
Hal itu adalah yang mengganggunya setiap waktu, ia harus menyiapkan setidaknya 2 juta won setiap minggu, untuk biaya pengobatan. Tentu saja, gajinya tidak cukup untuk menutup pengobatan yang super mahal itu, yang membuatnya memiliki hutang begitu banyak di perusahaan.
"Bagaimana?"
Jennie menoleh, saat mendengar pertanyaan dari sahabat perempuannya, Jisoo. Ia tersenyum tipis, lalu menggeleng pelan. "Tidak berhasil."
Dua orang itu pun terdiam. Jennie sibuk dengan pikirannya, dan Jisoo sibuk mencari ide untuk menemukan solusi.
"Perusahaan menolak ajuanmu?"
"Hutangku sudah begitu banyak.. aku memaklumi mengapa permintaanku ditolak.." Jennie menjawab pelan, "sepertinya, aku benar-benar harus mencari pekerjaan tambahan."
"Omong kosong!" Jisoo mengernyitkan alisnya, tidak setuju, "pukul 5 kau baru pulang dari perusahaan, jadi, kau ingin mencari pekerjaan apa, Jennie? Kau juga harus memikirkan kesehatanmu! Jangan gunakan seluruh waktumu hanya untuk bekerja!"
"Lalu, bagaimana dengan Ibuku?" tanya Jennie, suaranya pelan, seolah dirinya telah putus asa memikirkan jalan keluar permasalahannya sendiri, "Ibuku berjuang di rumah sakit, dan aku harus menebus obat untuknya.."
Jisoo menghela napas, merasa kasihan dengan sahabatnya. "Aku bisa meminjamkan padamu tabunganku, meskipun tidak banyak, itu setidaknya bisa membantumu selama satu bulan.. selama itu, kau bisa menyimpan uangmu, dan menggunakannya di lain waktu."
"Aku tidak mau merepotkanmu.." Jennie menggeleng, menolak dengan sopan, "aku benar-benar akan mencari cara lain.."
Jisoo hanya diam, menatap sahabatnya. Ia tahu, Jennie keras kepala, tidak mudah membuatnya mendengarkan kata-katanya.
"Aku harus pergi, Unnie."
Jennie berdiri, tersenyum ringan, "aku akan memikirkan semuanya.. jangan khawatir, kali ini, aku pasti akan menemukan solusi untuk permasalahanku.."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐥𝐞𝐞𝐩 𝐏𝐚𝐫𝐭𝐧𝐞𝐫
Fanfiction"Mr. Kim, 50 juta won, dan anda bisa memiliki tubuhku.." Jennie menyentuh telinga Taehyung ragu-ragu. Berada di bawah pesona gadis indah nan seksi itu, Taehyung tidak bisa menolak. Menelan susah ludahnya, ia pun mengangguk. "Aku akan mengirimkannya...