14. Sedekat Apa?

2.7K 308 66
                                    

don't forget to

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

don't forget to..
FOLLOW buat yg belom.
VOTE sebelum baca!!!
***

"Bagaimana kabar Eomma?"

"Ini sudah satu minggu setelah operasi.. tapi, dia belum sadar.."

Jennie menghela napas. Dokter memang sudah menjelaskan, bahwa operasi tidak menjamin membantu Eommanya segera sadar. Operasi itu hanya dilakukan untuk membersihkan hatinya yang terkena infeksi karena terlalu sering menerima obat-obatan.

"Tapi, Jennie.. kondisi Ibumu semakin stabil, meskipun dia belum sadar." Hibur Perawat Nam.

Jennie mengangguk. Tangannya mengusap kepala sang Eomma, yang tidak lagi ditumbuhi rambut. Ia pun memberi ciuman cukup lama di dahinya, seolah menyampaikan kerinduannya yang selalu ia tahan.

"Sesak napasnya pun sudah tidak pernah kambuh, dua kemoterapi terakhir." Jelas Perawat Nam, "Eommamu sebenarnya sudah jauh lebih baik."

"Aku berharap Eomma cepat sadar.." cicit Jennie. Selama ini, itulah yang selalu ia harapkan. Ia ingin mendengar suara Eommanya lagi, melihat senyumannya, dan menerima pelukannya. Rasanya, sudah sangat lama sejak terakhir kali ia menerima kasih sayang dan perhatiannya.

"Sabar, Nak.." Perawat Nam hanya bisa memberi dukungannya.

Jennie mengangguk.

"Ayo kita keluar.. kita perlu mengobrol."

Jennie pun mengikuti ajakan Bibi Nam, keluar menuju taman tempat biasa ia menunggu.

"Jadi, bagaimana pekerjaanmu hum? Semuanya lancar? Kau tidak butuh biaya tambahan atau bantuanku?" wanita itu segera menembak dengan banyak pertanyaan.

Tertawa kecil, Jennie pun menggeleng pelan. "Bibi jangan khawatir.. aku bisa mengatasi semuanya. Pekerjaan sampinganku mampu menutup semua kekuranganku.." ia pun tersenyum tipis di akhir, merasa bersalah karena tidak bisa bercerita tentang 'pekerjaan sampingan' yang ia maksud.

Perawat Nam tersenyum, menggenggam tangan Jennie. "Aku senang mendengarnya. Awalnya, aku ikut berpikir keras, bagaimana caramu membayar biaya rumah sakit yang tinggi itu.. tapi, Tuhan rupanya selalu punya cara untuk membantu makhluknya." Wanita itu pun bernapas lega, "yang penting, kau harus segera memberitahuku kalau kau mengalami kesulitan."

Jennie mengangguk. "Bibi.. jangan khawatir. Aku pasti berjuang untuk Eomma, jadi, aku tidak akan pernah keberatan.. ini sudah menjadi kewajibanku untuk merawatnya.. terima kasih atas tawaranmu."

Perawat Nam pun mengangguk, merasa lega. Melihat raut wajah Jennie yang tenang, membuatnya yakin, kalau gadis itu benar-benar baik-baik saja. Dalam hati, ia hanya berharap, gadis ini selalu diberi kemudahan di setiap langkahnya.

"Sekarang, kau mau pulang?"

Jennie mengangguk. "Tadi, entah mengapa, saat jam makan siang, aku ingin sekali datang ke sini. Tapi, setelah ini, aku ada rapat.. jadi, aku tidak bisa lama."

𝐒𝐥𝐞𝐞𝐩 𝐏𝐚𝐫𝐭𝐧𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang