1

344 13 0
                                    

Galih Andara, seorang remaja lelaki yang masih duduk di bangku pendidikan dan juga seorang atlet badminton yang memiliki prestasi cukup gemilang, memandang seseorang yang duduk sekitar 3 bangku di belakangnya.

Disana duduk seseorang yang sedang sibuk bermain dengan ponselnya. Tangannya sibuk menekan apapun itu yang ada di layar ponselnya dan mulutnya komat kamit seakan membaca mantra, namanya Arga. Arga Kaiyo.

Galih mengalihkan pandangannya kepada temannya yang berada 2 bangku di sebelah kanannya, melakukan hal yang sama, namun bibirnya melengkung penuh bahagia, namanya Kevin. Ia yakin mereka berdua sedang bermain game bareng. Raut wajah Kevin semakin cerah dan...

"Ah anak haram, bujang!!!" Pekik Arga dibarengi suara ketawa Kevin yang menggelegar.

"WOOHOOO!!! MAKAN MINUM SIANG GRATIS!" Sahut Kevin melompat-lompat riang.

Galih dapat menebak, Arga kalah dan Kevin menang. Ia bangkit berdiri dan berencana menghampiri Chio untuk menemaninya membeli makanan ringan. Pelajaran sedang dan akan kosong sampai jam makan siang dikarenakan rapat guru diadakan, katanya sih membicarakan festival olahraga yang diadakan 2 minggu lagi.

Namun, Chio tidak kelihatan. Begitu juga dengan Ian. Padahal baru beberapa menit yang lalu mereka masih berada di bangku dan mengerjakan sesuatu di ponsel masing-masing.

"Kenapa Gal?" Tanya Arga, wajahnya masih merengut kesal.

"Chio mana?"

Arga melirik ke belakang badan Galih, "Paling main ama Ian," jawabnya santai.

"Main?"

"Yaa... mungkin? gatau sih, ah bodo amat! Uangku ilang demi menraktir si kon-"

"Hush!" Galih membungkam mulut Arga. Mencegah Arga mengatakan sesuatu yang tidak senonoh dari bibirnya.

Arga mendorong tangan Galih dan menelusupkan kepalanya pada lipatan tangannya. Ia tidak rela kalah 5-0 dari gim online UNO dari Kevin. Secara, ia yang memperkenalkan dan mengajari cara gim itu bekerja pada Kevin. Rasanya seperti dikhianati oleh murid sendiri, kekalahan sang master.

"Arga..." panggil Galih.

"Hm?"

"Kawani ke kantin dong," ajak Galih.

Arga yang masih menenggelamkan kepalanya, menggeleng malas, "Gaaa... maaaa... uuu... Uangku sudah habis, nanti aku punya keinginan untuk membeli padahal uangku sudah... raib."

"Aku yang trakti-"

"OKE!" Pekiknya, "Gas ngeng!" Arga berdiri dan merangkul Galih dengan semangat.

Galih berdecak namun cukup maklum dengan kelakuan temannya yang satu ini. Sudah 5 tahun ia mengenal Arga, walau baru 2 tahun ini mereka cukup dekat dikarenakan Archio yang mempersatukan setiap orang seperti bermain Pokemon.

Saat sekolah menengah, Galih mengenal Arga yang sejak hari pertama masuk sudah memiliki rambut berwarna ungu. Saat dipanggil maju dan diintrogasi mengenai rambutnya, ia hanya bilang, 'mama saya yang buat katanya mau ngetes apakah ubi ungu hanya bisa mewarnai lapet saja atau bisa seluruh benda, Pak.' Tentu saja, ia berbohong. Sangat tidak mungkin perkataannya bisa dipercayai dan berakhir dihukum.

Sejak itu, Galih sering mendengar gosip mengenai Arga yang dikatakan cukup populer di antara para gadis.

Arga sendiri juga mengenal Galih cukup lama karena Galih adalah seorang atlet yang meraih berbagai penghargaan untuk cabor Badminton baik di pertandingan antar sekolah ataupun antar kota pada saat itu. Tapi, tidak lebih dari itu. Arga hanya tahu namanya dan prestasinya saja.

"Ar, teringatnya soal rambut ungu yang dulu itu, emang inisiatif cat sendiri?" Tanya Galih mendadak.

"Ha? Rambut ungu yang mana?" Tanya Arga balik. Ia masih sibuk memilih jajanan mana yang ingin ia beli, mumpung menggunakan duit Galih.

"Yang awal-awal masuk kelas 7 itu..."

Arga mengambil sekaleng minuman bersoda dan jajanan stik rasa jagung bakar pedas. Ia menyerahkan jajanan itu pada Galih, "Yang itu... kayaknya inisiatif sendiri sih. Ntah, ga terlalu ingat juga."

"Gimana sih, rambut sendiri masa ga ingat," keluh Galih, "Bi, ini aja ya." Galih menyerahkan jajanan dan uangnya pada Bibi penjual.

Arga menyandarkan tubuhnya ke dinding, "Ya mana aku ingat hal kecil gitu, lagian kepo banget dah Gal?"

Galih mendorong jajanan Arga dan mendelik, "Cuma nanya doang anjing?" Galih menutup mulutnya dan menghela nafas, "Tiap aku jalan samamu, mulutku ga bisa ga berkata kasar. Buruk banget pengaruh seorang Arga padaku," sungutnya sedih dengan tangan menyilang di depan dadanya.

Arga menonjok lengan Galih dan berdecak kesal, "Drama banget sumpah!" Ia beranjak pergi meninggalkan Galih.

Galih terkekeh lalu berlari kecil menyejajarkan langkah kakinya dengan Arga.

Lucu banget hehe!

Heyho! Ini dia I Like YOU part 2!!! Jangan lupa baca part 1 nya, kisah cinta vanilla antara Chio dan Ian~

I LIKE YOU? 2 [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang