8

57 4 0
                                    

Galih berlari dengan sangat cepat sambil sesekali melihat jam tangannya. 3 menit lagi gerbang akan ditutup, ia sangat tidak ingin terkena hukuman. Murid-murid lainnya tidak jauh berbeda, seperti diserang oleh zombie dan sekolah adalah satu-satunya tempat yang aman.

Otot kaki yang sudah terlatih untuk dipacu menjadi lincah dan jantung yang sudah biasa dipompa membuatnya tidak terlalu kesulitan menggerakkan badannya dengan cepat. Ia sampai di sekolah tepat sebelum gerbang akhirnya ditutup.

Di pekarangan sekolah, ia merapikan sedikit seragamnya dan menyisir rambutnya dengan perlahan. Begitu ia berjalan dengan santai, mata para murid memandangnya dengan kagum. Galih terkenal sebagai anak yang ogah-ogahan jika tidak berhubungan dengan olahraga. Jadi sangat jelas jika ia tiba-tiba merubah penampilannya menjadi lebih rapi dan terurus.

"Pagi, Galih..." Sapa seorang gadis sambil tersenyum manis.

Galih yang terkejut dengan sapaan yang biasanya tidak ia terima itu hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Setelahnya, ia langsung melanjutkan perjalanannya ke kelas.

Di jalan, Galih menerima sapaan yang tidak pernah ia terima sebelumnya. Namun, tetap saja ini terasa aneh. Galih tidak berniat untuk menarik hati perempuan itu, ia hanya ingin memenangkan taruhan.

Dan targetnya adalah

Arga.

"Kalau aku berhasil mendapatkan pacar dalam sebulan ini, aku menang dan kau harus menuruti satu permintaan dariku. Tapi, kalau kau berhasil mendapatkan pacar dalam sebulan ini, kau menang dan aku wajib memenuhi satu permintaanmu. Deal?" Tawar Arga semalam.

Dari kalimat itu, Galih menyimpulkan 'pokoknya punya pacar dalam sebulan'.

Galih sebenarnya tidak percaya diri dapat mendapati Arga, tapi tidak ada salahnya mendekati dulu. Ia hanya perlu... lebih terbuka.

Galih mengintip dari celah pintu dan melihat Arga sedang asik berbincang dengan Chio dan Ian. Ia menarik nafasnya dan masuk ke dalam kelas.

"Cepat-cepat masuk, jangan habisin waktu. Kita dikasi waktu 30 menit untuk menentukan siapa-siapa yang iku... Galih? Kau Galih, 'kan?" Ketua kelas yang tadinya menyerocos tak henti, terdiam menatap Galih yang berjalan ke tempat duduknya.

Semua mata murid di kelas turut memandangnya. Memandang perubahan anak yang selalu memakai jaket besar dengan tulisan 'Lomba Kejuaraan Daerah XXII' dan rambut ikal yang sering awut-awutan. Semua pasang mata termasuk Arga. Ia tidak menyangka akan melihat Galih yang seperti ini di sekolah. Dengan seragam musim panas.

Setelah Galih duduk, ketua kelas berdehem, "E... lanjut. Jadi, belum banyak lomba yang udah dibahas cuma blanket pull sama kaki ayam," ucapnya sambil membaca daftar lomba di kertas yang ia pegang, "nah, yang belum itu ada lomba lari 3 kaki, lompat tali beregu, rubik beregu, relay race, voli parasut, sama estafet."

"Siapa disini yang jago rubik? Butuh 4 orang untuk ikut rubik beregu," ucap ketua kelas.

Yuzo mengangkat tangannya disusul 3 murid lain yang cukup percaya diri dengan kemampuan mereka. Lomba berikutnya juga dibahas dan peserta yang ikut dicatat oleh wakil ketua kelas. Ada beberapa lomba yang sama sekali tidak diminati namun ada juga lomba yang diminati oleh hampir seluruh murid.

"Relay race... ini ada 5 pemain. Pemain pertama harus perempuan, siapa yang bersedia?" Tanya Ketua kelas.

Salah satu murid mengangkat tangannya yang langsung dicatat oleh Wakil ketua kelas.

"Pemain kedua dan ketiga dilakukan secara bersamaan, siapa yang bersedia?" Melihat tidak ada yang mengangkat tangan, ketua kelas menghela nafasnya, "Ini permainan pasangan. Harus cowo cewe, jadi Hani dan Taka, Bisa kan?"

I LIKE YOU? 2 [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang