Arga dan Galih duduk di pinggir lapangan. Mereka memutuskan untuk tidak kembali ke kelas, Arga hanya berusaha menghindari Kevin yang sudah dipastikan akan menyerocos panjang lebar mengenai kemenangannya.
Arga masih belum ikhlas akan kekalahannya.
"O ya, hanya perasaanku atau memang Chio sama Ian selalu nempel kemana-mana?" Celetuk Arga setelah tidak ada yang mereka bicarakan dalam 5 menit.
Galih memasukkan potongan roti terakhirnya dan menggeleng, "Dari awal kenal Ian, Chio emang nempel ama anak itu ga sih?"
Arga mengangguk setuju, "Iya juga sih." Mereka kembali diam sampai akhirnya Arga mulai membuka pembicaraan, "Chio keren parah. Betul-betul bisa menyatukan seluruh umat. Aku masih ga nyangka diriku ini bisa berbicara dengan Ian," ucapnya didramatisir.
Galih mengambil beberapa stick jajanan Arga dan memakannya, "Emang Ian gimana di matamu?"
Arga duduk menghadap Galih dan meletakkan jajanannya di paha Galih, "Ian itu kayak... diam, tenang, terus polos gemesin. Pokoknya, dia karena terlalu diam dan polos, aku jadi takut menodainya dengan mulut kotorku ini..." Setelah menjelaskan bagaimana Ian dengan gerakan tangannya, ia mengambil kembali jajanannya.
Galih menatap Arga sebentar, "Kalau aku?" Tanyanya.
Arga kembali memperhatikan Galih setelah mengalihkan fokusnya ke lapangan yang dipenuhi sekelompok perempuan yang bermain voli, "Kau kenapa?"
"Aku gimana di matamu?"
Arga mengendik, "Ya, Galih."
"Udah gitu aja?" Tanya Galih.
"Iya, he-eh. Anak badmin yang kalau udah di lapangan, tiba-tiba jadi kayak... pembunuh berantai. Ihhh serem anjir kalau bayangin kau jadi lawanku," celoteh Arga, "kau tahu, aku tiap nonton pertandinganmu, merinding sendiri pas liat matamu. Nih, sekarang ini matamu masih lembut natap orang masih manis, kalau di lapangan, tiba-tiba jadi... sadis. Penonton aja terintimidasi."
Seperti sebuah lagu, Cinta itu Buta dan Tuli,
perkataan Arga yang seperti menjelek-jelekkan dirinya terdengar seperti pujian di telinga Galih, "Oh...tapi cakep kan?"
"Mungkin deh..." jawab Arga sekenanya fokusnya teralihkan oleh para siswi yang sedang bersenang-senang bermain voli, "by the way, itu cewek yang di sana, anak kelas berapa? Cakep-cakep anjir!" Pujinya.
Mendengar Galih tidak menjawab pertanyaannya, Arga menoleh ke arah Galih.
"DIH! NAPA LU?!" Gidiknya melihat Galih mengeluarkan tatapan yang sama dengan yang ia deskripsikan ketika Galih di lapangan.
Galih memutar bola matanya malas dan menyeruput minuman susu pisang tanpa menjawab Arga. Arga yang sangat tidak sensitif, memilih menghabiskan jajanannya sampai tidak bersisa, "Ada yang cakep anjir! Aku kenal dia sih, cuma karena kemarin dia punya pacar, jadi ga aku deketin."
"Sekarang?"
"Setauku udah putus, hehehehe kesempatan buatku sih ini!" Ia tersenyum lebar dan langsung merapikan penampilannya. Tak lupa, ia mengambil sisir kecil yang selalu ada di kantung belakang celananya dan mulai menyisiri rambutnya sampai ia rasa rapi
"Gimana? Dah keliatan cakep kan? Mari kita cusss~" Arga langsung berlari menuju lapangan untuk mengambil bola voli yang terlempar keluar dari lapangan.
Galih hanya memperhatikan Arga dari jauh dan menghela nafas panjang. Tidak lama lagi, Arga pasti akan menjalin hubungan dengan gadis itu.
Jika Archio populer karena keramahan dan sifatnya yang positif, Arga adalah kebalikannya. Arga cukup terkenal di kalangan para gadis karena wajahnya yang cukup tampan, sifatnya yang baik walau sedikit sangean, dan kemampuannya menarik hati gadis-gadis dengan mudah. Minusnya adalah dia bersikap manis kepada setiap perempuan.
Setiap diputusin dengan alasan, 'Masa katanya aku godain cewe lain!' Selalu saja Arga akan melanjutkan cerocosannya dengan berkata, 'Ya, apa salahku kalau berbuat baik sama orang? Dia aja yang nganggap aku deketin dia, padahal niat awalnya ga gitu! Lagian ceweku overthinking banget, cuma muji cewe lain aja salah?!'. Wajah tidak bersalahnya itulah yang selalu ingin dilempar sepatu oleh teman-temannya terutama Yuzo.
"Kenapa bisa aku menyukai anak itu?" Keluh Galih menyesal akan perasaannya yang tidak bisa ia kendalikan.
Benar, perasaan Galih yang sudah lama ia pendam adalah untuk Arga seorang. Selama 4 tahun ia sudah memendamnya. Ia tidak bisa menyatakannya dengan berbagai alasan, selain dirinya sibuk dengan latihan dan pertandingan badminton, ia tidak bisa. Ia menyukai laki-laki dan itu cukup tabu.
Ia menguburkan harapannya dalam-dalam saat tahu Arga sangat menyukai perempuan. Galih masih teringat saat Arga mengajak mereka ramai-ramai menonton film bokep saat mereka masih di kelas 10, masih anak baru, dan mereka baru kenal. Galih dan Chio menolak mentah-mentah sedangkan yang lainnya, menyetujui ajakan sesat Arga.
"Gal! Kau balik ke kelas sendiri ya, aku masih mau ngobrol sama Cindy! Thanks jajannya, tolong buangin sampahnya juga ya!" Pekiknya dari lapangan bola voli.
Galih mengepalkan tangannya kuat dan tersenyum lebar, "Anak anj- ah... sialan!"gumamnya.
Heyya~ kalau kalian baca I Like You [Archio x Ian] pasti kalian tahu dongg kalau Galih memendam perasaannya dan membiarkan orang yang ia cintai berpacaran sana sini. Yap, orang itu adalah Arga. Si playboy yang tidak tahu kalau ia adalah seorang playboy! Anyway, give a lot of love, wudcha? <3<3<3
KAMU SEDANG MEMBACA
I LIKE YOU? 2 [ BL ]
Romance[ON-GOING] [YAOI] Apa jadinya, jika seseorang yang tidak pernah terlihat memikirkan hal-hal berbau romantis mendadak mengatakan ia menyukaimu? Arga dan Galih, yang satunya sudah katam dengan hubungan romantis dan sering berganti-ganti pacar lalu ya...