11

50 4 0
                                    

ANYWAY YOU REALLY NEED TO HEAR SUNNY BY ROCCO BCS THIS ONE ISS REALLY GOOD AHH IM IN LOVE WITH YOUR VOICE, DO U WANT TO BE MY BOYFIEE?!

"Kenapa kau selalu mengajakku?!" Gerutu Arga frustasi. Galih tidak bisa lepas dari Arga kecuali saat jam pelajaran, "aku seperti ketempelan tau ga?" Keluhnya.

Kini, Arga diajak Galih untuk makan siang bersama setelah Galih memesan sekotak pizza ukuran besar dan juga ayam goreng untuk makan siang mereka.

"Kenapa ga ajak yang lain juga sih?" Keluhnya lagi.

"Ga. Aku mau makan banyak hari ini, jadi ngajak satu orang udah cukup," kekeh Galih.

Sebelumnya, Arga yang mengikuti Galih kemana-mana. Namun, karena tampaknya Galih belum membuat strategi untuk mendekati Kania, Arga berniat menjalankan misinya mendekati Cindy hari ini. Hanya saja, Galih menempelinya kemanapun ia pergi dan selalu mengajaknya untuk tetap berada di sekitarnya.

Ia bahkan tidak memiliki kesempatan untuk kabur.

"Wuahh, memang sekret badmin adalah tempat yang tepat untuk makan siang dengan tenang," ucap Galih senang melihat sekretariat Badminton kosong melompong.

Ia menyalakan AC dan menata 4 minuman kaleng, sekotak ayam goreng, serta sekotak pizza di atas meja, "Sini duduk. Mau ga?"

Melihat pizza dengan topping daging melimpah serta ayam goreng saus pedas, Arga menelan ludahnya dan mengangguk cepat. Ia dengan semangat duduk di sebelah Galih dan tersenyum sumringah.

"Mau nolak, tapi ga enak," ucap Arga songong.

"Iya, iya. Makasih ya, udah mau ditraktir," balas Galih mengusak rambut Arga gemas. Tidak masalah Arga bertingkah bagaimanapun, Galih menyukainya.

Mereka berdua mengambil masing-masing potongan pizza. Dalam gigitan pertama, Arga langsung menghentakkan kakinya kesenangan, "Emhhh... enak banget anjir! Dah lama ga makan pizza! Memang Galih yang terbaik sih!" Ia langsung memasukkan gigitan besar lainnya sambil kegirangan.

Kalau urusan makanan dan traktiran, Arga sangat menerima dengan senang hati dan terbuka untuk segala tawaran. Galih juga dengan senang hati menraktir Arga jika itu artinya ia bisa menghabiskan waktu berdua bersama Arga.

"Oh ya, kita dah temenan kira-kira 2 tahun. Tapi, aku belum terlalu mengenalmu sebenarnya," ucap Galih setelah menyeruput minumannya.

Arga menoleh kepada Galih lalu kembali memakan potongan pizza dengan ayam goreng yang sudah ia suir-suir di atasnya. Ia menggigit potongan pertama dan kembali kegirangan. Tangannya mengisyaratkan agar Galih menunggunya sampai ia selesai mengunyah.

"Wuahh, enak banget!" Serunya setelah menelan makanannya, "tapi bener sih. Aku juga gatau apa-apa tentangmu. Mungkin karna dibanding yang lain, aku lebih dekat ama Kevin dan Chio kali ya?"

"Mungkin? Jadi, coba kasi tahu fakta yang menarik tentangmu."

"Em... namaku Arga Kaiyo, aku Aquarius dan... aku seorang murid?" Jelasnya sedikit bingung. Ia tidak tahu harus menjelaskan apa mengenai dirinya.

Galih tersenyum tipis, "Oke, kalau gitu aku Galih Andara, aku... ga pernah baca zodiak, kalau lahir Maret zodiaknya apa?" Tanyanya.

Arga mengeluarkan ponselnya, "Tanggal 10 kan? Em..." matanya menjelajah browsernya dengan teliti, "pisces!" Serunya.

Galih menahan senyumnya, Arga mengingat tanggal lahirnya. Ia berdehem pelan mencoba mengontrol kebahagiaannya yang bisa menimbulkan senyum lebar dari telinga satu ke telinga lainnya, "Nah, aku pisces dan yah... aku murid sekaligus... ya biasa, atlet badminton." Ia menjelaskan dengan sombong mengenai perannya sebagai atlet.

"Cih! Selain murid aku juga..." Arga nenggaruk kepalanya yang tidak gatal, "atlet Handstand!"

"Emang ada?"

"Ga ada sih, tapi aku jago Handstand," ujar Arga mencoba membuatnya terlihat keren, "bisa 5 menit lagi!" Tambahnya dengan bumbu-bumbu agar sedikit dramatis.

"Sriusan?" Tanya Galih serius.

"Ya... b- bisa dong, ah gitu doang mah gampang," ucapnya remeh.

"Aku ga bisa handstand," ujar Galih sedikit kecewa.

Arga menepuk punggung Galih, berusaha memberi semangat kepada temannya, "Gapapa, Gal. Kau mungkin bertalenta di hal lain," nasihatnya, "Hahahaha, tapi tetap kerenan aku sih." Kembali ia tertawa mengejek Galih.

Galih yang tadinya menunduk, mendongak melihat Arga tertawa sombong di hadapannya. Ia tersenyum lebar lalu terkekeh, "Karna udah tau fakta menarik itu, berarti kita temen deket ga sih?"

"Tapi kita kan memang udah deket?" Tanya Arga bingung. Ia memasukkan potongan ayam goreng dan menikmati tiap kunyahan dengan senang.

"Iya, tapi kemarin ga deket-deket banget. Aku pengen lebih deket lagi," sahut Galih masih fokus menatap Arga. Ia bahkan tidak menyentuh makanannya lagi.

Arga menoleh, melihat senyuman indah dan tatapan manis Galih yang tertuju padanya. Ia berdehem pelan dan melap ujung bibir Galih, "Ada... ada saus disana."

"Hehe, makasih Arga."

Arga melap tangannya dengan tisu dan mendorong wajah Galih menjauh, "Aku curiga kau melakukan ini agar aku lupa dengan taruhan kita." Ia mencoba mengalihkan perhatiannya dari Galih yang mendadak membuat badannya panas meskipun AC sekret sudah diatur di suhu 16°.

"Lah, ini aku lagi ngejalanin misi buat taruhan kita."

Arga menatapnya terkejut, sedikit panik, karena yang ia lakukan masih bertukar pesan doang dengan Cindy, "Seriusan?! Kau... mana coba lihat chat kalian?!"

Galih mengernyitkan keningnya, "Chat sama siapa?"

"Sama Kania lah, udah sini handphonenya! Aku mau liat!" Paksa Arga yang langsung dituruti Galih dengan bingung.

Ia bahkan tidak tahu apa hubungannya dengan Kania, namun ia membuka handphonenya dan menunjukkan pesan mereka yang dilakukan terakhir pada malam hari setelah ia dan Arga membuat taruhan.

Arga mengambil handphone Galih dan melihat pesan yang sangat singkat itu.

Kania

Galih, thanks ya tadi mau ngobrol samaku.

Ya, sama2.
Send.

Kau lagi apa?

Lgi bgsin handle raket.
Send.

O~~ Sorry ganggu.
Kalau gitu, selamat malam.

Y
Send.

Arga menatap pesan yang sangat kering itu cukup lama lalu menoleh ke arah Galih yang menyeruput minuman dinginnya. Ia menggelengkan kepalanya kasihan kepada Galih.

"Ini mah, hadeh..." Arga bersungut-sungut lalu menepuk punggung Galih sedikit kuat, "Kau memang tidak ada harapan!" Ledeknya. Ia keluar dari laman room chat Galih dengan Kania dan melihat pesan-pesan yang tidak terbaca.

Rata-rata dari perempuan dan sudah dianggurin dari semalam. Bahkan pesan yang dibalas oleh Galih hanya mengandung satu huruf, Y.

"Kau sangat mencintai Badminton ya?" Ia meletakkan handphone Galih di meja.

"Ya iya dong. Aku atlet." Jawab Galih cepat.

"Iya bener juga. Kasian."

"Apa sih, Arga?" Tanya Galih masih bingung dengan perkataan Arga.

"Engga, gapapa. 98% aku sih yang bakal menang taruhan kali ini," ucapnya dengan percaya diri.

Galih terkekeh, "Kenapa gitu? Jangan lupa aku yang melakukan Relay race nanti loh."

Arga menggeleng kasihan, "Bahkan perlombaan itu pun tidak bisa menolongmu. Mending nyerah deh." Arga mengambil sepotong pizza lagi dan memakannya dengan lahap.

Kenapa juga aku berpikir Galih bisa menang taruhan ini? Isi kepalanya badminton doang.

I LIKE YOU? 2 [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang