15

42 4 1
                                    

Galih dan Arga masih tidak berbicara. Galih juga masih belum menyelesaikan masalahnya dengan Yuzo dan Chio. Kepalanya semakin mumet saat memikirkan semuanya sekaligus. Ia berniat untuk menyelesaikan semuanya sebelum acara festival olahraga dimulai. Dan itu pasti adalah hari ini.

Di sisi lain, Arga juga masih sering memikirkan kejadian malam itu dengan Galih. Cukup lama ia memikirkannya sambil memandangi poster Megan Fox yang ditempel di dinding kamarnya.

Awalnya ia pikir itu perasaan jijik. Hanya saja jika itu memang benar, seharusnya ia tidak onani sambil membayangkan wajah Galih yang ditempel jelas-jelas menggantikan wajah cantik nan seksi Megan Fox.

Ujung-ujungnya, ia frustasi sambil keluar dikit.

"Arga, jadikan?" Tanya Cindy, gadis yang sedang duduk di sampingnya.

"Eh hah? Jadi...apa?" Tanyanya.

"Jalan. Sabtu ini? Pasti ga dengerin aku kan?!" Gerutu Cindy mencubiti perut Arga yang membuatnya terkekeh geli.

Arga menahan tangan Cindy yang bergerak cepat lalu mengangguk, "Dengerin kok, Cantikku. Mau aku jemput atau jumpa di tempat, Manis?"

Cindy berpikir cukup lama, "Kalau jemput, bisa?"

Arga mengangguk lalu menepuk kepala Cindy, "Bisa dong. Apasih yang engga buat si Cantik ini?" Godanya membuat Cindy terkekeh gemas dan menyandarkan kepalanya di bahu Arga.

Arga tersenyum tipis, ia bertekad untuk melupakan kejadian 'itu'. Ia suka perempuan dan hanya perempuan. Ia akan menembak Cindy hari Sabtu ini, dengan begitu ia bisa memenangkan taruhannya dengan Galih.

Lalu, ia akan meminta agar Galih... menjauhinya.

"Arga!" Panggil seseorang membuat kedua manusia yang di mabuk asmara menoleh ke sumber suara.

Galih berjalan ke arah mereka, dengan senyumnya yang kaku. Meeping istilahnya.

"Cantik, balik ke kelas aja duluan. Ada yang mau aku bicarain sama Galih," ucap Arga. Cindy balas tersenyum dan mengangguk. Ia pergi dari sana sambil terus melambai pada Arga.

Arga merubah ekspresinya menjadi sedatar mungkin lalu berjalan ke arah Galih dan berdiri di hadapannya. Keberanian Galih, kata-kata yang sudah ia susun, dan pikirannya mendadak hilang. Sunyi. Bahkan teriakan frustasi di kepalanya seketika menghilang melihat wajah Arga yang terlampau kelihatan tidak menyukai kehadirannya.

Dan, Galih tidak tahu harus bilang apa sekarang setelah Arga berdiri di hadapannya.

"Bukannya aku udah kasih tau aku lagi ga mau bicara denganmu?" Tanya Arga dengan nada yang tajam.

Galih membuka mulutnya namun segera menutupnya. Ia merasa bodoh karena ia bahkan tidak ingat apa yang ingin ia sampaikan pada Arga. Aura membunuh yang menguar dari balik punggung Arga membuat Galih panik sendiri.

"Mulai sekarang, jangan panggil aku lagi. Aku ga selera ngomong samamu," pungkas Arga kasar. Ia meludah ke tanah, memberi sinyal ketidaksukaannya pada kehadiran Galih.

Setelah Arga pergi meninggalkan Galih, lelaki berambut ikal itu hanya bisa terdiam seperti patung.

Melihat tingkah dingin Arga yang cukup kasar, Galih tidak bisa berkutik. Ia mengusap kasar wajahnya, segera berjongkok dan menyembunyikan wajahnya, "Kenapa aku tidak bisa bilang maaf. Kenapa aku tidak bilang itu hanyalah... kesalahan sesaat. Bagaimana aku bisa memperbaiki hubungan kami? Bahkan kami tidak bisa sekadar menjadi teman!" Gerutunya frustasi.

I LIKE YOU? 2 [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang