3

74 9 0
                                    

Di akhir pekan, Galih menghabiskan 5 jam waktunya untuk berlatih badminton. Tentu saja bersama teman satu grup pelatihan dan pelatihnya. Tangan dan kaki Galih bergerak lincah, saat ini ia sedang bertanding solo dengan salah satu temannya, Nakano.

Galih selalu kalah darinya, sejak Galih mengenal badminton dan menjadi bagian dari tim pelatihan ini, hanya Nakano yang bisa maju ke pertandingan nasional dibandingkan dengan teman setim lainnya.

"Deuce!"

Galih mengelap keringat dari pipi dan hidungnya. Ia menatap ke arah Nakano yang tersenyum sembari memberikan service. Dengan sedikit tipuan, ia mencoba mengakali permainan. Namun, tetap saja, Nakano memiliki kelincahan, pengalaman, dan talenta yang lebih dari cukup.

Aku lebih duluan meraih poin 20, it wont be that hard to do the other 2.

Dengan sengit, keduanya bermain seperti tidak ingin cepat menyelesaikan pertandingan. Kok melambung dengan cepat, dengan membagi buta. Pertandingan latihan ini seperti liga dibuat mereka.

"Last!" Teriak wasit. 1 poin untuk Nakano yang berhasil mengecoh gerak kok-nya.

Galih memejamkan sejenak matanya dan menatap Nakano kembali. Nakano seperti biasa, hanya tersenyum dan memberi servis kembali.

"Hyahh!" Pekik Galih dengan memberikan smash, namun Nakano sangat siap menerima dan mengirim kembali kok ke lapangan Galih.

Hampir 3 menit mereka menyerang, menarik ulur tempo permainan. Namun, lagi-lagi, Galih harus menerima kekalahannya.

"Huarghh... good game!" Ucapnya sambil merebahkan diri di tengah lapangan.

Nakano menghampiri meja di samping lapangan, dimana minuman mereka berada kemudian menghampiri Galih yang masih telentang. Galih menerima minuman dari Nakano dan menegak habis minumannya.

"Thanks. Anyway, semangat untuk persiapan pertandingan bulan depan!" Ungkap Galih.

"Karena ini antar sekolah, semoga kita bertemu lagi di lapangan," ungkap Nakano sambil menepuk punggung Galih. "Oya Gal, temenmu datang deh keanya?" Tanya Nakano.

"Yang mana?" Galih menatap ke sekelilingnya dan melihat Kevin dan... Arga.

"Yang di tribun."

Galih mengangguk. Ia menepuk pelan punggung Nakano dan beranjak pergi menuju tribun. Arga melambai ke arah Galih saat mata mereka bertemu. Galih tersenyum lebar. Ia merasakan kupu-kupu di perutnya berterbangan secara tidak teratur dan perasaan itu membuatnya... ingin meledak dan menjadi bunga saja.

Tenang, tenang. Arga datang! Tapi harus tenang... tapi Arga datang!

Ini baru, tidak biasanya temannya datang ke tempat latihan. Dan di atas segalanya, temannya yang datang adalah Arga. Lelaki yang ia sukai sejak lama.

Apa Arga melihat pertandingan tadi? Ahh sial, masa pas aku kalah? Tapi, harusnya cukup keren ga sih? Aku ga ada buat malu kan? Badanku bau ga ya?

Isi pikiran Galih langsung buyar begitu ia sampai di hadapan kedua temannya dan Arga tersenyum lebar melihatnya.

Anjing, manis banget?!

"Oy!" Sapa Kevin dan lanjut bermain dengan ponselnya.

"Ngapain disini? Tumben?" Tanya Galih mencoba mengalihkan fokusnya dari senyuman Arga yang membuatnya ingin pingsan saat ini juga.

Arga terkekeh, "Duduk dulu ga sih, Gal. Tarik napas dulu pelan-pelan hehe..."

Mendengar cara bicara Arga yang sedikit... berubah, Galih memicingkan matanya, curiga akan gerak-gerik aneh Arga. Tetapi, ia tetap menurut dan duduk di kursi tribun.

"Habis ini ada acara ga?" Tanya Arga.

Galih melepas headband-nya dan mengacak rambutnya pelan, "Ga ada, kenapa?"

"Main sama kami, mau ga?" Tawar Arga.

Galih berpikir sejenak lalu mengangguk, "Aku gas aja sih. Tapi, aku harus balik dulu, mandi."

Arga tersenyum lebar, "Ke kost aku aja mandinya mau ga? Lebih dekat juga soalnya."

Galih kehilangan fungsi berpikirnya sejenak mendengar kata 'Kost'. Sudah 2 tahun mereka kenal dekat, namun ia belum pernah ke kost Arga. Pernah sih diajak, tapi alasan mereka kesana karena ingin menonton 'hal tidak senonoh' beramai-ramai.

"Gal?"

"Oh iya! Bisa sih, tapi bajuku..."

"Aman aja, pakai bajuku nanti." Lelaki bergaya seperti anak populer itu lalu menarik dan menggenggam tangan Galih di depan dadanya, "tapi beneran ya, mau main sama kami?"

Galih merasa senang, tangannya digenggam seperti itu namun ia menaruh curiga, kembali waswas dengan penawaran Arga. Ia menarik tangannya agar lepas dari Arga, "Mau kemana sih emangnya?"

Arga tersenyum kaku dan lebar, "Grup kencan...? Hehe."

Galih menatapnya dengan malas.

Arga langsung menggelayut manja di lengan Galih, "Ini janjiku ama Kevin buat yang kalah main UNO itu! Tadinya mau ajak Reggy, tapi dia lupa hari ini dia harus jaga adiknya. Mau ya Gal? Cuma kurang satu orang aja. Kencannya ga lama kok, paling cuma 2 jam aja," bujuk Arga berusaha agar Galih mau ikut.

Galih menarik nafas dan membuangnya dengan pelan, "Yaudah. Tapi, 2 jam ya. Lebih dari itu, aku cabut."

Arga tersenyum lebar dan mengangguk dengan kencang, "Iya iya! Heheheheheh!" Tangannya langsung mencubit pipi Galih gemas.

Begitu Arga berbalik dan berbicara pada Kevin, Galih langsung berdiri dan pergi menuju loker ganti. Tentunya dengan jantung yang berdebar. Pipinya tidak bisa lebih merah lagi akibat permainan badminton yang sengit, tapi bisa Galih rasakan kulitnya yang bersentuhan dengan Arga memanas. Lebih panas dari saat ia bermain dengan membabi buta.

Hari ini bisa jumpa Arga lebih lama hehehehehehehe

I LIKE YOU? 2 [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang