5

73 7 0
                                    

Galih menyerah melawan Arga, lelaki remaja dengan gaya khas starboy, tidak ingin membiarkan dirinya menjadi seperti lelaki berambut ikal kurang terurus. Tangan Arga dengan telaten mencatok rambut Galih, menjadikannya sedikit lebih rapi.

Galih sudah cukup tampan dengan rambut ikalnya yang sering ia ikat atau dipakaikan bando atau headband saat tanding atau bahkan saat ikal tidak terurus, hanya saja gaya seperti itu sangat tidak cocok untuk dipakai kencan.

"Lo tuh ganteng, Gal. Berantakan ga jelas gini aja ganteng, apalagi kalau ditata dikit, ga perlu misuh-misuh deh!" Tegur Arga kesal karena dari awal, Galih seperti menggerutu dan memotong kecil-kecil tisu.

Galih tidak menggerutu, ia sedang berdoa. Berdoa tanpa suara agar dirinya tidak terlihat gugup saat Arga memegangi kepalanya. Tisu adalah salah satu pelariannya agar fokusnya tidak pada tangan Arga yang secara lembut memegangi rambutnya.

"Masih belum?" Tanya Kevin yang baru masuk setelah menerima panggilan.

"Belum," jawab Arga singkat, "telponan lama banget, diteror pinjol ya?" Ledek Arga, "yakan? Yakann?"

"Heh mana ada, tadi tanteku yang nelpon."

Arga tersenyum penuh arti, senyum yang menuduh. Dan biasanya, Kevin langsung mengamuk, "Ga ada babi! Memang tanteku yang nelpon!" Nah, dia sudah meledak. Lelaki yang memiliki kesabaran setipis serat tisu dibagi dua.

"Yaudah, biasa aja dong. 'Kan cuma nanya," tanggapnya acuh, "Oya, ambilin dong set baju di gantungan, yang warna hijau bajunya." Arga menyuruh Kevin sambil tetap merapikan rambut Galih.

Kevin berdecak ingin melempar sesuatu, namun tidak ada benda di sekitarnya yang bisa ia lempar.

"Cepat ambilin!" Perintah Arga.

Kevin mengepalkan tangannya kuat, hanya saja ia tetap melakukannya. Ia mengambil salah satu celana bahan berwarna hitam dan juga kemeja beige polos di lemari Arga, "Mau pake tali pinggang juga ga?"

"He eh, bawa aja." Ia melirik dan berdecak kesal, "yang hijau bajunya Kevin... jangan buat emosi bisa ga?" Tanya Arga lembut membuat Kevin bergidik ngeri. Ia kembali dan mengambil baju sesuai yang diperintahkan oleh Arga.

Kevin meletakkan outfit lengkap itu di atas sofa dan duduk di samping Arga.

"Kenapa Galih sampe merah gitu anjir?" tanyanya.

Arga terkekeh, "Kayaknya catokannya agak panas," ujarnya sambil menepuk pundak Galih, "lagian, Galih kan emang tipe yang ga bisa kena panas. Ingat ga sih pas musim panas yang 2 tahun lalu, panas banget kan itu. Galih ampe sebadan-badan memerah."

Galih mengingat kembali kejadian itu, itu tahun pertama ia dekat dengan Arga. Pertama kalinya setelah hanya mengagumi Arga dari jauh selama 3 tahun. Dan, Arga sudah menyerangnya dengan tiduran di paha Galih. Sibuk memainkan ponselnya. Tanpa tahu, Galih sudah menahan nafasnya agar jantungnya berdetak lebih pelan.

Kevin mengangguk pelan, "Iya sih, tapi lebay banget dah Gal. Panas dikit doang."

Galih mencubit paha Kevin sedikit kuat, "Diem lu!"

"Nah kan, kesenengan lu disiksa. Dasar masokis!" ejek Arga pada Kevin sambil terkekeh.

"Masokis pala gigi kau la!" Kevin menoyor Arga dan langsung bermain dengan ponselnya sambil bersandar malas.

Setelah menata bagian depan rambut Galih, Arga tersenyum lebar. "Nah, selesai," ujarnya lalu menyerahkan outfitnya kepada Galih, "buruan ganti baju, nanti telat!" perintahnya yang langsung dituruti oleh Galih dengan berjalan menuju kamar mandi.

"Ga bisa disini aja? Heboh kali ke kamar mandi!" ledek Arga.

"Ganti di sini aja, biar ga repot. Kan tinggal buka baju!" sambung Kevin masih setia pada ponselnya.

Galih tidak memiliki alasan untuk mengganti di kamar mandi. Toh mereka semua sama-sama lelaki. Tapi, ia merasa malu...

"Ah lama!" Arga yang tidak sabaran langsung mengambil outfit yang ada di tangan Galih dan membuka kaus basket Galih. Galih hanya bisa pasrah dengan perlakuan Arga.

Arga membungkuk dan memperhatikan otot dada dan perut milik Galih, "Wih gila, kok bisa ototmu jadi begini. Tahun lalu keanya ga se... se 'patung-dewa-yunani' gini lah." Jemarinya menyusuri alur-alur otot perut Galih, menimbulkan sensasi panas dan geli pada tubuh pemilik otot itu.

Kevin memperhatikan tingkah Arga yang agak menjijikkan langsung melempar bantal ke kepala Arga, "Bisa ga, jangan mesum pas lagi ada aku disini?!"

Galih buru-buru mengambil kemeja dari tangan Arga dan memakaikannya dengan sigap. Arga melempar kembali bantal ke arah Kevin dan bergerak menimpa Kevin serta membekapnya dengan bantal. Tanpa ragu, Galih langsung membuka celananya dan memakai celana bahan milik Arga selagi Arga dan Kevin sibuk bergulat.

"Udah siap, ayo pergi," Ucapnya sembari memasukkan kaus dan celana pendeknya ke dalam tas.

Arga bertepuk tangan dengan antusias melihat penampilan Galih yang sangat berbeda dari biasanya. Galih selalu memakai kaus polos, celana pendek, kaus kaki sebetis, dan sendal slip on saat bermain dengan mereka.

"Wah, memang badan atlet beda banget. Kayak dipahat sempurna untuk baju-baju kayak begini." Arga bertepuk tangan memuji penampilan Galih yang baru.

Kemeja dan celana itu biasanya terlihat lebih longgar di badan Arga yang kurus, namun terlihat fit di badan Galih yang tegap. Arga segera berlari mengambil loafers berwarna krem dan menyerahkannya pada Galih, "Nih, coba pakai ini aja. Jangan pake sendal lagi."

Galih memasang sepatu itu ogah-ogahan. Ia sebenarnya tidak tahu kenapa harus se-effort ini untuk sekedar kencan ala anak sekolah. Tidak seperti ia akan memacari salah satu gadis yang ia temui nanti. Galih sendiri hanya ikut agar bisa bertemu lebih lama dengan Arga.

Arga segera mengeluarkan ponselnya dan memotret Galih dari berbagai sudut. Mengapresiasi ketampanan Galih.

"EHH?"

"HAHAHAHA, Bagus banget mahakaryaku! Apa aku sebenarnya berbakat jadi ibu peri? Lihat kan, Kev! Aku sudah bilang, Galih itu sebenarnya ganteng, cuma minus gatau pake baju aja," guraunya sambil memandangi foto Galih di ponselnya.

Galih yang mendengar gurauan manis itu hanya menahan rasa malunya dan berbalik menghadap kaca, "Yaudah buru, nanti telat," ucapnya pelan.

Galih yang mendengar gurauan manis itu hanya menahan rasa malunya dan berbalik menghadap kaca, "Yaudah buru, nanti telat," ucapnya pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I LIKE YOU? 2 [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang