"Kev, si Galih ama Arga kenapa? Sampe rebutan perkara lomba doang?" Tanya Chio akhirnya. Mereka makan siang tanpa kehadiran Galih, Arga, Reggy serta Hima.
Reggy dan Hima sudah mulai sibuk mengurus pertandingan yang akan diselenggarakan karena mereka termasuk dalam tim panitia. Sedangkan Galih dan Arga, mereka berdua berkata ada urusan dan tidak bisa ikut makan siang.
Kevin menggeleng, "Terakhir sih pas kami kencan-"
"Kalian... kencan bertiga?" Tanya Yuzo dengan wajah terkejut bukan main.
Kevin melempar kerupuknya pada Yuzo, "Makanya dengar dulu!" Kevin berdecak kesal yang disambut oleh kekehan tak berdosa Yuzo, "kami kencan sama anak voli putri yang pokoknya kenal ama Arga. Trus salah satu dari mereka ada yang naksir Galih, trus ya gitu kami nongkrong di café doang."
"Terus?" Tanya Yuzo.
"Ya udah gitu doang. Selebihnya ga tahu, aku balik duluan karna ada urusan. Mereka gatau dah, harusnya sih barengan soalnya barang Galih di kost Arga," papar Kevin sambil menimang-nimang apa yang terjadi diantara mereka.
"Yang suka sama Galih siapa?" Tanya Chio.
"Ini gatau deh boleh dikasih tahu apa engga," ucap Kevin sambil menyeruput minuman manis di hadapannya.
"Mau aku beliin bakwan ga?" Tawar Ian.
"Nah boleh-boleh! Jadi yang suka sama Galih tuh si Kania. Tau kan, yang anak kelas 11-2, yang jadi libero, yang kecil-kecil orangnya?" Papar Kevin secara lengkap setelah ditawari bakwan.
Semua tahu kesetiaan Kevin ini dapat dibeli. Bahkan, Ian yang baru saja bergabung dapat melihat itu.
"Bibit-bibit koruptor, cih!" Ledek Yuzo.
"Ini namanya oportunis, bro~"
"Kau lebih ke opor-gosong sih..." Balas Yuzo yang berakhir membuat Kevin melempar kerupuk lagi kepadanya.
Ian menaruh telapaknya di paha Chio dan mengelusnya perlahan. Chio yang sudah tahu mengenai kebiasaan Ian langsung mendekat padanya.
"Jangan-jangan Arga suka juga sama Kania! Ya ga sih?" Bisiknya pada Chio.
Chio mengernyitkan keningnya dan menatap Ian terkejut, "Lah iya juga! Cinta segitiga?!" Pekik Chio menggebu-gebu.
"Cinta segitiga apaan?" Tanya Kevin.
Chio terpelongo dan menggeleng, "Engga. Ada sinetron yang baru kami tonton semalam."
"Kalian berdua nonton sinetron akhir pekan kemarin? Berdua doang?" Selidik Yuzo curiga. Yuzo dengan jiwa menarik premis dengan cepat membuatnya sangat cepat merasakan sesuatu yang aneh di sekitarnya.
Ian mengangguk, "Iya. Aku sering main ke rumah Chio."
Kevin dan Yuzo menatap mereka bergantian dengan tatapan curiga. Chio belum berkata apa-apa soal hubungannya dengan Ian. Ia dan Ian masih sepakat untuk merahasiakannya.
Sekarang, mereka berdua hanya diam dengan jantung menggebu, menunggu balasan dari kedua manusia yang menatap mereka curiga.
"Lain kali ajak dong! Bosan main di kost Arga doang," celetuk Kevin akhirnya.
Ian menghela nafasnya pelan.
"Ah ya... boleh kok, dateng aja," sahut Chio sedikit tergagap.
Ian menatapnya dan tersenyum kecil. Tangannya masih setia mengusap-usap paha Chio.
Di kehidupan seorang murid yang lain, Arga namanya, masih sibuk mencari gadis yang dapat menggagalkan taruhannya dengan Galih. Kania. Arga masih mencari Kania karena gadis itu tidak ada di kelas ataupun lapangan voli.
Kakinya melangkah terburu-buru, walaupun ia masih sempat menebar pesonanya pada gadis-gadis yang menyapanya. Matanya menangkap kehadiran Galih yang baru saja kembali dari arah taman pohon seri yang terletak di sebelah gymnasium.
"Galih!" Panggilnya.
"Eh? Arga? Ngapain?"
"Eng... kau... yang ngapain?" Tanya Arga sambil melihat ke arah belakang Galih.
Galih yang bingung dengan tingkah Arga, ikut menoleh, "Ada apa di belakangku?"
"Gada apa-apa! Jawab aja pertanyaanku, habis ngapain?" Tanyanya lagi.
Galih menggeleng, "Ga habis ngapa-ngapain?"
"Habis jumpa Kania ya?" Ungkapnya resah.
Galih menggeleng lagi dengan bingung, "Kania? Ngapain jumpa Kania?"
"Jujur aja, kau habis jumpa Kania biar PDKT lebih cepat kan?"
Galih menghela nafasnya, jarinya langsung menyentil dahi Arga.
"Aww!" Ringis Arga. Meskipun Galih tidak mengeluarkan kekuatannya sepenuhnya, tetap saja sakit.
"Kenapa aku harus PDKT sama Kania?"
"Loh? Bukan?" Arga menatap Galih tidak percaya, "ah, kau bohong kan?! Biar aku gatau soal rencanamu!"
"Apaan sih, Arga?" Suara Galih melembut. Ia mengusak rambut Arga lalu merangkulnya, mengajaknya pergi dari sana, "aku lapar. Makan bareng yuk? Pesan dari luar maksudnya," tawar Galih.
"Kau ga bohong kan?" Cicit Arga. Berusaha mencari jawaban di wajah Galih yang saat ini tersenyum lebar.
Galih menahan rasa ingin memeluk Arga saat ini. Ia berusaha menyadarkan dirinya kalau ini bukan waktu yang tepat. Jadi, Galih hanya menguyel pipi Arga pelan, "Ngapain aku bohong? Jadi mau makan apa? Mau pesan ayam goreng madu yang di belakang sekolah ga?" Tawarnya lagi.
Arga melepas rangkulan Galih darinya, "Aku masih ga percaya. Tapi... ya oke. Ayo makan ayam goreng madu, aku juga kelaparan." Ia berjalan mendahului Galih.
"Kau yang traktir ya?" Ucap Galih jahil.
Arga berbalik dan menatapnya dengan merengut, "Ishh, Galih, aku udah kering gara-gara nraktir Kevin kemarin. Mana makannya banyak," keluh Arga.
Galih terkekeh lalu berjalan ke arah Arga, "Yaudah aku traktir, tapi cium pipi dulu sini," suruhnya sambil terkekeh.
"Cium pake sepatu, mau?!" Ancamnya galak.
Galih terkekeh lalu kembali merangkul Arga erat, "Yaudah iya iya, lain kali aja ciumnya."
Arga mendecih kesal. Ia tergelitik mendengar kata 'cium' dari Galih. Seakan-akan Galih serius menyuruhnya. Candaan itu terdengar, manis? Sekaligus cukup jenaka bagi Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LIKE YOU? 2 [ BL ]
Romance[ON-GOING] [YAOI] Apa jadinya, jika seseorang yang tidak pernah terlihat memikirkan hal-hal berbau romantis mendadak mengatakan ia menyukaimu? Arga dan Galih, yang satunya sudah katam dengan hubungan romantis dan sering berganti-ganti pacar lalu ya...