Galih lebih banyak diam dibandingkan Arga. Terutama dibandingkan Kevin yang sangat aktif berbicara. Galih memperhatikan Arga tetap menjaga sisi coolnya dan melontarkan pandangan manis terhadap Cindy. Dapat dengan mudah ditebak, Cindy yang akan menjadi incaran utama Arga.
Suasana café tempat mereka kencan tidak terlalu ramai namun tidak terlalu sepi juga. Suara instrumen alunan musik yang halus membuat Galih merasa sedikit mengantuk. Apalagi, ia sebenarnya cukup lelah sejak latih tanding di pagi hari tadi.
"Jadi, Galih sudah punya pacar belum?" Tanya seorang gadis yang duduk di hadapan Galih. Berusaha mencegah Galih yang hampir menutup matanya untuk tertidur.
Arga dan Kevin yang tadinya sibuk berbicara dengan gadis lainnya, langsung berhenti dan memperhatikan keadaan Galih. Tepatnya mereka memperhatikan jawaban yang akan dilontarkan oleh Galih.
Galih mendongakkan kepalanya melihat gadis itu.
Siapa tadi namanya? Kania?
"Belum."
Gadis itu tersenyum, "Galih habis ini mau kemana? Sibuk ga?"
"Ga sibuk sih tapi mau pulang," jawabnya singkat. Galih menoleh ke arah Arga yang sedari tadi mencubit pahanya.
Arga memelototkan matanya dan memberi kode yang Galih sendiri tidak mengerti apa maksud tatapan dan raut wajahnya itu.
"Kalau habis ini temani aku pergi beli bando mau ga?" Tanyanya masih berusaha mengajak Galih berbicara.
Galih menatap ketiga teman gadis itu, kalau tidak salah selain Cindy, masih ada Ana dan Paula, "Kenapa ga bareng temenmu aja?"
Duk!
"Aduh! Apa sih Ga?" Kesal Galih karena kakinya yang tiba-tiba ditendang Arga dari samping.
Arga cengengesan, "Sorry, ga sengaja. Em... temeni aku ke kamar mandi dong."
"Ngapain ditemenin coba?" Tanya Galih.
"Udah ayo!" Arga menarik paksa Galih dan pergi meninggalkan Kevin.
Kevin tanpa kesulitan, melanjutkan pembicaraannya dengan para gadis itu. Sangat mudah baginya yang punya sifat humoris dan gampang beradaptasi.
Sesampainya di kamar mandi yang berukuran kecil, mau tidak mau Arga langsung mendorong Galih ke dalam salah satu bilik untuk menghindari pusat perhatian. Ia menonjok lengan Galih sebelum akhirnya menatap kesal Galih yang terduduk di kloset. Tangan Arga bergerak mengunci pintu di belakangnya.
"Bisa ga sih, lebih ramah? Lebih... menunjukkan aura persahabatan?" Geram Arga sambil mencubiti pipi Galih, "ini temanya nge-date bukan wawancara kerja, please deh?"
Galih melepaskan tangan Arga dari pipinya dan memalingkan wajahnya. Ia tidak dimintai dan tidak berkewajiban untuk menyenangkan siapapun disitu. Tapi... Arga. Galih tidak ingin membuat temannya kecewa.
"Kalau aku bertingkah baik, kau akan senang?" Tanya Galih. Matanya menatap lurus ke netra Arga.
Arga terdiam, ia baru kali ini berbicara berduaan saja dan ditatap tepat di netranya oleh Galih. Ia mengagumi matanya. Mata yang ia anggap menyeramkan saat di lapangan, namun tak pernah terlintas di kepalanya bahwa mata Galih akan seindah ini.
Arga mengalihkan pandangannya, "B- biasa aja sebenarnya."
Galih berdiri dan menarik dagu Arga untuk kembali menatap ke arahnya. Jarak mereka berdua semakin dipersempit membuat kaki Arga berada di antar kedua kaki Galih.
"Senang atau tidak?"
Arga menelan ludahnya dengan susah payah. Ia terkekeh, "Apaan sih, Gal?" Tangannya mendorong badan Galih untuk menjauh. Namun, Galih dengan massa otot yang jauh berbeda dari Arga tentu saja tidak bergerak seinchi pun.
Galih semakin mendekat, membuat Arga terperangkap dengan jarak badannya dengan Galih hanya sejauh sekepalan tangan. Nafas Arga tercekat seiring jarak mereka yang semakin menipis, nyaris tidak ada. Galih berbisik di telinganya, "Aku tanya, kau akan senang atau tidak?"
Merasakan embusan nafas Galih menggelitik telinganya, membuatnya menegang di tempat tidak berani bergerak. Tangannya menempel di dada bidang Galih, berusaha membuat jarak antara mereka. Karena jika tidak, Arga tidak tahu apa yang akan terjadi pada tubuhnya.
Arga menutup matanya dan dengan cepat mengangguk.
Cklek!
Galih membuka pintu bilik dan pergi meninggalkan Arga yang masih berdiri mematung.
"Aku... kira... aku bakal... e... apa yang mau aku bilang?" Ia terdiam karena ia hanya akan mengucapkan beberapa hal aneh dalam kepalanya, "ah ya! Aku kira bakal dipukul anjir. Galih sialan mentang-mentang badannya gede!" Gerutu Arga sambil menendang-nendangkan kakinya ke dinding kamar mandi.
Ia mencuci tangannya di wastafel dan melihat pantulan dirinya di cermin. Wajah merah padam sampai ke ceruk lehernya. Ia terdiam cukup lama dan memikirkan sesuatu di kepalanya.
"H- hari ini panas banget sampe wajahku merah gini!" Gumamnya sambil mengipasi wajahnya dengan tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I LIKE YOU? 2 [ BL ]
Romance[ON-GOING] [YAOI] Apa jadinya, jika seseorang yang tidak pernah terlihat memikirkan hal-hal berbau romantis mendadak mengatakan ia menyukaimu? Arga dan Galih, yang satunya sudah katam dengan hubungan romantis dan sering berganti-ganti pacar lalu ya...