12

4.2K 425 64
                                    

Sangga dan Mora jadi lebih sering bertemu beberapa hari setelahnya. Meski cara bicara Sangga sudah berubah, tapi ia masih suka tantrum kalau Mora goda secara berlebihan. Wajahnya masih merah padam dan alisnya akan bertaut saat Mora menjahilinya. Akan tetapi, Sangga menjadi lebih lembut. Sebelumnya, Sangga memang bersikap cukup lembut kepada Mora, tetapi kali ini berbeda. Mora bisa merasakannya dengan jelas.

Lelaki itu akan mengkhawatirkannya jika ia mengacau di dapur saat mereka memasak berdua. Sangga juga menjadi lebih penurut. Ia mendengarkan semua keinginan Mora, bahkan yang cuma bercanda sekalipun. Termasuk ide konyol Mora untuk mengenakan bando berbentuk telinga sapi dengan pakaian putih dan hitam di hari kunjungan anak-anak TK.

"Halo!" Suara ceria Mora terdengar saat ia menyapa anak-anak TK dari Kota Padma yang mengunjunginya.

Sangga melirik Mora yang mengenakan kaus putih polos dan celana panjang hitam. Rambut sebahunya selalu dibiarkan tergerai. Bando berbentuk telinga sapi betina dengan pita di sisi kiri dan kanannya bergoyang setiap Mora bergerak. Sangga juga mengenakan bando yang sama, tapi ia versi sapi jantannya.

"Halo." Anak-anak TK yang datang membalas sapaan Mora dengan serentak.

Jumlah mereka mungkin ada sekitar empat puluh anak, mengenakan seragam TK warna kuning cerah yang lucu. Semua anak-anak itu menatap Sangga dan Mora dengan penuh rasa ketertarikan. Sepertinya, semuanya menyukai bando yang dikenakan keduanya. Mora tersenyum lebar.

"Kita kenalan dulu, ya! Namaku Momo!" Mora dengan ceria memperkenalkan dirinya. "Dan ini... "

Sangga melirik Mora dengan wajah merona, sedikit malu karena ditatap banyak anak-anak TK. Lebih memalukan, ia ditatap oleh salah satu guru TK yang merupakan mantan asisten pribadinya di masa lalu.

"Sangga," kata Sangga pelan, menyambung kalimat Mora yang menggantung sambil menahan malu.

Mora menyikut lengannya, menatap lelaki itu dengan mata membulat kesal. Jelas sekali wajah Mora menampakkan ekspresi seakan berkata bahwa reaksi Sangga tidak sesuai dengan latihan mereka. Sangga berdeham, mengulang perkenalan dirinya dengan kaku.

"Saya Gaga." Sangga mengangkat tangan kanannya dengan kaku, seakan memberi salam kepada anak-anak TK yang menatapnya polos.

"Hari ini, Momo dan Gaga akan jadi pemandu kalian," sambar Mora cepat sambil tersenyum. "Siapa yang mau lihat sapi?"

"Aku!" Suara berisik anak-anak TK yang saling bersorak semangat ingin melihat sapi membuat Mora tersenyum lebih lebar.

Sangga diam-diam mengamati Mora yang kelihatan sangat cocok menjadi guru TK. Sudut bibirnya terangkat sedikit tanpa disadari, tetapi ia segera mengendalikan ekspresinya.

"Tenang dulu, ya, semuanya," pinta Mora dengan suara keras yang masih terdengar lembut. "Kita baris dulu, yuk! Kalau barisnya udah rapi, Momo bakal ajak semuanya lihat sapi. Tapi, semuanya harus ingat ya, nggak boleh dekat-dekat sama sapi. Jangan pegang sapinya tanpa izin, nanti sapinya marah. Oke?"

"Oke!"

Sambil dibantu dengan guru-guru TK yang ikut mengawasi, Mora membuat barisan. Sangga mengamatinya dengan perasaan senang campur bangga. Entahlah, ia suka sekali melihat Mora yang kelihatan luwes dan serba bisa melakukan apa pun.

"Pak."

Sapaan mantan asisten Sangga membuat lelaki itu mengalihkan tatapannya dari Mora. Pietro Kurnia yang dulunya merupakan sosok lelaki kaku dan pendiam itu ternyata bisa menjadi guru TK juga seperti mimpinya. Sangga sama sekali tak menyangka Pietro benar-benar mewujudkan cita-citanya itu.

"Pietro," balas Sangga datar.

"Saya nggak tahu kalau selera Bapak udah berubah sekarang," kata Pietro tanpa ekspresi.

Romancing The RancherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang