16

6.8K 473 40
                                    

Mora merasa kepalanya pusing dan tubuhnya agak panas saat ia membuka matanya. Ia mengerang satu kali dengan mata terpejam sambil mengusap wajahnya. Namun, Mora dikejutkan oleh sepasang tangan yang menarik tangan Mora dari wajahnya. Kemudian, sepasang tangan itu menggantikan tangan Mora untuk mengusap pipinya. Mora perlahan membuka matanya.

"Sangga?"

Sangga kelihatan tampan sekali hari ini. Tangannya juga terasa dingin di kulit Mora. Akan tetapi, wajah Sangga kelihatan cemas. Mora langsung merasa bersalah. Sangga tidak tahu bahwa ia sakit beberapa hari ini.

"Kok kamu di sini? Nanti ketularan flu, loh," kata Mora halus.

Sangga menghela napas, mencubit pipi Mora lembut dengan perasaan sedikit kecewa. "Aku khawatir. Kenapa nggak kasih tahu kalau kamu sakit?"

"Aku takut ngerepotin kamu," jawab Mora pelan. "Kamu 'kan, banyak kerjaan."

"Padahal biasanya juga, kamu selalu bikin aku repot sama tingkahmu," sahut Sangga gemas. "Aku juga nggak gampang sakit."

Mora menyeringai sebagai balasan. Sangga menghela napas panjang.

"Kamu udah tidur enam jam dari aku datang. Makan dulu, abis itu minum obat lagi ya?"

Hari sudah cukup gelap. Mora bisa melihat lampu di ruang tamu sudah menyala. Hanya kamarnya saja yang agak remang-remang karena Sangga menyalakan lampu tidur.

Mora mengangguk. Sangga membuatkannya sup sayuran dengan sedikit potongan daging. Ia juga memberikan Mora buah apel yang Mora sendiri tak tahu kapan Sangga membelinya. Tapi, Sangga memberitahunya bahwa ia meminta bantuan Kana untuk membeli apel sebelum Mora bertanya. Setelah makan dan minun obat, Mora membersihkan dirinya dengan air hangat dan mengganti pakaiannya dengan gaun tidur.

Mora masih lemas saat Sangga mengantarnya kembali ke kamar. Perempuan itu langsung berbaring di ranjang sambil menggenggam tangan Sangga. Matanya menatap lelaki itu dengan manja.

"Kamu nginep ya?" pinta Mora pelan sambil menggesekkan pipinya ke punggung tangan Sangga.

Mana bisa Sangga menolak? Lagi pula, Sangga juga tidak mau meninggalkan Mora sendirian di rumah selagi ia sakit begini. Sangga mengangguk, membelai pipi Mora penuh kasih sayang.

"Iya," kata Sangga lembut. "Kamu tidur aja dulu."

"Aku mau tidur sambil dipeluk." Mora menatap Sangga lagi.

Sangga sedikit was-was mendengar permintaan Mora. Perempuan itu kemarin juga meminta Sangga memeluknya sebelum ia kembali menggoda Sangga dan membuat Sangga mencumbunya ganas. Sangga tidak mau mencumbu Mora yang sedang sakit begini. Bisa tambah parah sakitnya.

Namun, Mora kelihatannya tidak memikirkan hal itu. Sangga menarik napas, mengecup kening Mora lembut sambil membelai wajahnya lagi. Ia tersenyum menenangkan Mora yang tampak tak sabaran menunggu jawabannya.

"Aku ganti baju sebentar ya?" izin Sangga lembut. "Nggak lama kok. Nggak sampai tiga puluh menit."

"Kamu bawa baju waktu ke sini?" tanya Mora, menatap Sangga dengan mata setengah sayu.

"Nggak. Aku pulang dulu buat ambil baju maksudnya," jawab Sangga membuat Mora mencebik.

Tapi, ia juga tidak bisa menolak melihat pakaian Sangga kelihatan kurang nyaman jika digunakan untuk tidur.

"Ya udah, jangan lama-lama, ya?" Mora menatap Sangga dengan ekspresi menggemaskan.

Sangga memerah, terlampau senang melihat tingkah manis Mora. Ia mengangguk, meraih selimut di kaki Mora dan menutupi tubuhnya sampai dada.

Romancing The RancherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang