6. Surprise!

87 15 0
                                    


Keira...

Merasa begitu buruk dan menyedihkan.

Padahal Keira sudah diberi kepercayaan lebih oleh Pak Yudha dan Cakra Buana untuk mewakili sekolah padahal Keira hanya anak baru. Tapi Keira malah mengacaukan semuanya. Keira gagal menjadi nomor satu dan membawa pulang piala.

Jika bukan karena punggung tangannya sakit, Keira pasti akan berhasil, kan?

Sial.

Harusnya kemarin Keira jambak rambut si Julianto sebelum pergi!

Sekarang Keira nggak punya muka kan buat masuk ke kelas sepuluh-tiga. Keira jadi nggak bisa mengangkat dagunya tinggi-tinggi karena meraih peringkat pertama. Selamanya, Keira bakal dapat cap penggemar fanatik Escal yang enggak bisa apa-apa.

Tapi di antara semua hal buruk yang menimpa Keira sekarang,

Hal paling menyedihkan adalah.... enggak dapat ucapan semangat dari Kak Escal. Kalau ingat betapa putus asanya Keira kemarin, rasanya Keira ingin menangis lagi.

"Ngapain lo masih di sini?" Arran tiba-tiba muncul dari belakang, menatap Keira lekat. "Ayo kita ke kelas bareng."

Sebelah alis Keira terangkat naik. Dia tak melihat tas di punggung Arran. Kemungkinan besar, Arran sudah berangkat sejak pagi. Atau dia ke sekolah cuma buat latihan basket, makanya enggak perlu bawa tas?

"Gue mau ke kantin dulu." Keira menghentikan langkah, hendak berbalik, tapi Arran menghentikan Keira dengan menarik tas gendongnya.

"Lima menit lagi bel masuk. Ngapain lo ke kantin?" Arran menarik Keira. "Pintu kelas kita juga udah keliatan, tuh. Tinggal jalan beberapa langkah lagi."

Keira terpaksa menurut. Ya, setidaknya Keira enggak sendirian di hari kekalahannya. Dia cuma perlu sembunyi di punggung Arran yang lebar, lalu diam-diam pergi ke bangkunya yang ada di pojok belakang. Dengan begitu, enggak bakal ada yang menyadari keberadaan Keira, atau menghina kekalahannya.

Ah, enggak.

Apa mereka semua bahkan tahu kalau Keira baru selesai lomba?

"Lo kan bukan anak ayam. Ngapain lo di ketiak gue?" Arran mendorong dahi Keira dengan ujung jarinya. Mereka sekarang sudah sampai di depan pintu kelas. "Sekarang buka pintunya."

"Kenapa harus gue yang buka pintunya?" Keira memandang Escal kesal.

"Yaudah. Kalau gitu kita berdiri aja di depan pintu sampai guru dateng." Escal melipat kedua tangan. Jelas keliatan enggak mau berdebat. "Gue enggak keberatan nung—"

Keira memotong kalimat Arran dengan membuka pintu kelas mereka lebar-lebar. Saat itulah, suara ledakan kecil terdengar dan confetti berhamburan di kepala Keira. Terkejut, Keira mundur satu langkah.

Di depan Keira kini, anak-anak kelas berdiri menyambutnya. Di barisan paling depan, Vivian membawa sebuah cake dengan banyak lilin di atasnya.

"Congratulation, Keira!" Vivi berujar dengan nada ceria. Senyumnya terlukis lebar. "Selamat karena lo jadi runner up lomba biola tingkat nasional!"

Keira mengerjapkan mata.

Apa... ini?

Kenapa... mereka repot-repot memberi kejutan pada Keira padahal mereka tak sedekat itu? Apalagi Vivi yang sudah Keira marahi berkali-kali? D

ua bulan menjadi penghuni kelas sepuluh-tiga, Keira hanya ikut jam pelajaran terakhir. Itupun hanya duduk di belakang sambil mendengar pelajaran, lalu pulang begitu bel berbunyi. Keira tak pernah mengajak teman sekelasnya bicara lebih dulu.

Lovascal : My Lovely KeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang