2. Surat Cinta Untuk Escal

186 41 2
                                    

"Keira mana? Siapa yang namanya Keira Putri Ishikawa?" Kak Edgar, ketua OSIS yang terkenal galak tapi agak laen itu mengedarkan pandangan. Mata besarnya melotot kayak mau copot. Bikin horor dan merinding para penghuni kelas. "Ini kalau nggak ada yang ngaku sampe tiga detik, saya bakal—"

Sambil menahan degup jantung yang berdebar-debar kayak orkestra, Keira mengangkat tangan. Wajahnya pucat kayak mayat kehabisan napas. Ah, enggak. Mirip sama ikan koi yang lagi sakaratul maut malah.

Keira sih enggak bakal setakut ini kalau isi suratnya manusiawi. Masalahnya, isi surat itu adalah kebucinan Keira selama sembilan tahun jadi tunangan Escal!

Beneran, deh. Keira pikir suratnya bakal langsung dibaca sama Escal-nya sendiri. Keira benar-benar enggak menduga kalau suratnya bakal dibaca si Edgar di depan kelas.

"Oh, jadi kamu yang namanya Keira?" Edgar mengangguk-angguk. Dia membuka amplop pink dengan gambar bunga sakura di tangannya. Tiba-tiba Edgar mengarahkan surat itu ke lubang hidung. "Wah, suratnya wangi. Ini disemprot sama parfum, ya? Saya suka nih kalau ada orang yang effort banget kalau ngelakuin tugas."

Jari-jari Keira mulai tremor. Dia menatap Escal dengan sorot meminta bantuan. Bibirnya komat-kamit. Tolong jangan biarin Kak Edgar buka suratnya!

Tadinya Escal sempat menatap Keira, tapi segera mengalihkan tatapan. Keira mendengus frustrasi.

Rasanya pengin banget rebut surat itu dari tangan Edgar, tetapi, Keira tak berani. Kedua kakinya terasa lemas seperti jeli. Jangankan berdiri, bicara aja Keira enggak bisa!

"Ini suratnya buat Kak Escal, ya? Escal mana Escal. Maju sini."

Edgar meminta Escal mendekat dengan isyarat tangan, yang langsung dituruti Escal tanpa banyak perlawanan. Berasa banget aura senioritas-nya, sampai-sampai enggak ada yang berani bersuara di kelas ini selain Edgar.

"Nah, sekarang kamu pergi sana samperin Keira. Berdiri di depannya." Edgar mengibaskan tangan mengusir Escal, sambil menatap Keira dengan sorot mata jail. "Ini kesempatan sekali seumur hidup loh, bisa ditatap sedekat ini sama kakel yang kita taksir. Apalagi bentar lagi Escal mau debut jadi idol." Edgar tertawa renyah bak seorang cupid yang berhasil menembakkan anak panah. "Enggak perlu berterima kasih, Keira. Anggap aja aku kayak malaikat baik hati yang lagi lewat."

Buset deh.

Kenarsisan Edgar udah enggak tertolong.

Padahal dia berusaha melucu tapi enggak ada yang ketawa. Jatuhnya cringe banget soalnya.

Setidaknya Keira beruntung, karena ponsel anak-anak dikumpulkan di meja depan. Jadi tak ada yang mengabadikan momen ini kecuali.... Kak Rianti yang berdiri di dekat pintu!

Mampus.

Saat Escal sudah berdiri di depannya, Keira menggelengkan kepala beberapa kali, berharap Escal peka. Escal hanya menaikkan sebelah alis hingga suara Edgar terdengar menggelegar memenuhi seisi kelas,

"Untuk Escal, tunangan tercintaku." Edgar pasang ekspresi kaget yang dilebih-lebihkan. Matanya ikut melotot memandangi kertas pink itu. "Eh ini beneran kalian berdua udah tunangan? Skandal macam apa ini?"

Mendengar kata tunangan membuat Escal seketika menatap Edgar.

Suasana kelas yang tadinya hening langsung berubah heboh. Semua orang menatap Keira terang-terangan.

Edgar melanjutkan isi surat yang dijembrengnya lebar-lebar, "Enggak kerasa kita udah tunangan sembilan tahun. Selama itu, aku terus-terusan bersyukur punya kamu di sisiku, Escal. Aku udah pernah bilang kan, kalau aku cinta banget sama kamu? Sampai sekarang, cinta itu nggak pernah berubah. Malah tambah membesar setiap hari."

Lovascal : My Lovely KeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang