16. Arran dan Anak Bebeknya

52 13 0
                                    


"Mini cooper di depan rumah itu punya siapa?" tanya Papa, saat sedang sarapan pagi bersama Keira. "Kamu nggak bawa cowok nginep di rumah, kan?"

Keira menggeleng. Mood Keira masih buruk gara-gara kejadian semalam. Dia cuma menusuk-nuduk waffle-nya dengan ujung garpu.

Sejujurnya, Keira tahu kalau sikap Escal sudah mulai berubah, tetapi, Keira masih menyangkalnya. Keira ingin mempercayai Nando. Bahwa Escal hanya sedang bingung dengan dirinya sendiri, dan akan segera kembali seperti Escal yang dulu.

Keira... hanya ingin bersama Escal lebih lama.

"Kata Arran kemarin kamu lagi nggak enak badan. Apa sekarang udah baikan?" tanya Papa lagi, membuyarkan lamunan Keira. "Jangan terlalu dipaksain. Sesekali nggak berangkat sekolah itu nggak apa-apa."

"Aku udah baikan kok,"Keira menatap sang Papa. "Semalem Kak Escal beliin aku makanan dan nemenin aku."

"Oh ya?" Papa menyuap sandwich tuna-nya. "Terus mobil di depan itu punya siapa? Escal?"

"Punya Arran," balas Keira, agak malas membicarakan Arran. "Semalem Kak Escal datang ke hotel, tapi nggak jadi masuk karena buru-buru nganter aku pulang. Karena Kak Escal bawa motor, Arran minjemin mobilnya."

Benar. Papa harus tahu kalau Kak Escal tetap meluangkan waktunya yang berharga untuk pergi ke pesta Papa, tapi tak jadi masuk karena mengkhawatirkan keadaan Keira. Escal adalah tunangan terbaik dan hanya ada satu-satunya di dunia.

"Udah Papa duga kalau Arran itu anak baik." Papa mengelap mulutnya dengan tisu. "Padahal dia bisa aja maksa kamu pulang sama dia, tapi dia ngalah sama Escal karena tahu kalian udah tunangan."

Bibir Keira langsung cemberut. Bukannya harusnya Papa memuji Escal karena mau repot-repot datang dan nganter Keira pulang padahal lagi sibuk banget? Kenapa malah tiba-tiba bahas kebaikan Arran? Nyebelin banget sumpah.

"Papa nggak ada niatan mau jodohin aku sama Arran, kan?" Keira menatap curiga. "Papa keliatan deket banget sama Arran. Jangan-jangan Papa udah diguna-guna?"

Papa tertawa renyah. "Papa bukan orangtua kolot, Sayang. Kamu boleh nikah sama siapa aja yang kamu mau. Papa nggak akan larang kamu. Asal kamu bahagia, itu udah cukup buat Papa." tatapan sang papa berubah lembut. Tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala Keira. "Papa cuma bagiin pemikiran Papa soal Arran. Papa dukung kamu kalau mau temenan sama dia."

Keira hanya mengangguk. Malas menanggapi. Yang ada malah Papa makin menjadi-jadi puji si Arran.

"Papa harus berangkat kerja sekarang." Papa melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Dihabisin dulu sarapannya, jangan cuma ditusuk-tusuk."

"Hmmm."

Setelah papanya pergi, Keira mengambil tas sekolahnya di kamar, enggak lupa pakai sunscreen, liptint, dan bedak tipis-tipis. Waktu keluar rumah, Keira terkejut saat melihat Arran sudah menunggu di teras rumahnya dengan motor milik Escal. Dia melambai ceria.

"Hai. Ayo kita berangkat bareng." Arran bergegas turun dan menghampiri Keira sambil membawa helm berwarna kuning cerah. Helm dengan stiker mata dan moncong bebek yang kelihatan norak dan kekanakan. "Gue udah bawain helm spesial buat lo."

Ini si Arran emang niat mau ledekin Keira, kan? Dia lagi berusaha menyamakan Keira sama anak bebek atau gimana?

"Enggak mau," tolak Keira, keras. Keira hendak meninggalkan Arran tapi cowok itu sigap menahannya.

"Bukannya lo pengin banget diboncengin naik motor?" Arran menyeringai. Dia bersikap seolah-olah bisa membaca pikiran Keira. "Gue bakal wujudin keinginan lo hari ini. Anggap aja gue peri pengabul permohonan."

Lovascal : My Lovely KeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang