12. Arran Vs Escal

50 17 0
                                    

"Katanya lo bakal umumin pertunangan lo sama Keira setelah pemilihan OSIS." Arran mencuci tangannya di wastafel. Matanya melirik Escal yang sedang mengeringkan tangan dengan tisu. "Lo boleh jujur di sini. Gue udah cek semua pintu dan nggak ada orang di toilet."

Escal melempar tisunya ke tong sampah sebelum balik menatap Arran, tajam. "Maksud lo apa?"

"Kakek gue rekan bisnisnya Om Revaldi." Arran menyeringai. "Karena itu, nggak ada gunanya lagi lo nyembunyiin pertunangan lo di depan gue."

"Sial." Escal langsung mencengkeram kerah kaus Arran dan menatapnya tajam. "Terus apa? Lo mau ngancem gue dengan gunain pertunangan sialan itu? Apa yang lo rencanain?"

"Easy, bro." Arran tersenyum tipis. "Kenapa lo hobi banget sih, cengkeram kerah orang? Mau keliatan sok jago? Lo pernah juara boxing atau gimana?"

Escal seperti akan menonjok Arran, tapi mengurungkan niat. Akhirnya, dia melepaskan cengkeramannya dari Arran dan mundur selangkah. Arran sengaja mengusap bekas tangan Escal seolah ada debu yang menempel di sana.

"Gue nggak punya banyak waktu," kata Escal. Matanya berkilat marah. "Jadi, nggak usah basa-basi dan ngomong aja mau lo apa."

Arran tersenyum tipis. Dia memang sengaja ingin memprovokasi Escal. Dan tak menyangka akan semudah ini. "Gue udah pernah bilang kan, kalau gue suka Keira? Gue nggak akan nyerah dapetin Keira meski gue tahu dia udah punya tunangan."

Sebelah alis Escal terangkat naik. Dia menatap Arran dengan sorot meremehkan, "Lo pikir Keira cewek gampangan? Mau lo lari ngejar dia sampai ke ujung dunia juga, lo nggak akan bisa dapetin dia."

"Dan kalau gue berhasil?" sebelah alis Arran terangkat naik. "Apa lo bakal lepasin Keira?"

Escal mendekati Arran dan menepuk-nepuk bahunya memberi semangat. "Lakuin apa yang mau lo lakuin. Gue sama sekali nggak peduli. Pilihan terakhirnya tetap ada sama Keira."

Escal berjalan ke arah pintu keluar, tapi, ucapan Arran menghentikannya,

"Oh, jadi pertunangan kalian udah diatur sama keluarga? Lo nggak bener-bener suka sama Keira, kan?" Arran memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Tatapannya lurus pada punggung Escal. "Tapi gue herannya, kenapa Keira harus tunangan sama lo yang berasal dari keluarga miskin? Rumah lo keliatan kayak parasit yang nempel di tembok rumah Keira."

Arran tak sempat mengelak saat Escal tiba-tiba menonjok pipinya keras. Sudut bibir Arran langsung berdarah dan dia mundur beberapa langkah. Tapi, bukannya marah, Arran justru terkekeh.

Melihat respons Escal membuat Arran menyadari kalau tebakannya benar.

Keira pasti begitu menyukai Escal hingga bisa bertahan jadi tunangan Escal selama sembilan tahun. Escal yang berasal dari keluarga miskin memanfaatkan kekayaan Keira untuk meraup lebih banyak keuntungan. Alasan Escal jadi aktor mungkin untuk menghindari Keira dengan alasan sibuk.

Escal... jelas tak menyukai Keira, tapi masih mau dapat keuntungan darinya.

Jadi kenapa Escal marah waktu Arran menyebutnya parasit?

"Emangnya apa yang gue harapin? Lo sama aja kayak orang-orang bodoh di luaran sana." Escal masih mengepalkan tangan. Urat-uratnya menonjol dan matanya dipenuhi amarah tertahan, "Tapi, satu hal yang lo perlu tahu. Apapun yang mau lo lakuin sama Keira, jawaban gue masih sama; gue nggak peduli."

Setelah Escal keluar toilet, Arran menyeka darah di sudut bibirnya dan mendesis kesal. Besok masih ada pertandingan lagi melawan SMA Bestari. Masa Arran harus tampil dengan muka bonyok begini?

***

"Kita mau ke mana?"

Arran ikut saja waktu Keira menarik tangannya. Di lapangan dan tribun masih ramai karena giliran sekolah lain yang tanding basket.

Lovascal : My Lovely KeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang