11. Ide Gila Arran

57 18 0
                                    

Papa itu... jarang banget bawa orang asing ke ruang kerjanya. Kalau Arran menjadi pengecualian, berarti hubungan mereka memang dekat. Keira jadi nggak bisa menahan otaknya untuk berpikir kalau Arran jadi mata-mata Papa.

Arran pasti diam-diam bocorin informasi soal Keira yang dibully di sekolah, kan? Itu sebabnya Escal dimarahi.

"Ah, jadi kalian udah saling kenal? Padahal Papa baru mau kenalin kalian." Revaldi menarik tangan Keira ke arah Arran yang sedang duduk nyaman di sofa. "Tadi Arran mampir ke sini buat nganterin dokumen Papa yang ketinggalan di kantornya Pak Harry."

Sebelah alis Keira terangkat naik.

"Hallo, Keira. Kita ketemu lagi." Arran Dia berdiri dan menyambut Keira. Dia tersenyum lebar hingga dua sudut pipinya berlubang dengan cara paling menawan.. "Kamu apa kabar?"

Lucu banget.

Bisa-bisanya si Arran nanyain kabar padahal tadi pagi baru ketemu.

Emangnya Keira abis dari goa buat semedi ribuan tahun?

"Seperti yang lo liat." Keira kembali menatap papanya. "Papa lanjut aja ngobrol sama Arran. Aku ngantuk mau tidur."

Keira enggak sudi kalau harus basa-basi layaknya tuan rumah yang baik. Apalagi buat tamu enggak diundang seperti Arran. Mikir kalau Arran ternyata mata-mata saja sudah bikin Keira kesal sendiri.

Kalau aja Keira cukup dekat sama Arran buat jitak kepalanya...

"Saya juga mau pulang aja Om, soalnya udah malem." Arran langsung salim sama Papa dengan sopannya. "Besok harus sekolah pagi-pagi."

"Keira, anterin Arran ke depan ya."

Keira jelas nggak punya pilihan selain menurut. "Ya."

"Kalau begitu saya permisi dulu, Om."

"Hati-hati di jalan, Arran," balas Papa ramah. Dia menepuk-nepuk pundak Arran tanda sayang. "Kalau kamu mau main sama Keira, datang aja."

"Iya Om."

Setelah basa-basi singkat itu, Keira dan Arran berjalan beriringan menuruni anak tangga menuju ruang tamu di lantai satu.

"Kenapa lo ke sini?" tanya Keira, dengan nada curiga. Ya Keira nggak berharap juga sih kalau Arran bakal langsung ngaku. Cuma penasaran sama reaksinya aja.

"Kan tadi udah dibilangin, balikin dokumen." Arran menjawab tenang. "Gue juga baru tahu kalau ternyata Om Revaldi itu papa lo."

Keira menatap Arran lekat-lekat, seolah Arran adalah tersangka kasus pembunuhan yang udah jadi buron delapan tahun. "Lo... nggak kasih tahu papa soal masalah gue sama Escal di sekolah, kan? Maksud gue, soal anak-anak yang bully gue."

Sebelah alis Arran terangkat naik. "Tadinya gue mau bilang kalau lo dibully di sekolah gara-gara Escal." Arran menatap Keira lekat-lekat, seolah sedang menilai ekspresinya. "Tapi nggak jadi karena gue takut lo bakal disuruh pindah sekolah."

Kenapa Arran peduli Keira pindah sekolah atau enggak? Oh iya lupa. Arran kan suka sama Keira. Dia pasti nggak bisa jauh-jauh dari Keira. Ya, kan?

Keira nggak tahu kalau dia bisa senarsis ini!

"Yakin?" Keira masih penuh curiga. "Lo nggak bohong, kan?"

"Kenapa gue harus bohong? Emang apa untungnya buat gue ngaduin lo?" kali ini Arran berhenti melangkah untuk menatap Keira lekat. "Gue aja baru ketemu pertama kali sama beliau hari ini."

Setelah beberapa saat menatap Arran, Keira memilih percaya. Jadi Keira nggak jawab dan hanya lanjut menuruni anak tangga.

"Btw kenapa lo nggak bales chat gue?" Arran mensejajari langkah Keira. "Tolong jangan blok gue, oke? Gue janji nggak bakal chat aneh-aneh."

Lovascal : My Lovely KeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang