7. Confess!

80 15 0
                                    

Kantin memang selalu ramai kalau jam istirahat. Apalagi siang-siang begini. Keira sempat bingung bagaimana caranya traktir anak-anak sekelas. Tapi ternyata, Arran udah booking kantin nomer 5 yang jualan seblak sama ayam geprek! Kok bisa, sih, Arran se-effort itu?

Apa emang benar kalau Arran suka sama Keira?

Bagaimana ini? Keira enggak bisa balas perasaan Arran karena di hatinya cuma ada Escal!

"Ayam geprek mozza-nya Mbak Tun emang paling juara, shaayy." Reihan yang duduk di depan Keira mulai mencomot ayam gepreknya. "Sering-sering dapat juara ya Raa, supaya kita bisa dapat traktiran teruss."

Di antara semua warga kelas sepuluh-tiga, si Reihan ini yang paling nggak punya malu dan nggak punya harga diri. Ada aja tingkahnya yang bikin orang keki.

Dito mengeplak kepala Reihan keras. "Masalah traktiran aja lo yang paling semangat! Coba kemarin siapa yang paling heboh jelek-jelekin Keira kalau bukan lo!"

"Nggak ada ya gue jelek-jelekin princess Keira. Jangan asal fitnah ya Anda." Reihan buru-buru meraih punggung tangan Keira dan mengelusnya. Seketika bikin Keira merinding. "Princess, jangan dengerin apa kata Dito, oke? Dia cuma iri karena kita jadi lebih deket sekarang."

"Eh, jauh-jauh lo dari tangan Keira." Vivi langsung mengeplak tangan Reihan. "Ini tangan berharga yang sembarangan orang boleh sentuh!"

"Eh, jamur kancing! Jangan sok-sok'an jadi bodyguard Keira, ya!" Reihan marah-marah dengan gaya centil. "Orang princess aja nggak masalah kok, kenapa jadi lo yang remp—"

Kalimat Reihan terhenti saat Arran tiba-tiba menggeser posisi duduk Reihan. Kini, giliran Arran yang duduk di depan Keira Senyum Arran langsung terlukis. Menawan seperti biasanya.

"Buset deh makhluk satu ini. Untung aja ganteng. Coba kalau enggak? Udah kucubit ginjalnya." Reihan marah-marah sambil menggeser piringnya. "Ayam geprek tercinta eykee, untung nggak dicomot."

Arran mengabaikan Reihan dan melirik mangkuk bakso di depan Keira. "Daripada geprek, bakso-nya Mbak Tun emang lebih enak sih. Kuahnya seger, terus dagingnya kerasa banget. Apalagi kalau dapat tetelan banyak."

Melihat Arran hari ini, Keira jadi tahu alasan kenapa Arran punya banyak teman. Dia hanya perlu duduk dan semua orang akan mengerubunginya seperti lalat.

"Lo boleh ambil kalau mau. Biar gue pesen lagi." Keira menggeser mangkuk baksonya ke depan Arran. "Lo tenang aja, baksonya belum gue mak—"

"Makasih." Arran langsung menambahkan banyak kecap dan sedikit saus tomat, tanpa segan apalagi jaim. "Tadi pagi gue nggak sempet sarapan, jadi sekarang laper banget." sebelum makan, dia masih sempat mengedipkan mata pada Keira. "Makasih, Kei."

Keira menatap Arran dengan sorot tak percaya. Beneran nggak nyangka si Arran punya kepribadian seajaib ini.

"Udah gue bilang kalau Arran suka sama lo." Vivi berbisik di telinga Keira. "Saran gue, mending lo move on dari Escal dan pacaran sama Arran. Takutnya kalau lo nggak gerak sekarang, si Arran bakal dicaplok sama para kakak kelas gatel itu."

Keira menyandarkan punggung dan menghela napas panjang. Matanya nggak lepas dari Arran yang lagi asyik makan sambil sesekali comot makanan Reihan dan Dito. Mereka sedikit protes tapi akhirnya tertawa bareng.

Beneran, deh.

Kalau bisa, rasanya Keira ingin membedah kepala Arran dan cari tahu apa yang ada di dalamnya. Sebenarnya apa yang bikin Arran baik banget sama Keira?

***

"Ugh, apa ini semacam pertemuan rahasia?" Arran memiringkan kepala sambil tersenyum jail. "Nggak ada satu orang pun di sini selain kita berdua."

Lovascal : My Lovely KeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang