°°°
Deril terlihat sedang menyandarkan tubuhnya di dipa kasur sembari memainkan ponselnya. Tiba-tiba suara pintu terbuka, pandangan deril langsung tertuju pada wijaya. Wijaya pun langsung menghampiri deril dan duduk di tepi ranjang.
"Gimana? Udah mendingan?" Tanya Wijaya.
Deril mengangguk. "Adara mana, yah?"
"Lagi di kamar." Ucap Wijaya bohong.
"Kok gak nyamperin abang ke sini?"
Wijaya hanya diam saja, ia terlihat bingung harus menjawab apa.
"Yah? Kok malah diem aja sih."
"Em, Itu. adek udah tidur kayaknya."
Deril langsung melihat jam yang ada di dinding. "Tumben udah tidur, Padahal belom ada jam sembilan."
"Ya mungkin adek kecapean." Saut wijaya.
Deril mengangguk paham.
"Yaudah, kamu cepetan tidur, biar besok badannya jadi fresh Gak lemes lagi. Lagian kan besok kamu harus berangkat ke kantor."
"Iya, yah, bentar lagi aku tidur kok."
Wijaya mengangguk. Setelah itu ia langsung beranjak dari duduknya. "Ya udah, Ayah tinggal dulu ya, Ayah juga mau tidur."
"Iya, yah."
Setelah itu Wijaya langsung keluar dari kamar deril. Setelah di rasa ayahnya sudah benar-benar pergi, deril juga langsung turun dari kasur. ia keluar dari kamar dan melangkah untuk menuju kamar adara.
°°°
Sesampainya di depan kamar adara, Deril pun langsung membuka pintunya, namun Kamar terlihat kosong.
"Ra?" Panggil deril.
Tidak ada jawaban. Kamar terlihat sepi. Tiba-tiba terdengar suara pintu pagar terbuka. Deril langsung membuka gorden jendela kamar, Di situ Deril melihat adara sedang memasuki pagar dan melangkah masuk ke rumah.
-
Adara terlihat menaiki tangga dengan cepat agar tidak ketahuan oleh kakaknya. Setelah itu ia pun langsung membuka pintu kamarnya.
Adara langsung diam mematung begitu melihat kakaknya Tengah duduk di tepi kasur. Jantung adara berdetak tidak karuan. Tatapan kakaknya begitu sangat tajam ketika melihat ke arahnya.
"Dari mana?" Ucap deril datar.
Adara masih diam mematung di pintu, ia tertunduk sembari meremas-remas jarinya. Adara bingung harus menjawab apa.
Karna adara hanya diam saja, akhirnya deril pun langsung berdiri dan menghampiri Adara. Adara memejamkan matanya. Ketakutannya semakin bertambah ketika kakaknya berdiri tepat di hadapannya.
"Denger ga tadi abang nanya apa?" Ucap deril datar.
Ntah kenapa adara malah tetap diam saja. Mulutnya benar-benar seperti terkunci.
"Ra!" Bentak deril.
"Habis dari pasar malem, bang." Saut adara lirih. Pandangannya masih tetap menunduk, ia tidak berani menatap kakaknya.
"Sama siapa?"
"Em, s-sama fara, bang." Ucap Adara gugup.
Deril langsung mengambil ponsel di saku celananya. Beberapa detik kemudian ia menempelkan ponsel di telinganya.
📞: "hallo, far. maaf ganggu, cuma mau tanya, kamu tadi habis dari mana?"
Mata Adara membulat dengan sempurna. tentu saja Adara sangat panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[POSESIF BROTHER]
Teen Fictionpengen ga sih punya kakak kaya deril? Atau malah sebaliknya? Risih karna selalu ngelarang-ngelarang & ngatur-ngatur?🚷🚻