stranger

51 5 1
                                    

"aku akan sangat merindukan kakak." Cayvan terkekeh gemas menatap wajah memelas Gevano, di ciumnya kedua pipi agak chubby milik adiknya beberapa kali.

"Bersabar itu sifat yang mulia sayang, oke?" Meski kesal Gevano tetap mengangguk.

Saat ini kedua keluarga Kavandra dan Sasnarwa sudah berdiri di ruang tamu untuk mengantar kepergian sang bungsu Kavandra ke kediaman Sasnarwa.

"Jaga makan disana, jaga mood juga." Gevano menatap Rean heran.

"Mood?, tidak biasanya kakak menyarankan hal itu." Rean tertawa, tangannya menggiring tubuh adiknya untuk mendekat ke arahnya dan berakhir ia peluk dengan erat.

"Ah aku akan merindukan buntalan kesayanganku ini. Lucu sekali sih honey?" Hah ~, Gevano harus segera melepaskan diri.

"Kau akan membunuhnya jika terus memeluknya seperti itu. Kemari sayang, giliran kakak." Gevano bernafas lega, senyumnya tampak ketika Kanav mengusap pucuk kepalanya dengan sayang.

"Sayangnya kakak, jangan sering bersedih ya?, cari kegiatan untuk bersenang-senang disana." Gevano mengangguk, tubuhnya agak berjinjit untuk mengecup kedua pipi Kanav.

"Iya, kakak. Pasti!"

"Kakak Nuel ~ , aku akan paling merindukan kakak." Immanuel menggigit bibirnya menahan getaran yang menyeruak mencoba membawa isak tangis.

"Sayang jangan begini, kau mau bertanggung jawab jika kakak menangis disini?" Gevano tertawa pelan, tapi sayang sekali air matanya ikut luruh juga.

"Maaf." Gevano memeluk tubuh Immanuel yang sudah agak menunduk untuk menyamai tinggi badannya.

Sasnarwa harus kembali memandang kaget kakak beradik itu ketika Gevano tanpa ragu mengecup singkat pipi dokter kesayangannya. Mengingat Immanuel memang orang yang tampak menyeramkan dan sadis? Tentunya.

"Aku tidak mau pergi." Immanuel tersenyum teduh, tangannya menarik lembut kepala adiknya untuk kembali dipeluk erat.

"Adikku akan baik-baik saja." Gevano rasanya sudah tidak sanggup untuk menjawab, bukannya akan mengeluarkan kata yang ada hanya akan ada air mata.

"Sampai jumpa sayang, jaga kesehatan disana." Bagi Sasnarwa mungkin pemandangan itu agak mengejutkan, tapi tidak bagi Kavandra, mereka sering melakukan skin ship tanpa ragu satu sama lain.

Immanuel kembali menegakkan badan, senyum kecil kakak keduanya terlihat menyejukkan hati bagi Gevano, "Ano pasti terkejut jika tau ada yang akan ikut dengan Ano kali ini."

Wajah bingung Gevano menjelaskan segalanya.

"Siapa?"

"Arun!!" Gonggongan Arun menggema setelah suara Immanuel memanggil, suara gonggongan serigala itu terdengar menyeramkan bagi Sasnarwa, apalagi diiringi dengan suara debuman langkah kaki hewan buas menuju kearah mereka.

"Woah, Arun ku!!" Gevano ikut berlari mendekati Arun tanpa tau jika Haru, Naka dan Ella menahan nafas melihat tingkahnya.

Arun melompat meletakkan kedua kaki bagian depannya di masing-masing pundak Gevano pun dengan Gevano yang melingkarkan tangannya di perut hewan itu, posisi keduanya persis seperti orang yang sedang berpelukan.

"Hey hentikan Arun, wajahku bisa basah semua nanti." Arun berhenti menjilati wajah tuanya beralih menurunkan kedua kakinya.

Badan Arun tidak bisa di kata kecil, tingginya menyamai setengah dari tinggi badan Gevano yang hanya setinggi 165 cm, bobot serigala itu tidak main-main sebab makanan yang Kavandra berikan tidak pernah mengecewakan dan berkualitas tinggi tentunya.

Dear Me [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang