Kavandra

127 11 0
                                        

"Buka gerbangnya!" Kini benar-benar Gevano yang mengisi tubuhnya. Tangannya berkali-kali mengguncang gerbang tinggi mansion Kavandra untuk bisa di bukakan.

"Saya tidak mengenal anda tuan! Tolong kerjasamanya, pergilah atau tuan kami akan marah!" Sialan, Gevano sudah sangat lemas. Gerbang ini baru lah gerbang pertama menuju mansion, masih ada dua gerbang lagi untuk bisa sampai.

Hanya orang gila yang mau berjalan demi bisa mencapai mansion, dan ya.. Gevano akui dirinya memang gila.

"Tolong, aku bahkan sampai memohon seperti ini! Katakan pada mereka bahwa bungsu Kavandra disini." Terdengar tawa dari beberapa penjaga disana, semua penjaga di area ini tidak Gevano kenali, padahal sebelumnya tidak ada bawahan Kavandra yang tidak mengenali dirinya.

"Karena kejadian kemarin semua bawahan yang sudah lama bekerja di tempatkan di mansion utama, sedangkan penjaga gerbang ini orang baru."

Perkataan Elvano bagai alunan kematian untuknya, entahlah, Gevano rasa tubuhnya akan limbung.

"Selama kami bekerja disini tidak ada bungsu Kavandra yang berpenampilan se-menyedihkan ini tuan. Tuan rumah dan para anggota keluarga yang lain juga sedang berada di luar kota, mereka baru akan kembali malam nanti." Sialan, ini masih siang.

"Tidak apa, aku akan menunggu disini, tapi tolong, siapapun tolong beritahu Erd jika tuannya sedang berada di luar sini seperti seorang gelandangan sialan!"

"Bagaimana kau mengenal tuan Erd? Jangan mengada-ada tuan, tuan Erd bukanlah bodyguard biasa disini, beliau tangan kanan tuan Reymond! Dia hanya tunduk pada tuannya, bahkan pada tuan Reymond pun tuan Erd enggan menunduk."

Gevano tersenyum tipis, bagus Erd, ternyata pemuda tidak laku itu berguna juga.

"Tidak usah banyak bicara! Panggil saja dia kemari."

"Tidak, saya masih sayang nyawa, kepala ini bisa terpisah dari tubuh jika berani memanggil tuan Erd hanya untuk hal yang tidak penting."

"Sialan! Tudak penting katanya? Bawahan ini bisa tiada jika sang Opa tau apa yang baru saja lelaki itu ucapkan."

"Bajingan, aku hampir sekarat disini! Darahku keluar banyak." Benar, luka di keningnya kembali terbuka sebab jahitannya yang belum kering.

"Itulah kenapa aku menyuruhmu pulang bocah! Kami sudah berusaha sopan. Pergilah."

"Persetan! Aku akan menunggu Cayvan pulang agar kakak pertamaku itu yang menyeret tubuh kalian ke kandang Arun!"

Tubuh para penjaga itu menegang, bagaimana bisa anak ini mengenal serigala berdarah dingin itu?

"Hah.. kau kira kami akan percaya? Sudah cukup, diamlah bocah." Gevano menyeret kaki kanannya sebab patah tulang yang di deritanya terasa sangat menyakitkan ketika biusnya hilang.

Dirinya memilih untuk mendudukkan diri di bawah pohon besar untuk menghalau sinar matahari mengenai kulit sensitifnya.

"Sialan, cepatlah pulang Opa!!" Setelahnya mata indah itu tertutup sebab rasa lelah, siapa yang tidak lelah jika berjalan selama lima jam lamanya?

"Bocah gila! Yakin sekali jika tuan Reymond akan memungutnya."

"Cih, melihat penampilannya saja sudah cukup meragukan."

"Benar." Persetan, Gevano mengabaikan caci maki itu, lihat saja nanti.

Detik berganti menit dan menit berganti jam, sudah 8 jam Gevano tertidur, anak itu sama sekali tidak bangun, tubuhnya mati rasa, biusnya habis total menyebabkan tubuhnya terasa sakit di segala sisi, tapi kini malah mati rasa.

Dear Me [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang