Run

42 7 1
                                    

"Gevano." Pergerakan Gevano terhenti, ah sial, niatnya pergi sore ini tapi kenapa juga para antek Sasnarwa harus pulang hari ini?.

"Bukankah Ella masih di rumah sakit?, kenapa para tuan ini malah pulang?" Ketika badan itu berbalik, hal yang pertamakali menyita perhatian adalah raut wajah, wajah bungsu Kavandra itu tampak mengejek.

"Apa kami harus bersujud?, kau jelas tau apa yang ingin kami bicarakan disini." Naka ~ , kau memancing emosi adikmu.

"Aku tidak punya waktu untuk duduk manis di rumah sakit dan melakukan kegiatan konyol hanya demi nyawa seorang pelacur seperti gadis itu, rasanya aku mau muntah hanya dengan membayangkan darahku mengalir di tubuhnya."

Gevano bergidik ngeri ketika pemikiran itu tampak sangat nyata di otaknya, aish, sangat mengganggu!.

"Gevano, Ella saudar--"

"Dia anak angkatmu, apanya yang saudaraku?, dia tidak terlahir dari rahim bunda ataupun istri anda, bahkan tidak juga terbentuk dari sperma anda tuan?, kenapa kau begitu memaksa hanya untuk orang luar?"

Benar..

Gevano benar, secara ikatan Ella sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Gevano.

"Bye Bastard." Kakinya melangkah melewati ketiga anggota keluarga kandungnya dengan tatapan tajam, tapi jika saja di perhatikan..

Netra dan tatapan itu tampak menyiratkan kekecewaan juga kesedihan atas hilangnya hati para Sasnarwa.

Menarik nafas dalam-dalam dan kembali membuka pintu utama, jauh dari sini terlihat ada seorang pemuda dengan motor hitam legamnya sudah menunggu tepat di depan gerbang.

Lambaian tangan Gevano dapatkan sebagai isyarat, dengan itu langkahnya kembali di pacu untuk berjalan lebih cepat, bisa dibilang berlari kecil.

"Sudah ketemu?" Pemuda dengan helm full face dihadapannya mengangguk, tangannya sigap membantu Gevano untuk naik ke atas motor.

"Kopernya?" Benar juga, menyusahkan saja.

"Tinggalkan dulu, nanti orangku yang akan mengambilnya. Cepatlah, waktu terus berjalan."

"Tuan, Arun?"

"Tenang, Erd sudah datang lebih awal untuk membawanya pulang."

Motor di starter, begitu menyala pun langsung membelah jalanan sepi menuju jalan raya.

"Sorry to tell you to do all this so suddenly.." Pemuda itu hanya diam, tangannya masih sibuk memegangi tangan Gevano yang melingkari pinggangnya, takut jika tuannya akan jatuh.

"Begitu sampai kau harus ikut aku kemanapun aku pergi.... Helga." Benar, lelaki ini adalah Helga.

Suara deru motor tidak bisa membuat pendengaran penumpang jernih, itulah kenapa sedari tadi Helga hanya bisa mengangguk agar Gevano tau jika dia mendengarkan.

Sudah sekitar 1 jam motor yang Gevano tumpangi tidak kunjung berhenti, jalanan sudah mulai masuk ke dalam hutan, sangat jauh kedalam, cahaya mulai minim meski ini masih sore, tapi sepertinya memang sudah hampir menjelang malam.

Sebuah bangunan layaknya rumah dua lantai bersinar di tengah gelapnya malam, pun suara orang beraktivitas bisa terdengar jelas sebab letaknya yang ada di tengah hutan.

"Bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?" Tanya Gevano sembari bergegas turun dari motor. Sebelum menjawab Helga lebih dulu melepas helmnya, senyum pemuda itu tampak manis sekali.

"Princess ku ini sedang meremehkanku?, tentu saja aku bisa tau dengan mudah, mencari tempat seperti ini bukan sekali dua kali aku lakukan demi dirimu." Gevano hanya tertawa mendengarnya.

Dear Me [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang