Gevano menginjakkan kakinya ke mansion Sasnarwa, "sialan, mereka beneran lupa kalo anaknya bukan lagi Ella."
Benar, seharian tadi Gevano menunggu jemputan dari Naka, tapi lelaki itu tak kunjung datang hingga mau tidak mau Gevano harus pulang sendiri, jalan kaki!!, Gevano tidak tau caranya naik bis juga tidak tau mau naik yang jurusannya kemana.
"Gevano." Gevano berbalik, di pintu utama ada Naka yang baru saja pulang dengan penampilan acak-acakan, tak kalah kacau dari penampilannya.
"Di luar hujan dan kakak memakai mobil, lantas kenapa bajunya masih basah semua?" Sungguh, Gevano mengatakan itu memang berniat bertanya, tapi Naka malah merasa tersindir secara halus.
"Maaf adik, maaf kakak lupa jika harus menjemput dirimu di sekolah SMA, karena sebelumnya--"
"Karena sebelumnya kakak terbiasa menjemput Ella di sekolah MAN, benar?"
Naka dan Gevano sama-sama diam, hingga helaan nafas Gevano menguar memenuhi ruang tamu. Deandra dan Haru yang baru saja sampai ikut menatap heran keadaan Naka, keduanya baru pulang dari kantor dan tidak tau apa yang sedang terjadi disini.
"Jika tidak bisa bersikap sopan, lantas kenapa aku juga harus sopan, benar kan?"
"Hey, tunggu dulu, apa-apaan ini?, kenapa kalian basah-basahan begini?, mobilnya mogok di jalan atau bagaimana?" Keterdiaman Gevano diartikan sebagai sebuah kemarahan bagi Naka, mata anak itu menghunuskan tatapan marah padanya.
"Kalian tau bagaimana rasanya di kecewakan?, jika kakak Naka bisa melupakan diriku kenapa juga aku harus mengingat keluarga ini?"
"Kak, kau mau mengusirku secara halus dengan sikapmu kan?, baik, aku akan pergi, di tambah bonus untuk memperlihatkan pada dunia jika bungsu Sasnarwa hanyalah Ella, tidak ada sejarahnya nama Gevano ada dalam keluarga ini." Jelas, siapa yang tidak kaget?.
"Tidak, apa-apaan perkataan itu. Naka!!, katakan padaku apa yang terjadi?" Haru mengguncang bahu Naka hingga pemuda yang hanya diam sedari tadi membuka suara.
"Aku yang salah, aku yang lupa jika sekarang tidak perlu menjemput Ella, jadi aku melupakan Gevano yang menungguku di sekolahnya, mau tidak mau dia harus berjalan kaki untuk kembali kemari."
Haru menatap syok adiknya, bagaimana bisa?, "Naka, kenapa jadi begini?, kau benar-benar tidak menginginkan Gevano sebagai adikmu?" Naka menggeleng dengan cepat, mana mungkin begitu.
"Tidak, aku hanya butuh penyesuaian, aku sama sekali tidak berniat begitu kak."
"Jika kau butuh penyesuaian maka aku juga sama, tapi lihat, aku bahkan sudah hafal jalan menuju mansion ini tanpa harus nyasar ke mansion Kavandra." Sangat jelas perkataan itu berhasil menampar Naka untuk kembali di buat terdiam.
"Telfon Daddy, aku akan menyuruhnya mengirim orang kepercayaanku untuk melayaniku disini, dari pada aku harus mati karena kelalaian kalian kan?. Tidak di beri makan, tidak di ingat, dan apa lagi nanti?, tidak sengaja di bunuh?"
"Gevano!!, jangan membesar-besarkan masalah!!, hanya sekali kami berbuat salah dan kau sudah menyimpulkan dengan tanpa pertimbangan apapun?" Deandra menatap nyalang putra bungsunya, disana Gevano juga menatap Deandra tak kalah tajamnya.
"Beraninya kau membentakku?!, siapa kau?, bahkan di kehidupan ku dulu tidak ada yang berani membentak diriku apalagi jika disini kalianlah yang salah bukan aku!!"
"Sekali kau bilang tuan?, memang ini hanya masalah sepele tapi masalah yang kalian anggap sepele selalu terulang setiap hari, apa jika kalian menjadi diriku tidak akan muak?" Gevano melangkah mendekat ke arah Deandra, nafas anak itu memburu menandakan rasa marah yang terlihat jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Me [On Going]
Teen Fictionpokoknya ini idup pada di luar nalar & akal sehat manusia.. gue sepanjang idup : hah?, apa?, kenapa?, kok bisa?, gimana?. pokoknya 5W+1H ada semua lah.