Ella

42 7 5
                                    

Tubuh Gevano terhuyung ke belakang ketika ada tubuh seseorang menabrak tubuhnya dengan sengaja.

"Baru juga pulang, udah di sambut beginian aja."

Gevano menatap datar seorang gadis yang saat ini bersimpuh di hadapannya. Gevano baru saja pulang dari sekolah ketika tadi meminta izin pulang terlambat karena kerja kelompok dan ketika pulang bukannya mendapat pertanyaan jika dirinya lapar atau yang lainnya, tapi malah di suguhi drama murahan dari gadis lemah yang sangat ia benci.

"Aku bahkan belum melewati pintu!!" Gumamnya frustasi, kepalanya sudah pening ketika menerima informasi dari Helga tadi, sekarang bebannya malah bertambah berkat gadis bodoh ini.

"Astaga Ella!!, kenapa bisa jatuh begini!!" Naka datang, si pahlawan kesiangan Ella selalu datang bergiliran, entah itu Naka ataupun Haru.

"Arun!!" Lolongan serigala terdengar bersamaan dengan sosok Arun yang terlihat mendekat ke arah Gevano ketika sang tuan memangil.

Reflek Naka menarik tangan Ella untuk menjauh dari sekitar Gevano ketika serigala itu menatap mereka tajam.

"Gevano, lain kali jika berjalan lihat sekitar ya. Lihat, Ella jadi lecet begini."

"Bodoh. Apakah mansion sebesar ini tidak memiliki cctv?, aku malas berbicara, cek saja sendiri." Gevano melangkah pergi bersamaan dengan Arun yang mendampingi.

"Adik?, tidak apa?"

"Ah iya kakak, tadi memang aku yang menabrak Gevano, salahku karena tidak melihat jalan."

"Ah begitu, pergilah istirahat, bukankah kau lelah setelah seharian bermain?" Ella hanya tertawa pelan sembari mengangguk.

"Ella istirahat dulu ya kak."

"Iya, nanti akan kakak panggil jika sudah waktunya makan malam."

"Gevano, dia juga adikku, kan?" Lirih pemuda itu ketika melihat punggung tegap Gevano yang semakin menjauh.

~~~~~

"Ella, kemari." Gevano menghentikan langkahnya ketika suara Deandra terdengar lembut menyapa pendengarannya.

Apa yang bisa ia lakukan agar Deandra mau menyayangi dirinya?, jujur, meskipun Gevano memang tidak pernah menunjukkan secara langsung tapi ia akui jika dirinya cemburu saat ini.

"Kapan ayah akan memanggil namaku dengan embel-embel 'putraku'?" Senyuman miris terpatri pada bibir tipisnya, mata setajam elang menerawang jauh ke depan.

"Tiga Minggu berlalu, aku lewati hari-hari bersama dengan kalian selama itu, tapi sama sekali tidak ada progres ya?" Langkahnya kembali di bawa berbalik arah menuju balkon kamarnya dengan mengunci pintu terlebih dulu.

"Setiap aku berusaha mendekat Ella selalu menghalangi, setiap ayah mencoba menarik ku lebih dekat gadis itu selalu mendahului, apa yang Ella mau?, dia hanya tau caranya merebut tanpa merasakan di benci keluarga sendiri."

Air mata lolos dari netranya, tak lama sosok Elvano tampak di sampingnya, senyuman pemuda itu tampak palsu, sama hal nya dengan senyuman hampa yang Gevano berikan.

"Rasanya aku juga terluka?, andai ayah mau menyingkirkan gadis itu pasti semua usaha kita tidak akan sia-sia kan Ano?"

Gevano menatap sedih pada kembarannya, memang selama tiga Minggu ini Elvano juga ikut berusaha dengan memberikan ide ataupun rencana yang mungkin berhasil untuk menarik perhatian sang ayah, tapi apa hasilnya?, nihil.

"El, mau mengotori tangan sesekali?, tangan yang sudah terlanjur basah jangan di sia-siakan sebelum mengering." Tawa Elvano terdengar lirih, tubuhnya perlahan maju membawa Gevano kedalam dekapannya.

Dear Me [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang