Pergi

48 6 1
                                    

Akhirnya hari ini tiba, di kebanyakan orang hari Minggu adalah hari penuh kebahagiaan, tapi apa ini?, kenapa Gevano malah merasakan kesedihan?.

"Jadi kalian keluarga Ella juga?" Tanya gadis itu dengan senyuman manis, Deandra, Haru dan Naka menatap Ella dengan raut wajah sedih.

"Jaga Ella dengan baik ya tuan, dia anak yang mudah lelah, Ella juga alergi kacang-kacangan," Ujar Naka dengan nada sehalus mungkin.

"Meski dia terbukti bukan lah adik kandung kami, tapi rasa sayang kami padanya sudah terlanjur dalam. Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat," ucap Haru menimpali ucapan adiknya.

"Jujur saya juga agak tidak rela, tapi mau bagaimanapun saya tidak akan tega memberikan hak Gevano pada Ella. Dia berhak mendapatkan kasih sayang keluarga kandungnya." Deandra menatap Gevano yang sedari tadi hanya diam, bibir pemuda itu pucat, keringat menumpuk di kening juga tatapannya yang kosong.

"Sebesar apa pengaruh Kavandra dalam hidupmu anakku?"

"Tolong jaga cintaku ya tuan Deandra?, dia nafas keluarga Kavandra, jantung Daddy Kendrick dan juga hidupnya kedua adikku, kesayangannya Opa Reymond. Jadi pastikan kalian menjaganya dengan baik." Keluarga Sasnarwa terdiam, se-sayang itu keluarga Kavandra pada bungsunya?.

"Tentu, Gevano juga anakku, kalian tidak perlu khawatir." Reymond tersenyum paksa, tangannya terulur mengelus surai Gevano dengan lembut.

"Sayangnya Opa, jangan sering melamun, beberapa hari ini kau selalu terlihat kurang bersemangat. Ada apa?" Tangan dingin Gevano menyingkirkan tangan Reymond dari atas kepalanya dengan halus.

"Jangan perduli, Ano bisa berat meninggalkan Opa nanti." Tatapan Gevano tidak terarah pada siapapun, gairah anak itu entah hilang kemana, senyuman ceria yang setiap hari pemuda itu umbar juga sudah lenyap.

"Siapa yang akan membangunkan kakak dari tidur pagi dengan kecupan manis setiap hari nanti?, hm?, sebagai gantinya telfon kakak ya sayang?" Kanav berucap sembari menahan tangis, tiga hari di tinggal tidur saja Kanav sudah lemas setengah mati.

"Telfon kakak juga di setiap pukul delapan malam untuk menggantikan celotehanmu mengenai hari-hari yang kau jalani disana nanti. Ini perintah," ujar Immanuel mutlak, sungguh, ini juga berat baginya.

"Kalian mudah bisa di gantikan dengan virtual, lalu bagaimana denganku yang setiap harinya di tempeli bocah tengil ini?, mau di ganti dengan apa mengenai yang satu itu?" Gevano melirik Rean sekilas, anak itu terlihat enggan untuk menjawab ataupun sekedar mengiyakan perkataan para kakaknya.

"Rean, nasibmu tidak jauh berbeda denganku, aku tidak terbiasa memakan makanan di meja makan tanpa beban di kedua pahaku, apa yang harus ku pangku untuk satu bulan ke depan?"

"Sudah diamlah!!, kalian akan menambah rasa sedih putraku!!, kemari sayang, biarkan Daddy mencium tiap inci wajah manis putraku ini sebelum pergi," Titah Kendrick yang langsung Gevano turuti.

Tubuh kecil putranya Kendrick peluk dengan erat, di kecupnya tiap inci dari wajah tampan khas keluarga Kavandra itu hingga rasanya tidak ada lagi tempat yang tidak ada jejak bibir Kendrick disana.

"Daddy sayang adek, Ano tau itu kan?" Gevano mengangguk pelan, tuhan, raganya lemas.

"Jaga diri baik-baik."

Kini kedua belah pihak keluarga berdiri tak terkecuali, "aku memberikan anakku dalam keadaan bersih tanpa luka dan baik-baik saja, jadi pulangkan dia dalam keadaan yang sama." Kendrick akhirnya melepas Gevano, tangannya mendorong tubuh anaknya untuk berada di sisi Deandra, pun juga Deandra yang melakukan hal yang sama.

"Jaga Ella, aku akan menjemputnya satu bulan lagi." Sangat berbeda bukan?, kata perpisahan yang Sasnarwa ujarkan tidak terdengar lebih dari sekedar kata basa basi.

Dear Me [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang