Keos

35 6 3
                                    

Hari ini h-3 kepergiannya dari mansion Sasnarwa.

Pagi harinya diawali dengan damainya ruang lingkup kamar yang terletak persis di tepi taman, Gevano hanya termenung diatas ranjang dengan buku psikologi yang ia baca di pagi hari begini.

"Sarapan dulu Ano." Suara Elvano terdengar sedikit lirih?, tidak seperti biasanya.

"Kenapa dengan suaramu?" Elvano sendiri hanya menggeleng tidak tau.

"Lirih sekali, ada yang aneh El." Gevano bangkit dengan buru-buru, bahkan buku yang sempat ia baca tergeletak tak tertata.

"Aku tidak mengerti masalah hantu begini." Diluar dugaan Elvano malah tertawa sembari membawa Gevano ke dalam pelukannya.

Untuk hal ini Gevano sedikit kesal, tubuh Elvano ini lebih bongsor, lebih tinggi, lebih atletis, bahkan bisa di bilang seksi?, untuk ukuran pria kembarannya benar-benar menawan.

Mengingat hal itu membuat rasa cemburu membara dalam diri Gevano, andai tak jauh berbeda harusnya ia tidak akan se-cemburu ini, tapi melihat bentuk tubuhnya sendiri Gevano juga heran, kembaran tapi kenapa berbeda sekali?.

Jauh dari Elvano tubuh Gevano hanya setinggi bahu kembarannya, pun tubuhnya cenderung ramping di bagian pinggang dan perut yang rata tanpa kotak!!, kulit putih susu membalut tubuh menambah pandangan lemah? Pada dirinya, itu yang Gevano pikirkan.

Dia juga ingin kulit tan eksotis seperti Elvano, badan atletis seperti Elvano, tangan penuh otot berurat, juga tinggi badan yang serupa, tapi apalah daya, ketika kedua tangan kembaran itu saling bertaut jari jemari Gevano lebih terlihat lentik dan cantik?, sialan, berbeda jauh dengan punggung tangan Elvano yang penuh otot menonjol.

"Kenapa diam?, biasanya kau akan berceloteh ini itu ketika ku peluk begini."

"Hanya berfikir, kita kembaran kan?, tapi kenapa tubuh kita jauh berbeda?"

"Tidak terlalu jauh Ano, apa yang berbeda?"

"Banyak ya!!, lihat, mulai dari tone kulit sampai dengan postur tubuh kita jauh berbeda, hanya wajah saja yang sedikit sama!, hanya beda di rahang, rahangmu tegas dan rahangku lebih bergaris biasa saja."

Elvano tertawa pelan, tangannya tak henti mengelus rambut halus kembarannya, ia tau mood Gevano sedang berantakan karena banyaknya masalah yang menumpuk.

"Iya itu berarti memang takdir menyuruhku ah bukan, dia mentakdirkan diriku untuk menjadi penjaga tuan kecil ini."

Menyebalkan!

Tidak adil!

"Entahlah, ah lupakan, ayo sarapan." Elvano mengangguk, sedangkan Arun?, serigala itu masih tidur nyenyak di kasurnya, letaknya tepat di samping kasur Gevano.

"Biarkan Arun tidur, ayo aku temani, oke?"

Keduanya menuju ruang makan, disana belum banyak yang berkumpul, hanya ada Haru dan Naka. Gevano duduk dalam diam, pikirannya sedang bertanya-tanya dimana Regar?.

"Kakak ada urusan jadi tidak ikut sarapan." Haru tersenyum, netra lelaki itu menatap penuh sayang kearah Gevano yang balas menatap lelaki itu dengan acuh tak acuh.

"Oh." Elvano rasanya hampir tertawa ketika melihat raut wajah masam kakaknya, Haru memang kadang harus di hempaskan berkali-kali dahulu baru bisa sadar akan penolakan.

"Oh sudah lama menunggu?" Gevano menatap malas pada Deandra yang menggendong Ella berakhir meletakkan gadis itu tepat di sampingnya.

"Ayo makan, ini hari Minggu, jadi tidak apa ayah sedikit telat kan?" Haru dan Naka menyahut, memberi tanggapan tidak apa-apa, berbeda dengan Gevano yang langsung mengunyah salad sayur bercampur daging ayam panggang yang di siapkan untuknya.

Dear Me [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang