Hai

33 5 2
                                    

Elvano tersenyum lembut, tangannya meraih rambut sang kembaran yang agak berantakan.

Berbeda dengan Gevano yang hanya diam di sisi tubuh Elvano dengan pikiran yang penuh.

Keduanya bersandar pada headboard, kepala Gevano perlahan dibawa untuk bersandar pada pundak kokoh yang sudah lama tidak ia rasakan, sekarang rasa nyaman kembali menyelimuti tubuhnya.

"Ada sesuatu?" Dalam hati berkali-kali Gevano mengutuk diri sendiri, bahkan Elvano yang baru saja sadar dari maut sudah harus merawat dirinya, menyusahkan sekali ya dia?.

"Tidak." Kekehan terdengar, seperti biasa Elvano mana percaya.

"Kau tidak menyusahkan, kembaranku yang paling tangguh, bentuk cinta yang bunda tinggalkan untukku, si cengeng kesayanganku. Katakan ada apa?"

"Helga, dia akan membunuh Naka."

"Dan kau mengizinkan?" Anggukan bisa Elvano rasakan dari bahunya, kepala yang bergerak agak lambat membuatnya membayangkan betapa lucunya wajah yang tengah serius itu.

"Percaya padaku, pemikiran Helga cukup bagus." Kini Gevano yang tertawa pelan, sedikit mencubit pinggang Elvano karena kesal.

"Tentu saja dia pintar, jika tidak mana mungkin kau membiarkannya menjadi tangan kananku." Meski sedikit meringis tapi Elvano tetaplah Elvano, mana bisa marah pada kembarannya?

"Sayang, yang penting kau mengerti maksudku."

"Iyaaa, Helga tidak akan membunuh Naka, mana mungkin bocah itu mau membiarkan musuhnya mati dengan begitu cepat, setidaknya menderita seumur hidup dulu."

"Hm, kau tau itu."

Dalam benak tetiba terlintas pemikiran ganjil, bagaimana Elvano yang katanya sudah dieksekusi mati oleh Sasnarwa malah masih hidup sampai dengan saat ini?

"Regar." Suara bariton terdengar menyadarkannya dari lamunan, matanya memejam nyaman, rasa kantuk tetiba menghampiri, sekarang terpecahkan sudah misteri.

"Jadi Kak Regar yang menyelamatkanmu?" Elvano mengangguk.

"Hm, dia juga Kakak ku, mana mungkin membiarkanku mati, lagipula Regar adalah eksekutor disana, kan?"

"Benar." Lama sekali posisi Gevano tidak kunjung berubah, nafasnya mulai terdengar teratur, pun juga beban pada pundak Elvano memberat.

"Tukang tidur."

~~~~~

Dalam heningnya sore hari ini, hutan tampak sangat indah, kaki telanjang tanpa alasan berlarian menghindari kejaran dari banyak sisi, tawa menggema membawa suasana hangat, sehangat senja.

"LARI ~ "

"Kakak akan menangkap kelinci nakal ini!" Regar, benar, Regar tiba tadi siang, mana menyangka Gevano jika ternyata selama ini Regar adalah tangan kanan Elvano, kedua psikopat gila itu bersekutu demi melindunginya.

"Tuan muda tidak boleh memakan lolipop ini jika tertangkap!!" Seorang satu-satunya wanita yang kemarin ikut membantu Elvano adalah seorang dokter ternyata, namanya Andri, mirip nama lelaki ya?

"Tidak ada jalan keluar tuan kecil." Kini si gagah yang masih muda, namanya Ardan, sedangkan disisi lain ada saudara beda setahunnya, namanya Arvin.

"Perpaduan Ardan dan Arvin memang tidak bisa di ragukan lagi." Gumam Gevano.

Kaki yang tak seberapa besar dari para kaki Titan disekitarnya tetap mencoba berusaha untuk lari menghindari, meskipun Gevano juga tahu jika mereka hanya berpura-pura untuk tidak bisa menangkap dirinya.

Dear Me [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang