BAGIAN 19.

604 76 10
                                    

Jimin terbangun di sore hari dengan kepala yg terasa sedikit pening. Perutnya keroncongan karena Dia belum memakan apapun sejak pagi.

Jimin beranjak dari ranjangnya dan berjalan menuju pintu kamarnya. Jimin mengetuk pintu itu dari dalam karena memang kamarnya di kunci dari luar.

"Bibi Shin.. tolong bawakan Aku makanan dan buah-buahan.." teriaknya dari dalam kamarnya.

Jimin menunggu beberapa saat namun tak ada sahutan dari luar membuat gadis itu merasa kesal. Dia menyesal karena tak memakan sarapan yg disiapkan untuknya tadi pagi karena sekarang perutnya benar-benar lapar.

Jimin mencoba memanggil bibi Shin sekali lagi namun nihil, tetap tak ada sahutan dari luar.

Jimin dengan kesal menendang pintu kamarnya dan memutar-mutar gagang pintunya.

Klek...

Pintu itu terbuka. Membuat mata Jimin membola. Apa mereka lupa mengunci pintunya. Astaga ini kesempatan untuk keluar pikir Jimin.

Jimin menarik pintu itu perlahan agar terbuka sedikit. Kepalanya melongok untuk melihat keadaan diluar.

Lantai dua rumahnya ini sepi tak ada penjaga yg setiap hari berjaga didepan pintu kamarnya.

Jimin keluar dari kamarnya dengan langkah yg amat pelan menuju tangga. Dan diruangan tengah rumah juga terlihat sunyi.

Jimin memanfaatkan kesempatan itu dengan berjalan cepat kedapur menuju pintu belakang.

Tiba-tiba samar Jimin dengar kegaduhan dari arah ruang tamu rumahnya, ada suara wanita yg berteriak-teriak.

Jimin penasaran namun dia juga harus segera keluar dari sini.

Keberuntungan benar-benar memihak padanya kali ini. Dia bisa keluar dari rumahnya memalui pintu belakang dengan mulus tanpa ketahuan.

Dengan cepat Jimin berlari menuju pagar bagian belakng rumahnya dimana ada sebuah pintu disana.

Dan akhirnya Jimin berhasil melewatkan semuanya dan Dia sekarang sudah berada dikawasan luar rumahnya.

Jimin berlari menuju halte terdekat. Namun sialnya Jimin tak membawa ponsel dan dompetnya. Dasar ceroboh. Jimin hanya menggunakan piama tidurnya.

Akhirnya dia memutuskan untuk terus berjalan kaki dengan perut keroncongan dan bahkan Dia tak menggunakan alas kaki akibat buru-buru tadi. Tujuannya saat ini adalah kafe Yoongi.

Jimin terus berjalan entah sudah berapa lama. Keadaannya sudah sangat berantakan. Orang-orang tak memperdulikannya karena keadaannya yg mereka pikir Jimin adalah orang dengan gangguan jiwa.

Setelah lama berjalan bahkan sekarang hari sudah berubah gelap akhirnya Jimin sampai didepan cafe Yoongi.

Jimin tersenyum dengan memandikan peluh dan juga air mata. Berjalan sejauh itu membuat kakinya yg tak menggunakan alas terasa sakit dan banya luka lecet disana. Kepalanya mulai terasa berat dan nafasnya juga tersengal-sengal.

Jimin berjalan mendekat kearah pintu masuk kafe dengan tubuhnya yg lemah dan sisa-sisa tenaganya. Namun saat berada di depan Jimin langsung terjatuh pingsan membuat kerumunan orang disekitarnya.

Melihat ribut-ribut diluar Seokjin yg saat itu sedang berberea didalam cafe penasaran dan berjalan mendekat kekerumunan itu.

Mata Seokijin membola menatap Jimin yg tergeletak di tanah.

"Astaga Jiminie.."

Seokjin mendekan dan menarik tubuh gadis itu kedalam pelukannya. Ditepuknya pelan pipi Jimin untuk menyadarkan gadis itu.

My Yoongi (Tamat) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang