"Tuan Julio, apa tidak apa-apa membawaku ke sana? Saya bisa menemui Tuan Sam lain kali. Tidak perlu pas ulang tahunnya Tuan Muda Nathan," ucap Shania hati-hati. Ia meremas gaun putih yang dipinjamkan Julio. Sebelum mobil melaju menuju hotel, Julio menunggu Shania berganti pakaian di kampus tadi. Walaupun tak memakai make up, Shania sudah terlihat anggun dengan balutan gaunnya.
"Ayah mau kamu datang ke sana. Kamu gak perlu tegang seperti itu dong!" ujar Julio sembari terkekeh. Raut wajah Shania dari tadi begitu pucat. "Kita ke pusat perbelanjaan dulu. Ada sesuatu yang harus kubeli."
Keduanya menghabiskan waktu selama satu dua jam lebih. Shania membuntuti tuannya itu yang sibuk membeli beberapa makanan dan peralatan rumah. Setelahnya, mereka memberi ice cream rasa stroberi. Julio tahu jika Shania menyukainya karena setiap kali dia melihat Shania memegang makanan ataupun minuman berbau stroberi.
"Tuan suka stroberi juga?" tanyanya refleks. Shania tetap melanjutkan melumat es krimnya. Menurutnya, Julio adalah pria yang santai, tidak seperti adik pertamanya. Huh!
"Karena kamu menyukainya. Aku suka," Julio menatap lekat mata coklat Shania. Dia seakan menyampaikan sesuatu yang tersirat yang tak dapat diutarakan. Mereka cukup lama saling pandang sebelum akhirnya Shania memutus kontaknya.
"Tuan ini, saya bisa ngikut kok. Gak perlu Tuan yang ikutin selera saya. Saya permisi ke toilet dulu, ya!"
Julio menahan tangan Shania, "Perlu aku antar?" Shania menggeleng. "Baiklah, aku tunggu di sini." Pria itu mengerti penolakannya. Lagian, ke toilet masa harus diantar. "Nathan, kamu di sini juga?"
Langkah Shania terhenti. Ia berbalik perlahan. Di hadapannya kini sudah ada sosok pemuda tinggi dan tampan menatap dingin ke arahnya. Tatapan itu hanya sekilas mungkin tak sengaja juga. Lantas, ia segera pergi meninggalkan kakak beradik itu.
"Kak, kau di sini?" Nathan basa-basi tak seperti biasanya. Dia duduk di tempat Shania.
"Iya, Kakak membeli beberapa keperluan. Kalau kamu ngapain kemari? Acara ulang tahunmu sudah dimulai. Tamu undangan pasti nungguin kamu."
"Aku nunggu Elsya. Tiba-tiba, ada kontrak yang harus ditanda-tangani." Nathan melirik ketiga keresek besar. "Di rumah sepertinya sudah ada itu, Kakak tak perlu membelinya lagi."
"Oh? Ini punya Shania sama Bi Darmi. Kakak sengaja belikan itu buat mereka."
Nathan mengangguk kecil. Dia berpamitan kepada sang kakak setelah menerima pesan jika Elsya sudah selesai dengan urusannya. Tak lama kemudian, Shania sudah menampakkan diri. Langsung saja, keduanya berangkat ke Artel Hotel.
***
"Than, lama banget datengnya. Bibir gue sampe pegel senyumin orang-orang!" keluh Leon menepuk pundak sahabatnya. Nathan hanya tersenyum kecil dan memberikan minumannya.
Leon tak bohong. Orang-orang begitu banyak yang datang ke sini. Nathan saja sampai tak bisa bergerak karena dikerubungi penggemarnya. Elsya memisahkan diri saat bertemu dengan Mella.
"Urusan pacar lo udah?" tanya Raphael datar dijawab dengan dehaman oleh Nathan. "Bucin banget sih lo, punya acara tapi milih ninggalin acaranya demi nganterin Elsya."
"Ya elah, kayak lo gak akan gitu aja!" timpal Leon.
"Terima kasih sudah menghadiri acara ulang tahun anak ketiga saya," Sam sudah mengawali sambutannya di atas panggung. Sementara itu, anak yang disebutnya malah menatap malas di pojokan.
"Than, sana samperin!" suruh Raphael dengan isyarat matanya.
"Putra saya, Jonathan Kenzo Bagaswara, sebentar lagi akan bertunangan dengan kekasihnya. Jika mereka menikah, tahta saya akan diberikan kepadanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Duka dalam Cinta
Romance"Ayah, Nathan gak mau nikahin anak Bi Darmi itu!" "Lantas, kenapa kau menghamilinya, Jonathan?!" balas sang ayah murka. Pemuda tinggi nan rupawan itu menatap seorang perempuan yang menunduk sembari memainkan kukunya. Cuih, ia sudah menebak jika ke...