Sejak satu jam yang lalu, Nathan terus mencuri pandang kepada Shania dan Rico—pria yang dikenalkan sebagai suaminya kepada anggota Keluarga Mahesa. Keduanya memakai kemeja serasi. Nathan yakin jika istrinya itu sadar diperhatikan. Akan tetapi, Shania berlaga tidak menghiraukan.
"Rambutnya ngalangin wajah kamu!"
Rico dengan kurang ajarnya memegang surai Shania di depan Nathan. Dia seakan tersenyum jahat kepada Nathan yang hanya bisa berdiri jauh di pojokan.
"Terima kasih. Kita pulang saja, yuk!"
"Beneran? Kamu udah di sini lho, kapan lagi bisa leluasa nemuin mereka?" Rico tidak yakin, tetapi Shania menariknya menjauh dari tempat acara.
"Mau ke mana mereka? Sialan, anjing!" umpat Nathan. Minumannya disimpan asal. Ia akan mengejar mereka, tetapi Elsya datang membawa kue. Dia menyuapinya. "Aku mau keluar dulu."
"Sayang, di sini saja!" tahan Elsya. Dia mengajak Nathan menemui paman dan bibinya. Elsya dengan bangga mengenalkan sang kekasih. Sementara itu, Nathan cemas dengan pikirannya sendiri.
Di sisi lain, Shania dan Rico terhalang Soraya untuk keluar. Rico sedikit menarik ujung kemeja Shania. Dia tidak mengerti mengapa ibu teman kosnya itu melihat keduanya tidak suka. Padahal, saat perkenalan oleh Elsya di dalam, Soraya terlihat baik.
"Lain kali, jangan ke sini! Kau mau menumbeberkan kepada semua orang bahwa gadis sialan ini anakku?!" Soraya melihat rendah Rico dari bawah ke atas. "Ada juga cowok yang mau sama kamu. Padahal, perempuan di sampingmu itu hanya bisa menyusahkan. Dia cacat!"
"Jaga mulutmu, Tante!" marah Rico. Jika saja Soraya bukan ibu kandung Shania, ia sudah menghajarnya. Namun, dia berusaha bersikap sopan. "Shania adalah perempuan paling beruntung. Dia pintar, cantik, dan baik. Saya bisa apa selain jatuh cinta sama dia?"
"Co, sudah! Ayo, kita pergi saja!" ajak Shania menghentikan tatapan permusuhan keduanya.
Shania berpamitan dahulu, walau diabaikan Soraya. Perginya naik bus kota, begitu pun pulangnya. Akan tetapi, keduanya singgah di pasar malam. Rico membelikan sosis bakar dan jus buah naga. Niatnya Shania tidak mau menyusahkan Rico. Ia butuh diantar sampai setengah jam karena Shania tahu jika dirinya akan diusir. Namun, Rico malah melewatkan pekerjaannya hanya untuk menemani Shania.
Kosnya begitu sepi. Tetangga mereka sepertinya sudah tidur. Ada yang kerja juga jadi sunyi. Ini yang ditakutkan Shania apabila pulang lebih malam. Untungnya, Rico memutuskan pulang. Subuh, dirinya baru berangkat kerja lagi.
"Makasih ya, Co! Selamat tidur nyenyak!"
"Jangan sedih lagi! Ini bonekamu!" Boneka beruang sedang hadiah permainan di pasar malam diberikan. "Mau aku antar sampai ke kamar?"
"Tidak perlu, Co! Aku sudah berani. Sana, kamu masuk dulu. Katanya mau berak. Biar aku yang kunci gerbangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Duka dalam Cinta
Romance"Ayah, Nathan gak mau nikahin anak Bi Darmi itu!" "Lantas, kenapa kau menghamilinya, Jonathan?!" balas sang ayah murka. Pemuda tinggi nan rupawan itu menatap seorang perempuan yang menunduk sembari memainkan kukunya. Cuih, ia sudah menebak jika ke...