Buku tebal dimasukkan ke tas hitam gendong. Pemiliknya masih kerja sampai pukul tiga Soreng. Sementara itu, kelas sore akan dilaksanakan setengah jam lagi.
"Shan, sorry lagi. Gue nggak bisa antar lo pulang. Ayah gue nih aneh banget tiba-tiba jemput. Biarin pulang sendiri?"
"Iya, nggak papa. Sana, kasihan ayahmu!"
"Hati-hati, lo pulangnya. Kalo nggak ada kendaraan, gue bakal jemput. Balik lagi ke sini."
"Iya, ada kok. Ini, aku juga mau otw ke FMIPA. Sana!"
"Hehe, salam ya buat temen kos baru lo!"
Seminggu sudah, Shania tinggal di kosan. Setiap pagi atau waktu luang, ia menyiapkan untuk menjenguk Bi Darmi di toko. Jarang sih, Shania sibuk kerja di toko buku dekat kosnya. Itu juga karena Rico yang kasih tahu, kalau tidak ia pasti pengangguran sampai sekarang.
Bruk!
Pintu kelas terbuka keras. Shania mengusap dada saking kagetnya. Anak-anak yang lain sudah keluar dari tadi, pasti sahabatnya yang mau meminta maaf.
"Arellia, pulang saja! Kasihan ayahmu!"
"Ke mana aja lo? Puas, bikin gue pusing nyariin lo?!"
Tangannya terkepal. Kenapa pria itu harus muncul di saat hidupnya mulai membaik? Apa dia masih ingin menghancurkannya? Shania akan menggugurkan anak mereka, tetapi tidak sekarang. Uangnya belum cukup!
"Jawab gue, Anjing! Udah bisa, ngacuhin gue gini, hah?!" kesal Nathan menarik Shania keluar kelas. Dia mengajaknya turun lewat tangga darurat. "Ngerasa jadi nyonya lo?! Coba pas lagi jadi babu, apapun yang gue suruh lo cepet bertindak!"
"Lepasin!" Shania sudah diambang batas kesabarannya. Ia tidak sengaja mendorong Nathan hingga jatuh, turun lima tangga sekaligus. Suaminya membentur tembok diakhiri terduduk asal.
Rasakan!
Awsh, pasti sakit sekali!
Dua sisi, malaikat dan iblis dalam dirinya, seperti sedang bertengkar. Shania membeku sampai suara ringisan dari Nathan menggerakkannya untuk menolong.
"Aku bantu. Kamu bisa berdiri tidak, Kak?"
"Cih, Sialan, lo yang buat tangan gue hampir remuk kek gini. Kepala gue juga serasa linglung. Gayanya lo pake acara nolongin gue segala. Wajib!"
"Iya Kak, maaf. Aku tidak sengaja. Lagian, Kak Nathan ngeselin banget. Marahin aku segala."
"Ish bego, jangan teken tangan gue bagian itu, sakit!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Duka dalam Cinta
Romance"Ayah, Nathan gak mau nikahin anak Bi Darmi itu!" "Lantas, kenapa kau menghamilinya, Jonathan?!" balas sang ayah murka. Pemuda tinggi nan rupawan itu menatap seorang perempuan yang menunduk sembari memainkan kukunya. Cuih, ia sudah menebak jika ke...