Bab 15 | Renala: Confess?

311 80 128
                                    

Sebelum baca part ini pastiin udah baca bab sebelumnya yaaa

Tandai typo

Vote + komen wajib

Happy Reading ❤️

🍁🍁🍁

"Kalau boleh, apa lo bisa ngatasinnya?"

What the... Ini beneran Kak Shaka kan? Jadi dia mau dong? Aku benar-benar terkejut dengan tanggapannya yang luar biasa.

Dan aku lebih terkejut lagi ketika dia memajukan wajahnya. Apa ini? Tubuhku rasanya kaku. Aku tegang sekali. Bahkan kedua tanganku mengepal di lantai dengan kuat.

Ini tinggal berapa centi lagi bibir Kak Shaka sampai di bibirku. Aku memejamkan mata menunggu. Bisa kuhirup wangi parfum Kak Shaka bercampur dengan aroma rokok dari nafasnya. Buruan Kak aku nggak tahan!!!

Krincingggggg!!!

Aku terlonjak. Seketika membuka mata dan kulihat Kak Shaka sama terkejutnya.

"K-kak mau sate," gagapku.

Kak Shaka yang wajahnya sudah merah seketika berdiri. Kurasa dia sama gugupnya denganku.

"Gue beli dulu," ujarnya singkat lalu berjalan cepat keluar pagar.

Aku menutup wajahku dengan kedua tangan. Aku hampir dicium Kak Shaka! Hampir!!! Kenapa tukang sate itu harus lewat pada saat seperti ini sih? Sialan!!!

Tak berapa lama Kak Shaka kembali membawa satu porsi sate yang dibungkus. Dia sudah terlihat santai seperti biasanya. Sementara jantungku masih berdegup tak karuan. Kacau sekali! Aku gagal ciuman!

Kak Shaka membuka bungkusannya. Lalu menyodorkan satu tusuk padaku.

"Nih, Cil. Gue kenyang. Lo aja yang makan," tuturnya.

Aku mengambil dan dengan brutal melahap sate itu. Kak Shaka tertawa. Aku masih berusaha menutupi kegugupanku. Dia sepertinya tahu karena aku terus menunduk dan makan.

Bahkan aku semakin menunduk ketika merasa Kak Shaka terus memperhatikanku. Ketika rambutku yang terurai hampir mengenai sambal kacang, dengan lembut tangan Kak Shaka menarik rambutku ke belakang lalu mengikatnya.

"Gue nemu karet rambut lo tadi di rumah," ujarnya.

Jantungku yang berangsur normal kembali berdegup tak beraturan. Ini gila! Kak Shaka harus tanggung jawab.

"Kakak bisa stop nggak?" Dia mengangkat sebelah alis. Aku dibuatnya makin gila.

"Stop bikin aku deg-degan," keluhku frustasi.

Kak Shaka tertawa geli. "Yang mulai duluan siapa, hm?" tanyanya balik. Lalu dengan pelan dia menambahkan, "Lo juga suka banget bikin gue deg-degan dengan tingkah lo yang random itu."

Aku mengangkat wajahku, bertemu dengan tatapan teduh milik Kak Shaka.

"Ayo pacaran, Kak," ujarku berani.

Kak Shaka memegang lembut pucuk kepalaku, diusapnya pelan dengan tangannya yang hangat. "Simpan perkataan lo! Ada waktunya gue yang ungkapin. Tapi nggak sekarang, Cil," ucapnya lembut. Aku terpana. Kata-katanya bagaikan sebuah janji bagiku.

Lalu Kak Shaka mengecup keningku lama.

🍁🍁🍁

Aku tak bisa tidur, terus memegang keningku yang dicium Kak Shaka tadi. Gila! Aku bahkan meredam pekikanku dalam bantal. Bisa-bisa mulutku robek karena tak bisa berhenti tersenyum.

Sad Things About Renala [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang